mendengar perdebatan dua makhluk gila itu yang tak kunjung berhenti Naya memberanikan diri untuk menyela.
"Jadi ini mesti di taro mana mas ?"
"Belakang " ucapnya singkat seraya menunjuk arah dengan dagunya.
Naya menoleh ke arah yang di maksud Ray, ketika Naya membalikan badan suara bariton menghentikan langkahnya.
" Mau gue anterin ga? " Tawar Edo pada Naya langsung mendapat tatapan tajam dari Ray.
"Woohhh biasa aja nyet liatnya, cuma nganterin doang elah".
"Nganter doang?" tanya Ray tepat sasaran.
"Cuma di lukis dikit palingan, hahahaha"
"Setan!!"
Bantal sofa melayang tepat di wajah Edo.
Naya hanya diam menyaksikan perdebatan mereka, karna tidak mengerti apa yang sedang mereka bahas, dan akhirnya Naya berjalan meninggalkan perdebatan dua makhluk gila itu, mencari tempat untuk meletakkan pakaian kotor itu.
Sepeninggal kanaya dari ruang tengah, Edo berfikir sejenak, ia merasa familiar dengan wajah Kanaya , mencoba mengingat ingat pernah bertemu dimana.
Melihat ekpresi Edo yang mencurigakan Ray melempar majalah otomotif yang ada di atas meja ke arah Edo.
Plak!!
"Ga usah ngeres Lo".
" Cantik sih...tapi udik! " hahahahah tawa Edo menggema di ruang tengah, Ray bangkit dari kursi setelah mendang meja dengan sengaja dan membentur kaki Edo.
" Woow santai bro! "
Ray berjalan menuju kamarnya di lantai atas membuka pintu dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya. Dirinya merasa lelah setelah tadi pagi Martin datang ke kampus, memaksanya kembali kerumah. Bukan hanya itu saja, ia juga sangat malas bertemu dengan wanita licik yang sudah merusak keluarganya.
Sementara Edo mengambil minuman di lemari pendingin untuk melepas dahaganya setelah berdebat dengan Ray, lalu merebahkan diri di sofa panjang ruang tengah dan memainkan game favorit yang ada di ponselnya.
🍁🍁🍁
Di kontrakan kecil yang bersebelahan dengan komplek perumahan elit.
Yuni yang sedang sibuk mengompres kening ibunya perlahan memandang wajah ibunya yang mulai menua, Yuni menghela napas panjang dengan wajah tertunduk, dirinya merasa lelah dengan keadaan ini. Ia lelah menjadi orang susah, ia ingin hidup enak dengan bergelimang harta.
mengingat sang ibu yang hanya menjadi asisten rumah tangga, dan ia juga hanya lulusan sekolah menengah, tentu sulit untuk mencari pekerjaan dengan gaji besar.
Ddrtttt drrttt
Ponselnya bergetar dan tertera nama jino di sana, Yuni enggan mengangkat telfon dari kekasihnya itu dan menggeser tombol merah, menolak panggilan jino. Ia masih merasa kesal setelah kejadian siang tadi, Jino lebih membela Naya ketimbang dirinya, hanya karena ia meminta Naya untuk menggantikannya menjadi asisten rumah tangga. Entah kenapa dirinya terkadang merasa iri dengan Naya.
Semua memuji Kanaya, bahkan ibu kandungnya sendiri pun sering membandingkan dirinya dengan Naya.
Dari mulai di tempat dia bekerja atasannya lebih memilih Naya untuk di bagian kasir, dan dari beberapa mantan kekasihnya pun selalu membela Naya.
Perlahan Yuni mulai muak dengan segala yang bersangkutan dengan Naya, dirinya memanggap Naya adalah pengahalang kebahagiaan nya.
ting
Pesan masuk.
Jino : Yun angkat dong telpon gue,Lo masih marah?
Yuni : males!!
Jino : gue kerumah lo sekarang!.
Yuni melempar ponselnya asal, kemudian bergegas ke kamar mandi.
Jino yang baru saja sampai di teras rumah sudah di sambut wajah cemberut Yuni, Jino menghampiri Yuni yang bersandar di pintu.
"Masih ingat punya pacar Lo?" sentak Yuni ketika Jino mendekatinya.
"Inget lah, gue aja masih inget ukuran dada Lo berapa!" jawabnya asal sambil tertawa untuk menghibur Yuni dari rasa cemburunya.
Seketika Yuni membungkam bibir Jino dengan telapak tangan nya.
"Jangan keras keras beg*, ada ibu di dalem "
" Sorry!...tumben ibu di rumah? " Ucap Jino sembari mendudukkan dirinya di kursi teras depan rumah.
"Ibu lagi sakit".
"ohh, tumben Lo mau jagain ibu,,biasanya Naya".
Ucapan Jino tanpa sadar menambah kebencian Yuni pada Naya.
"Pulang Lo sana!! gue benci sama Lo! "
Yuni masuk kedalam rumah dan membanting pintu dengan keras.
Jino yang sadar akan kesalahannya hanya menatap pintu itu dengan raut menyesal.
" maafin gue Yun " Ucap nya singkat lalu pergi meninggalkan rumah itu.
Yuni bersandar di balik pintu dan mengepal kan tangannya menahan amarah, kebencian nya kepada Naya makin memuncak.
"Naya Naya Naya semua Naya ,,gue benci sama Lo kanaya "
🍁🍁🍁
Selesai mencuci dan strika pakaian, Naya langsung membawa pakaian itu ke kamar Ray, tapi setelah sampai di depan pintu kamar , ia justru terdiam dan ragu untuk masuk kedalam.
tok tok tok
"Permisi mas Ray, boleh masuk?".
Naya mengetuk pintu dan meminta ijin namun tidak ada balasan, Naya membuka pintu perlahan dan mengintip apakah ada orang di dalam.
Ketika Naya mulai melangkah masuk Tiba-tiba Ray keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.
Spontan Naya menutup matanya dengan pakaian yang dia bawa.
"Astaghfirullah, mata ku! Aku ga liat aku ga liat! " teriak Naya.
Ray yang kaget dengan teriakan gadis itu berjengit kaget, lalu bersidekap dan bersandar di kusen pintu.
"percuma Lo tutup kalo Lo masih bisa ngintip "
Kanaya terkejut dengan ucapan Ray, lantas ia segera meletakan pakaian itu ke atas tempat tidur sembari menutup matanya dan bergegas keluar dari ruangan itu.
"Tunggu!"
Suara Ray kembali menginterupsi, hingga mengehentikan langkahnya dan berbalik kembali menghadap Ray. Tentunya dengan masih memejamkan mata.
" Lo bisa masak ga? " tanya Ray singkat.
" Bi...bisa mas "
" Ok! Lo masakin gue."
Naya hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan Ray namun sial nya dia malah menabrak pintu.
jeduk
Naya mengusap kening nya yang memar sambil merutuki dirinya yang ceroboh,
'apes ,apes banget sih aku'.
Ray yang melihat tingkah konyol gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.
Sementara Naya menghela napas panjang setelah sampai di pintu dapur, ia mulai mencari bahan bahan dan mulai meraciknya. saking sibuk ia memotong sayuran hingga tidak menyadari kehadiran Ray di sana.
klontang
Kanaya berjengit kaget mendengar suara benda jatuh menghantam lantai dengan keras. Saking terkejutnya ia sampai menggores tangannya sendiri dengan pisau.
"aaww" Teriak Naya kesakitan.
Ray menoleh ke arah gadis itu yang meringis kesakitan, berjalan mendekat untuk melihat luka di tangan Kanaya.
"ceroboh banget sih Lo" bentaknya, namun Ray malah menghisap darah itu lalu mencucinya,
Naya hanya terpaku melihat perlakuan manis Ray, tapi dirinya kesal karna Ray lah penyebabnya.
Rasa trauma membuat dirinya bersifat defensif dan tanpa sadar Ray memeluk Naya dan mengusap lembut rambut nya.
Naya hanya pasrah menerima perlakuan Ray yang tidak biasanya, seorang Ray yang selalu terlihat kasar dan arogan bisa bersikap manis padanya.
Edo yang melihat kejadian itu hanya menggeleng kan kepalanya dan terdiam bersandar di pintu dapur bagai menonton drama roman picisan.
Ray yang terbawa suasana menatap mata Naya dalam diam, mata teduh nya menenggelamkan Ray dalam hayal membuat jantung Ray berdetak tidak beraturan naluri lelakinya bergejolak tanpa sadar menyentuh pipi Naya dan mendekatkan wajahnya,lalu....
🍁🍁🍁🍁🍁
ehmmm naya mau di apain ya kira kira🤔
hayo ada yang bisa jawab😂
makasih yang udah mampir,jangan lupa tinggalin jejak ya kak,bantu like,comen,vote dan rate 5,,
sampai jumpa di chapter selanjutnya 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
terserah Rey aja deh mau di apain 😁 yg terpenting jgn di sakiti...😀
2023-08-21
0
Etik Widarwati Dtt Wtda
diciumm
2022-12-17
0
Sri Wahyuni
Woi jgn Bambang kasian Nayla😒
2021-12-10
2