Tak terasa sudah satu bulan usia pernikahan Zia. Semua berjalan masih sama. Setiap pagi, Shakti mengantar Zia ke sekolah, dan kalau sedang tidak sibuk di rumah sakit, Shakti selalu menyempatkan diri untuk menjemput Zia.
Sampai saat ini, Zia memang lebih memilih untuk diantar dan dijemput oleh suaminya itu. Bukan karena manja, tapi karena Zia ingin belajar lebih dekat dengan Shakti. Bukankah seringnya bersama akan membuka jalan untuk lebih dekat.
Zia mulai belajar, bagaimana menjadi istri yang baik. Yang tadinya tidak bisa memasak, Zia mulai belajar memasak. Masakannya memang belum bisa di bilang enak, tapi Shakti tidak pernah mencela masakan apapun yang Zia siapkan. Maklum, ini adalah kali pertama Zia berurusan dengan dapur.
Zia memang tidak pernah melakukan pekerjaan dapur sebelumnya, lagi-lagi bukan karena dia anak manja.Tapi salahkan Papi Andra yang tidak pernah mengijinkannya untuk menyentuh pekerjaan di dapur.
Papinya itu terlalu over protective, menurutnya, dapur adalah tempat yang berbahaya untuk putrinya. Tidak berlebihan baginya menganggap dapur adalah tempat berbahaya. Karena Papi Andra memiliki traumanya sendiri. Semasa dulu, rumah kontrakan yang ditinggalinya bersama orang tuanya, pernah kebakaran. Yang di sebabkan karena meledaknya tabung gas, akibat dari keteledoran tetangganya.
Dan sejak itulah, papi Andra melarang anak anaknya untuk mendekati dapur. Takut kejadian yang sama terulang. Larangan itu sebenarnya berlaku saat Zia dan Enzo masih kecil, tapi karena seringnya dilarang, jadi terbiasa hingga dewasa.
Hasilnya, Zia tidak pernah mau berurusan dengan pekerjaan dapur. Makanya dia tidak bisa memasak. Tapi sekarang, Zia sudah menjadi seorang istri, dia ingin bisa menyiapkan segala keperluan suaminya, untuk itu Zia belajar memasak.
Seperti kemarin malam, saat Zia menyiapkan makan malamnya. Niat awalnya mau menyajikan ayam goreng mentega, resep mami Laura, tapi yang tersaji malah ayam bakar mentega. Karena ayamnya gosong.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah hari sabtu. Rencananya, Shakti akan mengajaknya menginap di rumah mama Kinan. Zia sudah menyiapkan baju yang akan di bawanya ke rumah mertua, mengingat ini kali pertama dia akan menginap.
"Ngapain kamu bawa tas sebesar itu?" tanya Shakti yang melihat Zia menenteng tas berisi baju-bajunya.
Panggilan mereka sudah tidak lagi lo-gue. Zia yang meminta untuk mengganti panggilan mereka jadi 'aku-kamu'.
"Ya kan, nantinya baju-baju ini aku tinggal di rumah mama. Supaya, kalau sewaktu-waktu mau nginep mendadak aku udah ada baju di sana. Makanya aku bawa beberapa," jawab Zia lugas.
Tanpa banyak tanya lagi Shakti mengambil tas Zia dan membawanya ke mobil.
Sesampainya dirumah mama Kinan, Shakti di sambut keponakan kecilnya, Darel. Yang tak lain adalah putra dari Panca kakaknya. Panca memang tinggal satu rumah dengan mama Kinan, karena dia tidak ingin mamanya itu tinggal sendirian.
"Om!!!" Darel langsung menghambur kepelukan Shakti, yang langsung menangkapnya dan menggendongnya.
"Kok lama banget sih, Om nggak kesini?" cerocos Darel.
"Om lagi sibuk di rumah sakit." jawabnya mencium pipi keponakannya.
"Ehm ... ehm ... ehm!" Darel menggeleng-gelengkan kepalanya dalam gendongan Shakti.
"Pasti karena Om sudah ada tante cantik, kan? makanya Om jarang kesini karena udah punya temen." lanjutnya.
Shakti menjawabnya dengan tersenyum.
" Om, kemaren aku beli kura-kura lho. Lihat yuk, Om!" ajak Darel meminta Shakti untuk membawanya ke kolam di dekat taman tempat kura-kura barunya.
"Tante Zia di sini aja ya, aku sama Om Shakti dulu mau liat kura-kura," pamitnya sebelum meninggalkan ruang tamu.
Zia menautkan jarinya membentuk tanda 'OK' dan mengedipkan satu matanya.
"Bagaimana kabar kamu sayang?" sapa Mama Kinan langsung memeluk Zia begitupun mbak Anggun istrinya Panca.
"Baik Ma, Mama sehat juga kan?" tanya Zia balik.
"Seperti yang kamu lihat, Mama sangat sehat. Bagaimana hubungan mu sama Shakti? Shakti nggak nyuekin kamu terus, kan?" tanya Mama Kinan sambil mengajak Zia untuk duduk yang di ikuti Anggun.
"Nggak kok Ma, hubungan kami baik-baik saja. Shakti baik kok, dia selalu antar jemput Zia ke sekolah dan meluangkan waktu buat nemenin Zia," jawab Zia jujur, karena memang Shakti memperlakukannya dengan baik.
"Syukurlah, Mama harap pernikahan kalian bahagia. Mama jadi nggak sabar pengen punya cucu dari kamu," Mama Kinan tersenyum saat mengutarakan harapannya.
"Ma ... Zia kan masih sekolah." sela Anggun mengingatkan mamanya yang terlihat antusias dengan harapannya.
"Ya, kan Mama cuma berharap.Lagian kan sebentar lagi Zia lulus.Iya kan sayang?" ucap Mama Kinan.
Zia hanya bisa tersenyum dengan pertanyaan mamanya itu.
Mereka bertiga ngobrol layaknya teman yang sangat akrab. Membicarakan banyak hal, dari bagaimana mengurus rumah tangga, cara menyenangkan suami, resep masakan sampai fashion.
Anggun tahu kalau iparnya ini seorang model dan dia adalah seorang designer, semakin cocok saja bukan. Mama Kinan pun bukan orang tua yang tidak tahu fashion, malahan dia sangat faham soal fashion.Menjadi istri pengusaha mengharuskannya menjaga penampilan selain untuk citra suaminya juga untuk kebutuhannya.
Anggun bahkan menawarkan kerja sama dengan Zia untuk jadi Brand Ambassador boutiq nya yang langsung disetujui Mama Kinan.
Zia merasa beruntung sekali, mendapatkan mertua dan ipar seperti Mama Kinan dan Mbak Anggun, mereka menerima Zia dengan tulus.
Setelah obrolan yang panjang mama Kinan menyuruh Anggun untuk mengantar Zia ke kamar Shakti agar bisa istirahat.
Zia memasuki kamar suaminya untuk pertama kalinya. Suasananya tidak jauh beda dengan kamar yang ada di apartemennya, aroma maskulin langsung tercium begitu Zia memasukinya.
Zia membawa tas berisi baju-bajunya itu ke kamar dan meletakkannya di atas ranjang. Zia berfikir untuk mandi, guna membersihkan tubuhnya dari keringat agar bisa nyaman saat beristirahat. Zia mengambil handuk dari dalam tas nya dan membawanya ke kamar mandi.
Cukup dua puluh menit ia habiskan di kamar mandi, karena Zia cuma berniat menyegarkan tubuhnya.Dia keluar dengan handuk yang melilit di bawah ketiaknya.
Melangkah menuju ranjang tempat tas nya tadi di letakkannya, dia mengambil celana hot pant yang di bawanya dan kaos big size kesukaannya dan langsung mengenakannya.
Saat selesai berganti baju, betapa kagetnya
dia melihat Shakti duduk di sofa memandanginya.
"Sejak kapan kamu di situ?" tanya Zia yang mulai berfikiran bahwa tadi Shakti melihatnya berganti pakaian.
"Sejak kamu ada di dalam kamar mandi," jawabnya santai.
"Kamu, lihat semuanya?" tanya Zia gugup.
"Yang mana? kamu yang keluar dari kamar mandi atau kamu yang sedang melepas handuk?"
"Atau ... kamu yang lagi mengenakan Bra, hotpant atau ...?"
"Stoppp!!!!" sergah Zia.
"Jadi kamu lihat semuanya?" Zia kembali bertanya.
Shakti mengiyakan pertanyaan Zia dengan menganggukkan kepalanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komen, favorite dan vote juga ya
tengkyu ❤❤❤ sayang hee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yayuk Bunda Idza
icip-icip Zia....tak apalah mata dulu hehehe.... bukannya dari mata turun ke hati...
2023-03-23
0
sri hasan basri, S.Pd.
rejeki anak soleh.....pikir sakti
2022-04-14
1
Bundanya Robby
wes lah MP nya di rumah mertua aja shakti dn Zia....semoga Langen sampai akhir hayat💞💞💞💞
2021-07-17
1