"Nanti kamu nggak usah jemput aku, karena aku mau ke agensi buat tanda tangan kontrak." Ucap Zia setelah turun dari motor dan melepaskan helmnya.
Shakti hanya mengangguk dan menerima helm yang diulurkan Zia. Zia berpamitan dan langsung berlari ke gerbang sekolah yang sebentar lagi akan di tutup.
Zia kesiangan hari ini. Karena setelah kejadian semalam, ada rasa canggung antara dirinya dan Shakti. Dan itu membuat dia sulit tertidur karena terlalu banyak yang dipikirkan. Setelah jam dua, dia baru bisa memejamkan matanya. Alhasil, dia jadi bangun kesiangan.
Zia sampai di gerbang sekolah yang hampir di tutup, bertepatan dengan bunyi bel tanda masuk. Dia mempercepat langkahnya dengan berlari lebih cepat, karena kelasnya ada di ujung, dan paling jauh dari gerbang. Untung saja, guru yang mengajar jam pertama ini belum datang saat ia tiba di kelas.
Dengan nafas ngos-ngosan, Zia mendudukkan dirinya di bangku sebelah Dara.
"Tumben lo telat, bergadang lo semalem," sarkas Dara.
Zia langsung melotot, agar temannya ini tahu kalau dia sedang malas untuk membahas kenapa dia bisa telat.
Dara yang dipelototi langsung sadar akan ketidak sukaan sahabatnya ini. Dia pun memilih diam, sampai akhirnya guru yang mengajar jam pertama ini masuk dan memulai kelasnya.
Hingga bunyi bel tanda istirahat, Dara dan Zia hanya fokus mencatat dan memperhatikan apa yang guru ajarkan.
"Gimana, lo dapet ijin dari laki lo?" tanya dara sambil menyeruput es jeruknya.
"Iya, Shakti kasih ijin ke gue kok."
"Akhirnya, kita bisa kerja bareng juga setelah sekian lama." sambut Dara bahagia. Dan langsung memeluk Zia.
"Lebay lo!" balas Zia.
Yang dikatai malah tertawa kegirangan.
.
.
.
.
.
Di Agensi setelah pulang sekolah.
"Nanti saya akan menghubungi kalian soal jadwal pemotretannya," kata Mbak Roro pada Zia dan Dara.
"Ok ... kita tunggu Mbak, terima kasih ya mbak, dan kita pamit dulu," jawab Dara.
Zia dan Dara menjabat tangan mbak Roro bergantian setelah selesai menandatangani kontrak kerja.
Mereka keluar dari Gedung itu dan langsung menuju Mall yang tak jauh dari gedung Agensi. Mereka memang berencana hangout kali ini, karena sudah lama, sejak Zia menikah, dia dan Dara belum pernah hangout bareng.
Rencananya mereka akan nonton karena sedang ada film yang lagi booming akhir-akhir ini, dan menjadi perbincangan para remaja di sekolahnya.
Sampai di bioskop, Dara langsung mengantri untuk membeli tiket dan menyuruh Zia untuk membeli makanan.
"Masuk yuk," ajak Dara yang sudah mendapatkan tiketnya.
Dua jam pemutaran filmnya berlangsung,mereka menikmati setiap adegan dalam film. Mereka keluar dengan perasaan puas, sudah melihat film yang belakangan ini jadi perbincangan. Tidak hanya di kalangan teman sekolahnya saja tapi juga di media sosial dan televisi.
Dara mengajak Zia ke foodcourt untuk makan sebelum pulang. Tapi, belum lagi sampai di foodcourt , ponsel Dara berdering.
Darapun langsung mengambil ponselnya dan menggeser ikon hijau pada layar.
"Iya Tan, kenapa?" sapa Dara pada orang diseberang.
"...."
"Ok."
'Tut ... tut ... tut.' Dara mematikan ponselnya.
"Zi, sory. Kita nggak jadi makan ya, dan gue nggak bisa anter lo pulang," ucap Dara sedikit merasa bersalah.
"Barusan tante gue telfon, nyuruh gue jemput dia. Katanya dia mau nginep di rumah gue. Kalau gue jemput tante gue dulu tar lo pulang kemalaman, soalnya 'kan, rumah tante gue berlawanan arah sama apartemen lo," lanjut Dara dengan nada menyesal.
"Ya udah nggak apa-apa, gue pulang sendiri aja," jawab Zia pasrah.
Dara pergi dengan wajah menyesal, karena tidak bisa menepati janjinya untuk mengantar sahabatnya itu pulang. Zia yang ditinggalkan langsung menghubungi Shakti untuk menjemputnya. Pikirnya, dia bisa sekalian mengajak Shakti buat makan malam.
Setelah mematikan ponselnya, Zia menuju loby Mall menunggu Shakti di sana. Sudah dua puluh menit, Zia menunggu sambil memainkan ponselnya, tapi yang ditunggu belum juga datang.
"Hai, ngapain disini?" suara ini membuat Zia mendongakkan kepalanya menatap siapa yang mengajaknya berbicara.
"Hai," balas Zia.
Raja masih menunggu jawaban Zia soal pertanyaannya kenapa Zia duduk di loby ini sendirian.
"Gue nunggu jemputan," ucap Zia yang menyadari pertanyaan Raja sebelumnya.
"Masih lama nggak, atau mau gue anter? Gue juga udah mau balik." tawarnya.
"Nggak usah. Lagian udah on the way kok, bentar lagi pasti dateng," tolak Zia.
"Kalau gitu gue temenin sampai jemputan lo dateng," Raja langsung duduk di samping Zia.
Zia yang merasa tak enak pun langsung menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Raja. Raja yang melihat itu, seolah bisa mengerti ketidak nyamanan Zia. Raja tersenyum, menampilkan wajah manisnya.
"Nggak usah takut gitu, kan kita udah kenalan kemaren. Gue ... Bukan ... Orang ... Jahat...!" Raja menekankan setiap katanya.
Zia yang merasa tidak enak hati karena ketahuan mencurigai Raja jadi merasa bersalah. "Maaf," itu yang Zia ucapkan sebagai bentuk rasa bersalahnya.
Raja menganguk, dan kembali tersenyum sebagai jawaban. Mereka pun akhirnya mengobrol dengan santai, sampai ada seseorang yang berdiri di depan Zia, dan langsung menarik lengannya untuk berdiri.
Dia adalah Shakti, yang merasa tidak suka saat tahu bahwa istrinya itu sedang berbicara dengan pria asing. Terlebih, saat Shakti mendekat dan tahu kalau yang sedang bersama istrinya itu adalah Raja. Orang yang sedang mencarinya untuk menuntut balas.
Tentu saja Zia kaget dan langsung menatap Shakti. Matanya langsung bertemu mata hitam Shakti yang menampakkan kemarahan.
"Ayo pulang!" itu yang Shakti ucapkan saat membawa Zia untuk mengikutinya.
"Hai, bro! kok buru-buru amat. Kita udah lama nggak ketemu, kan?" Raja menghentikan langkah Shakti dengan pernyataannya.
Shakti membalikkan tubuhnya pun dengan Zia yang mengikutinya.
"Gue nggak mau ketemu sama lo!" jawab Shakti geram.
"Tapi paling tidak lo bisa bilang terima kasih sama gue, karena udah nemenin istri lo."
Raja tersenyum menyeringai saat mengucapkannya. Perkataan Raja sukses membuat Shakti kaget. Dari mana Raja bisa tau kalau Zia ini adalah istrinya.
"Gak usah kaget gitu. Jujur, tadinya gue nggak tahu kalau Zia adalah istri lo. Tapi pas lihat sikap lo tadi, gue yakin kalau dia istri lo," jelas Raja.
Raja memang sudah mendapatkan informasi soal Shakti yang sudah beristri, tapi dia belum tahu siapa istri Shakti. Dia hanya mendapat informasi kalau Shakti telah menikah dengan gadis SMA bernama Alinzia. Dan tidak disangka bukan, kalau istri musuhnya adalah Zia yang dia kenal.
"Jangan coba-coba ganggu istri gue!" ancam Shakti dengan nada marah.
"Gue nggak nyangka kalau ternyata lo udah ninggalin Andien, dan memulai dengan yang baru. Tapi kalau gue jadi lo, gue akan lakuin pilihan yang sama. Buat apa, nunggu gadis gila buat sembuh, sementara lo bisa dapet yang lebih." Raja melirik Zia dengan tatapan melecehkan.
'Bugh'
Shakti langsung menghadiahkan bogem yang diarahkan ke rahang Raja. Raja yang tak siap seketika langsung terjatuh. Darah segar mengalir disudut bibirnya.
Security yang melihat kejadiaan itu langsung mendekat, guna mengantisipasi terjadinya keributan. Raja mengusap darah disudut bibirnya dengan ibu jarinya, sambil menatap menyeringai ke arah Shakti.
Security yang datang hendak menolong Raja untuk berdiri,vtapi Raja menolak dengan mengangkat satu tangannya ke atas sebagai tanda penolakan.
Saat itu juga Shakti menarik tangan Zia, membawanya pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
tengkyu❤❤❤sayang hee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ernadina 86
Zia pasti jadi korban...sudah mah punya suami masih terikat masa lalu..musuh suami pasti ngincer dia buat di jadiin korban kayak Andien..siapkan hati dan mental Zia..yakin pasti kamu akan tersakiti kedepannya
2023-11-06
1
Hera
mulai nih intrik kekerasan nya timbul yaaa
2022-05-26
1
Bundanya Robby
ancaman ke selamatan nya Zia..dulu Aiden kan di perkosa sama raja dn temen2 nya
2021-07-17
1