Saat ini Zia ada di balkon kamar sakti, duduk bersila di kursi kayu yang memanjang, sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
"Ngapain bengong di sini?" suara Shakti memaksanya mendongak, menatap suaminya itu.
"Nggak apa-apa, cuma cari angin aja. Ternyata malam hari di sini enak," jawab Zia.
Shakti memandang paha mulus Zia yang terlihat lebih seperti tidak memakai celana, mungkin karena dia mengenakan hotpant dan kaos big size yang menutupinya. Di tambah lagi posisi duduk Zia yang bersila, makin menampakkan paha mulusnya hingga ke atas. Dia duduk di samping Zia yang langsung membuat Zia bergeser memberi tempat.
"Shak, soal apa yang kamu lihat tadi ... lupain aja ya!" Zia membuka suaranya.
"Kenapa? bukannya sebelumnya juga pernah lihat." Shakti mengingat kejadian di hotel waktu Zia membuka bajunya.
"Ngapain sih diungkit lagi, itukan memalukan!" sungut Zia.
"Kenapa malu? kita kan, suami istri," jawab Shakti yang langsung merubah posisinya menghadap Zia.
Zia jadi terdiam mendengar ucapan Shakti barusan. Shakti bilang mereka suami istri, itu berarti Shakti benar-benar menganggap Zia sebagai istrinya. Terlepas dari sikap peduli Shakti untuk Zia, sampai sekarang Zia selalu bertanya-tanya tentang suaminya ini. Sudah sebulan pernikahannya, Shakti tidak pernah menyentuhnya. Jangankan menyentuhnya, Shakti bahkan tidak terlihat berhasrat kepadanya.
Zia sadar dia masih sekolah, tapi Zia juga cewek normal. Dia menginginkan suaminya itu. Hal yang dulu selalu papinya ingatkan agar menjaga jarak dengan lawan jenisnya, sudah Zia patuhi hingga ia sampai ke pernikahan. Sekarang, dia sudah menjadi seorang istri, haruskan dia menahan hasratnya saat melihat suami tampannya sampai dia lulus sekolah.
"Shak, boleh nggak aku tanya?" Zia pun memutar tubuhnya menghadap Shakti.
Shakti mengangguk, tanda mengijinkan.
"Apa aku kurang menarik di mata kamu?" tanya Zia tanpa basa-basi.
"Maksudnya?" jawab Shakti dengan ekspresi bingung tentang maksud pertanyaan istrinya.
"Ini sudah satu bulan kita menikah, tapi aku lihat kamu nggak pernah terlihat tertarik sama aku. Padahal kita tinggal serumah, kita juga tidur seranjang, nggak sekalipun kamu tergoda, gitu?" jelas Zia tanpa malu-malu.
Mendengar apa yang Zia katakan, Shakti baru mengerti kemana arah pembicaraan istrinya itu. Shakti mencoba menyembunyikan senyumnya mendengar penjelasan Zia, dan menjawab dengan datar. "Jangan terlalu berharap sama aku, jaga hati kamu agar tidak terluka !" jawab Shakti.
Jawaban Shakti ini, sontak menimbulkan tanya dalam hati Zia. Apa maksud dari perkataan suaminya ini?
Zia menatap Shakti tidak mengerti.
Zia ingin bertanya, meminta penjelasan dari ucapan Shakti, tapi diurungkannya. Karena tiba-tiba ketakutan melingkupi hatinya, dia tidak siap kalau harus mendengar sesuatu yang tidak dia harapkan sebelumnya.
Mereka terdiam untuk beberapa saat, sampai ada seekor kecoa terbang, dan terjatuh di paha mulus Zia. Seketika Zia kaget, dan melompat ketakutan ke pangkuan Shakti sambil berteriak.
"Huaa ... apa itu tadi!!!"
Zia menepuk-nepuk pahanya, bekas si kecoa mendarat. Tentu saja kecoanya sudah pergi entah kemana, karena kaget juga sama gerakan tangan Zia.
Zia masih merasa bergidik jijik, dan makin erat memeluk Shakti. Wajahnya dia sembunyikan di dada bidang suaminya itu.
"Kecoanya udah pergi." ucap Shakti menyadarkan.
Mendengar itu Zia mendongakkan kepalanya, tapi seketika juga, Zia menunduk saat sadar betapa dekatnya wajahnya dengan wajah suaminya. Tapi tangan Shakti meraih dagunya, membawanya untuk mendongak menatapnya. Shakti langsung mendaratkan bibirnya menyentuh bibir Zia.
Zia terdiam, bingung harus apa?
Shakti menggigit kecil bibir Zia memaksanya membuka. Ciuman yang awalnya biasa saja, berubah jadi l*m*t*n yang menggairahkan.
Ada sesuatu yang Zia tidak mengerti, tapi rasa itu membuat tubuhnya meremang. Dan membuatnya menginginkan lebih dari sekedar ciuman ini.
Shakti membuatnya merasakan hasrat wanita dewasa. Tanpa sadar, Zia mengalungkan lengannya ke leher Shakti. Hal itu membuat hasrat yang selama ini Shakti sembunyikan seolah keluar tanpa terkendali. Shakti menghentikan ciumannya, saat merasa Zia kehabisan nafas.
Saat itu kesadaran Shakti seolah kembali, dia menatap Zia dan mengusap bibir Zia yang basah karena ciuman mereka.
Ponsel Shakti berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Zia yang masih duduk di pangkuan Shakti, seketika turun saat sadar Shakti hendak meraih ponselnya yang ada di saku celananya.
"Iya suster," jawab Shakti pada orang di seberang telfon.
"...."
" Iya, saya akan segera ke sana."
"tut ... tut ... tut ...." Shakti memutus saluran telfonnya.
Shakti berdiri dan berpamitan pada Zia.
"Aku mau ke Rumah Sakit, kamu tidur saja dulu. Nggak usah nungguin aku," kata Shakti sambil mengusap pucuk kepala Zia dan langsung pergi meninggalkan Zia.
¤¤¤¤
Di Rumah Sakit
"Tadi mbak Andien menanyakan dokter, sebelum dia kembali histeris," jelas suster Maya.
Andien adalah teman sekaligus kekasih Shakti. Shakti yang kala itu memiliki kehidupan yang gelap, perlahan mulai berubah karena Andien. Andien, gadis yang manis dan penyabar itu perlahan-lahan membawa perubahan positif pada Shakti.
Karena janjinya pada Andien lah, yang dulu membuat Shakti menolak menikahi Zia. Dia berjanji akan menjaga dan menikahi Andien. Tapi takdir berkata lain. Andien mengalami hal yang membuatnya harus di rawat di rumah sakit ini, dan penyebabnya adalah Shakti.
Yang menghubungi Shakti tadi, tak lain adalah suster Maya, yang ditugaskan Shakti untuk menjaga Andien. Suster Maya memberikan penjelasan, bagaimana tadi Andien mendapatkan kesadarannya, dan sempat menanyakan keberadaan Shakti. Tapi, tak lama Andien kembali histeris, karena teringat peristiwa yang membuatnya harus di rawat. Dan terpaksa, suster Maya menyuntikkan obat penenang kepadanya.
Karenanya, saat sampai di rumah sakit, Shakti mendapati Andien sudah tertidur lelap.
"Ya sudah, suster boleh beristirahat. Saya akan menjaganya malam ini," perintah Shakti kepada suster Maya.
Shakti melangkah, mengambil bangku dan menggesernya mendekat ke tepi ranjang tempat Andien tertidur. Shakti meraih tangan Andien, menggenggamnya, dan memperhatikan wajah putih pucat Andien.
Rasa bersalah selalu melingkupinya kala ia berada dikamar ini, kamar tempat Andien dirawat. Sudah tujuh tahun, Andien dirawat di sini, dan belum ada perkembangan yang berarti.
Dia mengalami penculikan dan pemerk*saan yang brutal. Yang membuatnya mengalami trauma berat. Beberapa kali, saat dia sadar dan mengingat kejadian itu, dia selalu mencoba menyakiti dirinya sendiri.
"Maafin aku, aku nggak bisa jaga kamu," ucap Shakti lirih.
"Aku juga nggak bisa nepatin janji aku ke kamu, dan sekarang, aku justru menikahi gadis lain," lanjutnya.
" Aku sudah menikah satu bulan yang lalu."
"Tapi percayalah, aku sudah berusaha menolak pernikahan ini."
"Maaf, aku tidak memberi tahu mu sebelumnya, tapi sekarang aku ingin jujur. Bukan karena aku tak lagi cinta sama kamu, cinta ku untuk mu masih sama. Tapi aku tidak bisa, jika harus mengabaikan mama." Shakti terus berbicara sendiri di depan Andien yang tak sadarkan diri.
"Aku harap kamu mengerti, saat kamu sadar nanti, aku akan meninggalkannya untuk mu, jika kamu kembali."
"Aku akan memenuhi janjiku."
Semua itu Shakti ucapkan seolah Andien kekasihnya bisa mendengar apa yang dia katakan.
Dia mencium tangan Andien yang ada dalam genggamannya, menundukkan kepala dan menangis di sana.
"Kembalilah, aku menunggu mu." air mata itupun menetes tanpa ijin.
Di depan Andien Shakti tidak pernah berpura-pura, bahkan, dia tidak sungkan menunjukkan kelemahannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
jangan lupa tinggalkan jejak ya like, komen, favorite, dan vote juga ya
tengkyu❤❤❤sayang hee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ernadina 86
kenapa gak di nikahin aja si pacar walau dia stress status istri mungkin lebih baik lebih bisa cepet sembuh..kalo gini Zia yg jadi korban..lagian kan pasti ada Cctv waktu itu..Zia jg kan pasti udah cerita yg sebenarnya..ngapain mesti dinikahin kalo cm buat di sakitin
2023-11-06
2
Yati Rosmiyati
kasian Zia😭😭
2022-10-08
1
Ani Oktaviani
sakittt bgt dengerr nya thorrr ,, gimana kalo zia mendengar itu yah
2022-09-19
1