Hari itu tiba, hari dimana Zia akan mengikat sumpah dihadapan Tuhan. Untuk hidup bersama pria yang akan berstatus sebagai suaminya.
Acara itu berlangsung pagi hari, dan berjalan lancar. Sekarang, status Zia tak lagi sama, dia sudah menjadi seorang istri. Istri dari Shakti Ing Djagat, seorang dokter tampan yang kharismatik.
Setelah kejadian di Hotel itu, Zia beberapa kali bertemu Shakti. Alasannya, untuk lebih saling mengenal, tapi rasanya, Zia tetap tidak mengenal Shakti. Pria ini begitu tertutup, hanya berbicara sesekali saja, dan menjawab pertanyaan Zia sekenanya.
Hampir saja Zia menolak pernikahan ini. Karena merasa, akan sulit hidup dengan orang yang tidak dia mengerti. Tapi, lagi-lagi, Papi Andra meyakinkan. Bahwa pria inilah yang terbaik untuk Zia.
Papi Andra diam-diam menyelidiki bagaimana Shakti, dan ternyata dia terkesan dengan citra Shakti. Di Rumah Sakit, Shakti terkenal sebagai dokter yang ramah terhadap pasien-pasiennya. Diketahui juga, dia adalah pria yang begitu menyayangi keluarganya, terutama mamanya. Bukankah, pria yang menghormati dan menyayangi ibunya adalah pria yang baik.
Selain menjadi dokter, Shakti juga seorang pengusaha. Dia memang tidak terjun langsung mengurusi bisnisnya. Itu karena waktunya banyak dihabiskannya di rumah sakit .
Begitulah pendapat Papi Andra mengenai penilaiannya terhadap Shakti. Meskipun ada masa lalu yang tidak baik dari diri pria itu, tapi Papi Andra menganggap bahwa itu adalah masa lalu. Yang dilihatnya sekarang adalah Shakti, seorang pria yang baik.
Di hari pernikahan ini tidak banyak yang di undang, hanya beberapa kerabat dekat saja. Karenanya, meskipun acara sudah selesai dari tadi, tetap masih banyak keluarga yang berkumpul hingga malam, untuk sekedar berbincang-bincang dan melepas rindu.
Acara seperti ini memang selalu dimanfaatkan untuk berkumpul bagi keluarga Zia. Yang notabene jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Kalau ada saudara yang punya hajat seperti ini, mereka meluangkan waktu untuk cuti dan berkumpul.
Dari pagi Zia belum juga berganti baju, karena ikut orang tuanya menemui kerabat-kerabat yang sedang berkumpul. Kalau Mama Kinan dan Panca sudah pulang sejak sore tadi.
"Gila lo ya, masak lo nglangkahin gue. Harusnya kan, gue dulu sebagai kakak lo yang nikah." Itu suara Gadis. Kakak sepupu Zia, anak dari tante Merry kakaknya Mami Laura.
"Dan lagi, buru-buru amat sih lo nikah? lo nggak MBA, kan? secara lo kan masih pelajar. Ngapain coba nikah mendadak gini," cecar Gadis.
"Karena laki gue nggak tahan liat body gue. Makanya pengen cepet-cepet nikah, takut khilaf!" jawab Zia asal karena jengah dengan godaan sepupunya itu.
Gadis tertawa puas mendengar jawaban Zia
"Ngomong-ngomong, kok lo bisa kenal sama Shakti sih. Dia itu, dulu temen SMA gue tau nggak. Eh, sekarang malah jadi adik ipar gue. Nyesel gue, dulu nggak ngegebet dia," ucap Gadis seolah-olah benar-benar menyesal.
Shakti yang tidak sengaja lewat mendengar pembicaraan Zia dan Gadis. Shakti berdehem agar Zia dan Gadis menyadari keberadaannya.
"Shakti, selamat ya. Sekarang kita sodaraan," ucap Gadis.
Shakti hanya tersenyum menanggapi ucapan selamat dari Gadis.
"Lo kok bisa sih nikah sama sepupu gue ini, mana dia masih sekolah lagi. Buru-buru amat lo nikahin dia. Kenapa bro?" lanjut Gadis yang sok akrab.
"Seperti kata sepupu lo, gue nggak tahan lihat Bodynya makanya langsung gue nikahin aja, takut gue khilaf," Shakti melirik ke arah Zia mengulang perkataan Zia sebelumnya.
Seketika Zia melengos saat menyadari tatapan Shakti. Dan Gadis hanya senyum-senyum nggak tau diri mendengar jawaban Shakti.
"Gue mau istirahat, kamar lo dimana?" tanya Shakti.
"Tuh! kamar paling ujung yang ada tulisan nama gue." tunjuk Zia ke lantai atas.
"Gue ke atas dulu," pamit Shakti pada Gadis.
Dan Gadis hanya menautkan jari telunjuk dan jempolnya membentuk tanda 'ok'.
"Gila, makin nyesel kan gue lihat Shakti. Dari dulu pesonanya nggak pernah pudar. Pake pelet apa lo sampai Shakti mau nikahin lo," tuduh Gadis dengan bercanda.
"Lo yang gila,dari tadi ngatain gue gila terus. Makanya jangan cuma ngaduk semen sama pasir doang, ngaduk tuh hati orang, biar cepet nikah!" seketika Gadis menoyor kepala Zia.
Gadis adalah seorang arsitek yang kerjanya lebih banyak dilapangan.Turun langsung mengawasi anak buahnya dalam pengerjaan proyek. Dia lebih yakin kalau bisa melihat bagaimana para pekerjanya membangun sebuah bangunan yang dia desain.
"Bacot lo dah, kurang ajar bener sama orang tua."
"Tapi gue jadi kepikiran, apa jangan-jangan karena nama gue Gadis ya, makanya gue gadis mulu. Ih ... amit-amit deh." Gadis menggetok kepalanya sendiri.
"Dis pulang yuk, udah malem nih. Jangan godain Zia melulu, biarkan dia istirahat. Eh, tapi kan, Zia mau malam pertama. Nggak bisa istirahat dong ya," goda tante Merry mamanya Gadis.
Tante Merry dan Gadis berpamitan pada Zia, tak lupa juga mengucapkan selamat dan memberikan wejangan-wejangan tentang berumah tangga.
¤¤¤¤
Dikamar Zia, Shakti baru saja menyelesaikan mandinya. Dengan handuk melilit di pinggang, dia keluar dari kamar mandi. Saat yang bersamaan, Zia membuka pintu kamarnya. Zia terpaku di depan pintu, melihat tubuh Shakti yang hanya di balut handuk.
Gila, badannya keren banget. Selama ini gue cuma liat postur artis korea dari drama yang gue tonton sama di poster doang. Sekarang, gue bisa lihat aslinya kaya gini. Dan ... dan ...ini suami gue.
"Ngapain lo berdiri di situ, kesambet lo?" suara Shakti menyadarkan Zia dari lamunannya. "Lap tu iler lo," sambungnya.
Sepontan saja, Zia langsung mengusap bibirnya. Malu kan kalau ketahuan dia ngeces gara-gara lihat body suaminya. Padahal, siapa tadi yang bilang kalau Shaktilah yang tidak tahan lihat body nya. Sekarang malah dia yang nggak tahan sampai ngeces. Tapi semua itu tidak benar adanya, Zia tidak ngeces. Shakti cuma mengerjainya saja, karena melihat raut mukanya Zia.
" Ih, apaan sih! Gue itu cuma kaget aja lo keluar kamar mandi cuma pake handuk doang. Lagian gue baru tau kalau ada dokter badannya penuh tato gitu. Memang boleh gitu?" elak Zia.
Pertama kalinya Zia meliahat tato di tubuh Shakti. Ada tato besar di punggungnya, di lengan kirinya, dan ada juga di betis kanannya ketika pandangan Zia turun ke bawah.
"Yang dibutuhkan buat jadi dokter itu otak yang cerdas, dan rasa kemanusiaan untuk membantu menyembuhkan. Bukan badan yang mulus." jawab Shakti datar.
Zia melangkah masuk, dan mendudukkan dirinya ditepi ranjang, mengistirahatkan kakinya sejenak. Pandangannya mengikuti Shakti yang masuk ke walk in closet sambil menyeret kopernya.
Zia berdiri di depan cermin, tangannya berusaha meraih kancing baju kebayanya yang ada dipunggungnya. Model kebaya yang terbuka atasnya, menampilkan bahu mulus Zia. Dengan kancing di belakang, penuh menurun sampai di pinggangnya. Kebaya itu nampak cantik ia kenakan. Kebaya berwarna putih gading itu sangat cocok dengan kulit Zia yang putih mulus, dan melekat pas di tubuh Zia yang proposional, karena memang Zia adalah seorang model.
"Butuh bantuan?" tawar Shakti yang melihat Zia kesulitan meraih kancing bajunya, saat ia baru keluar dari walk in closet.
Zia justru menatap curiga pada Shakti, pikirannya membawanya pada kalimat yang diucapakan tante Merry tadi. Tentang malam pertama. Ada rasa ketakutan di sana.
Apa yang harus dia lakukan di malam pertamanya, akankah sakit seperti artikel yang ia baca beberapa hari lalu. Sejak dikatakan Zia akan menikah, dia mencari tahu artikel tentang pernikahan dan malam pertama pun tak luput dari pencariannya.
"Enggak usah mikir yang macem-macem, gue cuma mau bantuin ngelepas kancing doang. Nggak bakal makan lo. Lo masih sepet buat di makan!" cibir Shakti.
*M*aksudnya apa coba masih sepet ... kalau yang di maksud karena gue masih terlalu muda, bukannya om-om suka daun muda ya? atau jangan-jangan?
Zia bergidik sendiri dengan pikirannya.
"Makin ngaco lo ya mikirnya, gue normal! Gue cuma nggak mau aja ganggu sekolah lo." sanggah Shakti, yang seolah tau apa yang di pikirkan oleh Zia tentang dirinya yang 'belok'.
"Jadi mau dibantuin nggak?" tawarnya lagi.
Zia hanya mengangguk sebagai jawaban. Shakti mulai mendekat dan berdiri di belakang Zia. Tangannya mulai meraih kancing yang ada di punggung zia, dan melepaskannya satu per satu.
Saat kancing itu terbuka, nampak lah punggung Zia yang mulus. Seketika hasrat untuk mencium dan menggigit punggung mulus itu muncul.
Tapi, seketika itu juga Shakti menyadarkan dirinya, untuk menekan hasratnya. Dan kembali ke pikiran warasnya. Dia tidak boleh melakukan itu kepada Zia, tidak boleh bermain hati, karena nanti akan ada yang terluka, dan itu adalah Zia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
tengkyu❤❤❤sayang hee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Dewi Avandia
pasti shakti mencintai seseorang di masalalu nya
2022-01-25
2
Lilis Untari
Lo kira buah salak " Sepet"
2021-11-07
1
Bundanya Robby
🤣🤣🤣🤣🙄🙄🙄seepet bang
2021-07-16
1