Saat itulah, Shakti berfikir untuk melepaskan kemeja yang ia kenakan. Untuk mengikat tangan Zia agar tidak bergerak kemana-mana. Yang tentu saja akan membuat hasrat kelelakian Shakti muncul.
Bagaimana tidak, gadis di depannya ini, tanpa terkendali membuka pakaiannya sendiri. Dan tanpa ijin telah mencium bibirnya.
Shakti harus berjuang keras menahan hasratnya makin menggila, dengan kelakuan gadis yang ditolongnya ini. Dan, disaat itulah, saat Shakti melepas kemejanya tapi masih dengan posisi Zia yang mencium bibirnya. Papi Andra yang baru datang, dan melihat adegan putrinya sedang mencumbu seorang pria tak dikenalnya. Emosinya langsung tidak terkendali, sehingga langsung menghajar Shakti.
"Jadi Pak, menurut saya, kita tidak usah memperpanjang masalah ini sampai ke kantor polisi. Karena, jika terbukti adik saya tidak bersalah, tapi kasus ini sudah terlanjur di ketahui publik, saya yakin sebagai seorang pengusaha, anda pasti sangat menjaga citra dan nama baik anda. Begitupun dengan putri anda, saya hanya tidak ingin namanya menjadi tercemar, karena kedapatan berada di kamar hotel dengan seseorang yang tidak dia kenal." Kali ini, Panca mengambil alih pembicaraan.
"Bagaimana tidak bersalah, jelas-jelas adik anda ini telah melecehkan putri saya yang masih SMA!" Papi Andra masih berusaha mendapatkan keadilan bagi sang putri. Keinginannya untuk menghukum laki-laki yang telah melecehkan putrinya belum juga surut.
"Om ... kenapa sih, Om, nggak ngerti-ngerti juga. Saya sudah jelaskan, kalau saya tidak ada niat untuk melecehkan putri, Om. Justru saya ingin membantu putri Om, yang hendak di lecehkan," sela Shakti, yang mengacak rambutnya dengan frustasi karena tuduhan Papi Andra.
"Ok ... gini aja, Om. Bagaimana, kalau kita lakukan visum, saya yakin, putri Om ini, masih murni. Karena saya memang tidak menyentuhnya sama sekali," tawar Shakti, karena berfikir inilah jalan rasional yang akan membuktikan dirinya tidak bersalah.
"Apanya yang mau divisum! Jelas saja putri saya masih murni, karena saya keburu datang, waktu kamu belum sampai melakukan tindakan bejat itu pada putri saya!" tolak Papi Andra.
"Jadi, Om, maunya bagaimana. Om sendiri tahu saya tidak melakukan apapun pada putri, Om. Tapi Om, masih saja mau melapokan saya ke kantor polisi."
"Yang mau saya laporkan itu tindakan pelecehan kamu, yang hendak berbuat asusila terhadap putri saya yang tidak sadarkan diri. Enak saja kamu mau bebas begitu saja, tanpa ada pertanggung jawaban. Bahwa kamu yang telah melecehkan putri saya." jawab Papi Andra bersikeras.
"Jadi, apakah bapak mau Adik saya ini bertanggung jawab atas putri Bapak dengan menikahinya?" pertanyaan Panca langsung membuat seluruh orang yang ada di dalam kamar hotel itu melebarkan matanya. Seolah tak percaya bahwa solusi seperti itulah yang ditawarkan.
"Mas ... lo apa-apaan sih! Gue nggak ngapa-ngapain itu cewek. Ngapain gue harus nikahin dia, lagian dia masih ABG, Mas. Masih sekolah," sergah Shakti tak terima.
"Abis mau gimana lagi, kayaknya itu solusi terbaik untuk kasus ini. Kamu nggak mau kan kalau nama kamu jadi viral karena telah melecehkan anak SMA?" Panca masih dengan sikap tenangnya memberi solusi.
"Saya tidak setuju kalau anak saya harus menikah dengan pria berengsek seperti dia. Sekarang saja dia melecehkan putri saya, siapa yang jamin kalau dia tidak akan selingkuh nanti kalau sudah menikah. Saya tetap pada pendirian saya untuk melaporkan anak kurang ajar ini ke polisi!" ucap Papi Andra masih dengan emosi tinggi.
'huft.' Panca menghela nafas kasar.
"Jadi begini, Bapak Andra dinata yang terhormat, bisakah kita bicara berdua saja," ajak Panca.
Dengan menganggukkan kepala, papi Andra mengikuti panca menuju balkon kamar Hotel.
"Pak, saya tau anda kecewa dengan apa yang dilakukan adik saya. Tapi seperti yang adik saya jelaskan, bahwa dia hanya ingin menolong putri bapak, sebagai lawyer, saya bisa saja membuktikan adik saya tidak bersalah. Mengingat status adik saya adalah seorang dokter. Dan, soal adegan yang anda lihat di kamar mandi itu, semua diluar kendali adik saya," jelas Panca.
"Jadi menurut saya, kita nikahkan saja mereka. Putri Bapak tetap terjaga kehormatan dan nama baiknya, pun dengan Bapak sebagai seorang pengusaha," lanjut panca.
"Saya tidak mengenal adik anda, bagaimana saya bisa mempercayakan masa depan putri saya satu-satunya kepada pria yang tidak saya kenal, seperti apa orang itu." emosi Papi Andra mulai melunak, dan Papi Andra mulai memikirkan solusi dari Panca.
"Saya yakin anda mengenal saya, bukankah kita sudah menjalin hubungan bisnis cukup lama. Tidakkah cukup, saya menjadi jaminan untuk adik saya," ucap Panca meyakinkan.
Ketika memasuki kamar hotel tadi, Panca tertegun melihat sosok Andra dinata disana. Yang notabene adalah rekanan bisnisnya. Selain sebagai seorang lawyer, Panca adalah pengusaha sukses yang dikenal banyak orang.
Karena itulah, Panca berani menawarkan solusi ini. Mengingat siapa Andra dinata, Panca yakin, putrinya juga sama terhormatnya dengan Andra. Lagipula, Panca pernah bertemu sekali dengan putri dari Andra Dinata. Dari pertemuan itulah, Panca menilai kalau putri dari Andra Dinata adalah gadis yang cerdas, periang, supel, dan tentunya cantik.
"Adik saya adalah seorang dokter, dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab," jelas Panca.
"Jadi, bagaimana? Apakah Anda setuju dengan apa yang saya tawarkan?" Panca masih berharap pria didepannya ini setuju dengan idenya, menikahkan putrinya dengan adiknya.
Papi Andra nampak menimang-nimang perkataan Panca, berfikir apakah ini jalan terbaik yang harus ia ambil.
"Baiklah saya setuju, tapi putri saya masih berstatus pelajar, bagaimana dia akan menikah?" tanya Papi Andra ragu.
"Sekarang putri anda sudah kelas XII bukan, sebentar lagi juga akan lulus. Saya yakin ini bukan masalah yang besar ketika nanti mereka menikah, putri anda masih bisa bersekolah. Dan kalau nanti mau kuliah pun, kami akan tetap mendukung," jawab Panca meyakinkan.
"Bagaimana jika putri saya hamil sebelum menyelesaikan sekolahnya?" jelaslah Papi Andra khawatir. Kalau sudah menikah dan hidup bersama pria yang disebut suami, dia tidak bisa lagi melarang apa yang akan dilakukan oleh suami putrinya itu. Mengingat keduanya adalah manusia normal yang memiliki kebutuhan biologis.
"Ah ... soal itu, Anda jangan khawatir. Kalaupun nanti putri anda hamil sebelum lulus sekolah, kami akan menyediakan homeschooling untuk putri Bapak. Jadi, putri Bapak tetap akan terjamin pendidikannya," jelas panca untuk lebih meyakinkan papi Andra.
"Tapi, berapa usia adik Anda, saya lihat, dia bukan lagi remaja seperti putri saya. Mengingat setatusnya sebagai seorang dokter tantunya dia adalah pria dewasa bukan?" Papi Andra jadi berfikir apakah iya, ia akan menikahkan putrinya dengan pria dewasa, yang usianya terlihat begitu jauh dari putrinya.
"Adik saya memang bukan remaja lagi, dia adalah pria dewasa, karena usianya sudah 27 tahun. Mungkin selisih 10 tahun dengan putri Anda. Tapi, Anda tidak usah khawatir, adik saya pria yang bisa membimbing putri Anda. Seperti orang jawa bilang, adik saya bisa ngemong."
Akhirnya, dengan penjelasan dan bujuk rayu dari Panca, Papi Andra setuju, untuk menikahkan putrinya Zia dengan Shakti.
"Mas, kok malah gini sih! Gue itu minta lo datang buat bantuin gue. Bukan buat ngehukum gue. Ya kali gue harus nikahin tu cewek." Shakti tidak terima dengan keputusan dua orang yang baru saja kembali dari balkon itu, yang langsung menjelaskan hasil dari pembicaraan mereka.
Terlihat Mami Laura dan Mama Kinan saling pandang, seolah tak percaya dengan keputusan suami dan juga anaknya.
"Ok, kayaknya kita musti bicara bertiga." Panca menatap Mama Kinan dan Shakti bergantian.
Kemudian mengajak mereka untuk ke balkon, tempatnya tadi bicara dengan Papi Andra. Tentu saja setelah meminta ijin kepada Papi Andra dan istrinya.
"Shak ... lo dengerin gue ya! Ini jalan terbaik yang bisa lo ambil. Pertama, lo terselamatkan dari kasus tuduhan pelecehan. Yang kedua, lo bisa dapet istri yang bakal ngisi hidup lo yang garing itu." Tanpa basa-basi, Panca mengutarakan keinginannya.
"Dan gue rasa, Mama juga bakalan setuju. Gue udah nyelidiki siapa putri dari Andra dinata. Dia gadis yang baik, cerdas, dan, yang nggak kalah penting, dia gadis yang manis dan cantik. Dia bakal bikin hidup lo berwarna lagi, nggak hitam putih kaya hidup lo sekarang." Panca menatap Mama Kinan, mencari persetujuan di sana. Dan senyum mama kinan memberikan jawaban atas pertanyaan Panca.
"Shak ... ayolah! kamu harus berani bertanggung jawab. Nikahi dia!" dengan nada lembut tapi penuh perintah, Mama Kinan menatap netra hitam putranya itu.
"Ma ... Ini pernikahan, bukan pacaran atau main-main, yang kapan saja bisa bubaran. Mama tau kan, Shakti nggak bisa nikah sama orang lain. Shakti masih ingin memenuhi janji Shakti." Tak kalah lembut, Shakti menjawab permintaan mamanya.
"Mau sampai kapan kamu kayak gini? Janji yang kamu buat, yang nggak akan pernah Mama setujui. Pernikahan yang akan membawa keburukan itu dilarang, Shakti. Mama pengen lihat kamu berumah tangga, Mama juga pengen punya cucu dari kamu. Mama sudah semakin tua Shak, Mama cuma pengen lihat anak-anak mama bahagia. Supaya nanti, jika tiba saatnya, Tuhan mempertemukan lagi, Mama sama Papa kamu, Mama akan dengan bangga mengatakan. Kalau mama sudah mengantar anak-anak Mama pada kebahagiaannya masing - masing." Tak terasa, buliran air menetes di pipi wanita yang sudah berumur itu, tapi masih tampak cantik dengan penampilannya saat ini.
Shakti menyadari betapa sedihnya mamanya melihat kehidupannya yang sekarang. Hampa, karena terikat janji yang tak kunjung terlaksana, mungkin tidak akan pernah terlaksana.
"Ok ... Shakti terima keputusan ini. Tapi apa gadis itu mau sama Shakti. Terus, bagaimana rumah tangga kami nanti yang terbangun tanpa cinta. Bukankah itu justru akan menyakitinya?"
"Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa. Dan kuncinya adalah, kamu harus membiasakan diri dengan kehadirannya. Mama tidak menyuruh kamu melupakan dia, tapi saat nanti kamu bersama putrinya Pak Andra, tolong beri dia kesempatan. Biarkan Tuhan yang mengatur jalan kalian." Dengan lembut Mama Kinan memegang bahu Shakti, menatap netra putranya itu dengan meyakinkan. Bahwa inilah jalan terbaik saat ini.
Shakti hanya bisa mengangguk pasrah akan permintaan mamanya. Dia akan mencoba tidak lagi membuat mamanya sedih, dengan menerima gadis yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang.
.
.
.
.
.
.
tinggalkan jejak dengan like ... komen, dan vote juga ya.
tengkyu❤❤❤sayang hee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
LENY
DUH PAPINYA ZIA INI KERAS KEPALA GAK MAU DENGER OMONGAN ORANG SHAKTI KAN DOKTER
2024-10-07
0
Erni Fitriana
dinoveltoon serasa permasalahan mudah diselesaikan...itulah hebatnya othor noveltoon👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2023-12-02
1
Ha?
udah panik ajah sih.. udh gt mreka dr kasta sultan jg 😄😄
2021-09-28
1