Kedatangan Evan langsung disambut karyawan Fariz yang sedang membereskan restoran. Sebentar lagi mereka akan membuka tempat makan tersebut. Evan langsung menuju ruangan di mana kakaknya biasa bekerja. Ketika pria itu membuka pintu ruangan, nampak Fariz sedang berkutat dengan laptopnya.
“Sibuk amat, bang,” Evan menarik kursi di depan meja kerja kakaknya.
“Biasa lagi ngerekap penjualan dua hari lalu.”
“Loh, mba Arini mana?”
“Lagi cuti bulan madu. Makanya repot banget.”
Fariz menghentikan pekerjaannya sejenak. Pria itu mulai fokus pada adiknya. Tumben sekali Evan mau main ke restorannya, di saat hari masih pagi. Bahkan restoran sendiri belum dibuka.
“Kamu ngapain ke sini? Tumben.”
“Iseng aja, bang. Masa ngga boleh.”
“Kamu udah dapet kerjaan?”
“Belum. Tapi Gelar nawarin jadi dosen di kampusnya. Kayanya aku bakal ambil deh.”
“Kamu, ngajar? Ngga salah?”
Evan mendengus kesal, hanya kekehan saja yang keluar dari mulut kakaknya. Tapi sebenarnya tak salah juga Fariz mengatakan hal itu. Evan sendiri memang tak yakin apa dirinya bisa menjadi dosen. Otaknya memang encer, tapi mentransfer ilmu tidaklah semudah yang dibayangkan.
“Kapan kamu mulai kerja?”
“Tadi Gelar bilang, mulainya bulan depan. Jadi sebulan ini aku masih nganggur.”
“Kamu di sini aja dulu, mau ngga? Ngurusin keuangan. Aku keteteran kalau harus ngurus kerjaan Arini. Kamu tahu kan ngurus keuangan?”
“Taulah. Kan aku belajar gituan pas kuliah.”
“Ya udah, selama Arini cuti, kamu yang handle. Lumayan gajinya buat biaya hidup kamu sama Alya. Emang kamu ngga malu apa, Alya kerja kamu nganggur. Mau disebut suami dunia terbalik?”
“Boleh deh. Tapi honornya cingcai ya.”
“Mana ada, ya sesuai aja dengan pekerjaan kamu.”
“Pelit.”
“Mau ngga?”
“Iya deh mau.”
“Nih kamu kerjain. Sana di ruangan Arini aja.”
Evan bangun kemudian mengambil semua berkas yang ada di meja Fariz. Dengan santai pria itu keluar dari ruangan sang kakak, lalu masuk ke ruangan Arini yang ada di sebelah. Evan menaruh semua berkas di atas meja, lalu mulai menyusunnya.
☘️☘️☘️
Tepat jam empat sore, Evan sudah berada di café tempat Alya bekerja. Dia memilih menunggu di atas motor, sambil memainkan ponselnya. Tak berapa lama kemudian Alya muncul. Dia segera berpamitan pada Nana, sahabatnya, lalu bergegas menghampiri motor Evan. Gadis itu segera memakai helmnya, kemudian naik di belakang Evan.
Tanpa menunggu lama, Evan segera memacu kendaraannya meninggalkan area parkir café. Karena Evan memacu motornya dengan kecepatan tinggi, Alya terpaksa memeluk pinggang suaminya. Awalnya Evan terjengit, namun kemudian dia membiarkan saja. Ada gelanyar aneh ketika tangan Alya memeluk pinggangnya.
“Mas aku turun di warung depan. Ada yang mau aku beli dulu.”
“Beli apa?”
“Ish.. kepo amat.”
“Nanya aja, emangnya ngga boleh.”
“Aku mau beli pembalut, puas?”
Tak ada jawaban dari Evan. Pria itu menghentikan kendaraannya di depan warung yang jaraknya berbeda satu blok saja dari rumahnya. Alya meminta Evan langsung pulang. Pria itu menuruti perkataan sang istri. Dia menganggukkan kepalanya saat motor yang ditungganginya melewati ibu-ibu kompleks yang sedang berkumpul di depan rumah Tuti. Sepertinya mereka sedang rumpi di sore hari.
Baru saja Evan memarkirkan motornya di pekarangan rumah. Tiba-tiba saja sebuah tangan memeluknya dari belakang. Dari parfum yang dipakainya, Evan hafal betul kalau yang sedang memeluknya sekarang adalah Sherly. Wanita itu tidak pernah mengganti parfumnya sejak jaman kuliah.
“Evan…”
Sherly terus memeluk tubuh Evan dari belakang. Sontak saja apa yang dilakukan wanita itu mengundang perhatian Tuti dan yang lainnya. Mata mereka membelalak melihat Sherly yang terlihat nyaman saja saat memeluk pria yang sudah beristri di depan rumahnya sendiri. Evan melepaskan tangan yang memeluk perutnya kemudian menghempaskannya dengan kasar. Pria itu berbalik, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.
“Gila lo, Sher!”
Usai mengatakan itu, Evan segera meninggalkan wanita itu. Namun Sherly tak menyerah. Dirinya sudah terlanjur malu mendapat penolakan Evan berkali-kali. Dia terus berusaha, setidaknya mendapat ciuman dari pria itu. Sherly sudah sangat rindu ingin beradu bibir dengan pria itu lagi.
“Van.. lo kenapa sih? Kenapa lo berubah sama gue? Semua karena istri sialan lo itu, kan?”
“Jangan bikin malu diri lo sendiri.”
“Ngga masalah kalau gue bikin malu diri sendiri. Gue cuma pengen elo, Van. Gue kangen elo yang dulu. apa lo lupa kita sering berbagi kenikmatan.”
“Dasar sinting!”
Dengan cepat Evan memasukkan kunci kemudian membukanya. Dia masuk ke dalam dan menutup pintu tepat di depan wajah Sherly. Beberapa kali Sherly berusaha menggerakkan gagang pintu, namun ternyata Evan menguncinya dari dalam. Wanita itu tidak hilang akal. Kalau pun dia gagal mendapatkan perhatian Evan. Dia akan membuat malu pasangan pengantin baru itu.
“Evan!! Lo pikir dengan cara ini lo bisa hindari gue?! Gue ngga nyangka lo laki-laki pengecut! Habis manis sepah dibuang! Setelah lo nikmatin tubuh gue, lo tinggal gue begitu aja. Geu cinta elo, Van!!”
Tuti dan yang lainnya semakin dibuat penasaran. Mereka beringsut mendekat, mengintip dari balik pagar rumah Evan. Sherly terus saja berteriak mengatakan hal-hal yang membuat orang jadi berpikir negatif.
“Itu selingkuhan suaminya Alya?” tanya Wati.
“Kasihan Alya, baru nikah udah diganggu ulet bulu,” Tuti.
“Kalo aku jadi Alya, tak uwes-uwes itu mulutnya,” Rini.
“Jaman sekarang pelakor lebih galak dari istri sah,” Susi.
“Ada apa, bu?”
Keempat wanita itu terlonjak ketika mendengar suara Alya dari belakang mereka. Tuti segera merangsek mendekati Alya, dia menarik tangan Alya kemudian menunjuk pada Sherly yang masih bertahan di depan teras rumah tetangganya itu.
“Alya.. itu ada yang godain suamimu. Tuh dia udah kaya orang gila teriak-teriak dari tadi.”
“Alya, suamimu selingkuh?” tanya Wati yang masih penasaran.
Alya tak menanggapi pertanyaan Wati, gadis itu segera memasuki pekarangan rumahnya. Sherly yang belum menyadari kedatangannya, masih terus berteriak mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
“Evan!! Aku cinta kamu, Van.. aku rela tidur sama kamu karena aku cinta sama kamu, tapi ternyata ini balasanmu. AKU HAMIL, VAN!!”
Langkah Alya terhenti mendengar ucapan Sherly. Keempat wanita di belakang Alya kembali dibuat terkejut. Mereka saling berpandangan, antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Sherly. Alya menarik nafas panjang, kemudian melanjutkan langkahnya. Ditepuknya pundak Sherly, membuat wanita itu membalikkan tubuhnya.
“Apa kamu tidak malu teriak-teriak di rumah orang?” suara Alya terdengar tenang. Padahal dia ingin sekali menjambak perempuan di hadapannya.
“Heh.. kamu bilangin sama suami kamu, dia harus bertanggung jawab sama aku. Aku hamil anak Evan.”
“Oh ya?”
“Kenapa? Kamu ngga percaya?”
“Iya, aku ngga percaya. Kamu mungkin saja hamil, tapi belum tentu itu anaknya.”
“Aku dan Evan sudah sering berhubungan badan. Aku ini sering memuaskan hasratnya. AKU HAMIL ANAK EVAN!!”
Kesal melihat tingkah Sherly yang semakin menjadi-jadi, Evan membuka pintu rumah. Saat akan mengusir Sherly, pria itu dibuat terkejut dengan tindakan sang istri.
PLAK!!
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Sherly. Mata wanita itu membulat, menatap Alya yang baru saja menamparnya sambil memegangi pipinya. Tuti dan yang lainnya juga terhenyak melihat apa yang dilakukan oleh Alya.
“Jangan jadi drama queen. Pergilah, sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu pergi. Anak? Kamu pikir aku percaya dengan sandiwara murahanmu itu? Kalau memang kamu hamil anak mas Evan, bawakan buktinya padaku. Aku sendiri yang akan menikahkanmu dengan mas Evan kalau kamu memang hamil anaknya. Tapi kalau kamu tidak bisa membawakan buktinya, jangan pernah datang lagi ke sini. Karena bukan hanya tamparan yang akan kamu terima nantinya.”
“Evan.. kamu diam saja melihat apa yang dilakukan istrimu ini,” Sherly melihat pada Evan.
“Pergilah, Sher. Atau aku akan melaporkanmu pada polisi. Aku tidak main-main, Sher!”
Melihat Evan yang masih bersikap tak peduli padanya, Sherly segera berlalu. Kepergiannya diiringi sorakan dari Tuti dan teman-temannya. Wanita itu kemudian mengacungkan ibu jarinya pada Alya. Memuji keberanian gadis itu mengusir pelakor yang berusaha menghancurkan rumah tangganya.
Setelah Sherly pergi, Alya segera masuk ke dalam rumah. Evan menyusul masuk istrinya. Alya segera masuk ke dalam kamar. Pikirannya sebenarnya terganggu dengan apa yang dikatakan Sherly. Apa benar Evan sering tidur bersama wanita itu. Lamunannya buyar ketika Evan masuk ke dalam kamar.
“Al.. soal Sherly.”
“Dengar, mas. Aku tidak peduli apa yang terjadi denganmu dan perempuan tadi di masa lalu. Tapi sekarang kamu adalah suamiku, tolong jangan lakukan perbuatan yang hanya mempermalukan dirimu sendiri.”
“Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Sherly. Iya kami memang dekat, tapi tidak ada hubungan apa-apa.”
“Kalau kalian tidak ada hubungan apa-apa, tidak mungkin dia mengaku-ngaku seperti tadi.”
“Iya, aku memang pernah berciuman dengannya, tapi tidak pernah tidur dengannya. Hanya itu, sumpah! Kamu bisa tanya Edward atau Gelar kalau ngga percaya.”
“Terserah, mas.”
Alya yang baru saja kedatangan tamu bulanan, tentu saja emosinya menjadi labil. Moodnya naik turun, ditambah apa yang dilakukan oleh Sherly, semakin memperburuk suasana hatinya. Dia juga kecewa, ternyata suaminya sudah pernah tidur dengan wanita lain. Sedang dirinya sama sekali belum pernah tersentuh satu pria pun.
Kesal karena Alya mengabaikannya, Evan segera mengejar Alya yang bermaksud keluar dari kamar. Ditariknya tangan Alya, kemudian memojokkan perempuan itu sampai punggungnya merapat ke dinding. Evan mengurung pergerakan Alya dengan kedua tangannya.
“Lihat aku, Al. Lihat aku!”
Alya yang awalnya melihat ke arah lain, mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara Evan mulai meninggi. Kedua netranya menatap lekat pria di depannya ini.
“Aku tidak pernah berhubungan dengan Sherly! Tidak pernah! Aku akui, kami memang berciuman beberapa kali, tapi tidak sampai tidur bersama. Tolong percaya, Al. Pernikahan harus didasari dengan kepercayaan, aku berusaha jujur dengan mengatakan apa yang terjadi padaku dan Sherly dulu. Aku harap kamu mau percaya. Seperti aku percaya, kalau kamu adalah perempuan baik-baik yang tidak pernah berhubungan dengan lelaki manapun sebelum kita menikah.”
Alya bergeming, gadis itu tak mengatakan apapun. Hanya matanya yang masih menatap wajah suaminya. Ada kesungguhan dari raut wajah suaminya itu. Disadari atau tidak, hatinya menghangat mendengar kata-kata Evan barusan.
“Apa yang membuat mas percaya kalau aku perempuan baik-baik,” akhirnya terdengar juga suara Alya setelah beberapa saat bungkam.
“Karena aku percaya, papa tidak akan memilihkan perempuan yang salah untukku. Walau dengan cara membohongiku, tapi aku percaya, papa melakukan itu demi kebaikanku. Aku tahu, aku bukan suami yang baik. Tapi aku sedang belajar untuk menjadi suami yang baik untukmu dan keluarga kita.”
“Mas serius menjalani pernikahan ini?”
“Apa aku pernah bilang tidak serius menjalani pernikahan ini? Aku bukan hanya berjanji pada papaku atau bapakmu. Tapi aku juga sudah berjanji di hadapan Tuhan. Itu sebuah janji yang harus kutepati, bukan?”
Hanya anggukan kepala saja yang diberikan oleh Alya. Dia tidak menyangka, kedatangan Sherly justru menjadi awal percakapan panjang mereka. Namun posisi mereka sekarang membuat jantung Alya berdetak tak karuan.
“Kamu percaya padaku?”
“Iya, aku percaya mas.”
“Terima kasih.”
Evan menjauhkan tangannya dari tembok, memberi ruang pada Alya untuk terbebas dari kungkungannya. Dengan kikuk, Alya menjauh dari Evan. Dia mengambil handuk, pakaian ganti dan tentu saja pembalut yang tadi belinya, lalu segera masuk ke kamar mandi.
Evan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Tangannya memegangi dadanya yang berdebar kencang. Berada di posisi yang cukup intim dengan Alya tadi, lumayan membuatnya berdebar juga. Hatinya lega, Alya mau mempercayai ucapannya. Dia sudah takut kalau istrinya itu termakan perkataan bohong Sherly.
☘️☘️☘️
Eaaa..kirain mau dipeluk Alyanya. Ah Evan kamu tuh kurang bisa memanfaatkan situasi🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Khodijah Cyti
loe harus tegas sama si ular betina itu van, kalo nggak dia bakalan gangguin terus.. bukan gak mungkin nanti alya termakan ucapannya
2023-12-26
1
Khodijah Cyti
kirain endingnya bakalan di peluk 😄😄😄
2023-12-26
1
Khodijah Cyti
good evan, aku acungi jempol 2 deh
2023-12-26
1