Dua buah piring kosong tergeletak di meja yang ditempati Antonio dan Tania. Keduanya masih berada di sana setelah menyelesaikan makan mereka. Perbincangan di antara keduanya masih terus berlanjut. Antonio meminta masukan pada sahabatnya tentang calon istri untuk Evan.
“Kamu serius mau menjadikan Alya menantumu?”
“Menurutmu bagaimana? Alya itu pekerja keras dan mandiri, aku yakin dia bisa menjadi pendamping yang baik untuk Evan. Aku yakin Alya akan bisa membantu Evan hidup mandiri dan lebih bertanggung jawab lagi.”
“Kalau itu keputusanmu, aku hanya bisa mendukung. Bagaimana Fariz dan Karina? Apa mereka setuju?”
“Rencananya hari ini aku ingin mengajak Alya ke restoranku, supaya bisa bertemu Fariz dan Karina. Tapi aku bingung bagaimana caraku mengajaknya ke sana.”
“Serahkan urusan itu padaku.”
Tania bangun dari duduknya lalu masuk ke dalam café. Butuh beberapa waktu bagi wanita itu berada di dalam. Tak lama kemudian dia keluar dan kembali ke mejanya. Antonio menatap sahabatnya dengan tidak sabar.
“Bagaimana?”
“Tenang saja. Sebentar lagi dia keluar. Aku bilang padanya Fariz minta dibuatkan soto betawi. Soto betawi buatannya itu enak lo, An.”
“Masa? Aku jadi penasaran.”
“Nanti saja kamu cicipi.”
Senyum mengembang di wajah Antonio. Dia sudah tidak sabar memperkenalkan Alya pada kedua anaknya. Pria itu sudah menyukai Alya sejak awal gadis itu bekerja di café. Selain rajin, Alya juga ramah. Dia selalu tersenyum pada semua pelanggan dan tidak pernah mengeluh.
Sementara itu Alya tengah bersiap untuk pergi ke restoran Antonio. Gadis itu selesai mengganti seragam kerjanya dengan pakaian miliknya. Setelah menguncir rambutnya, dia bersiap untuk pergi. Di luar ruang ganti, Alya bertemu dengan sahabatnya, Nana.
“Kamu mau kemana?” tanya Nana.
“Aku diminta bu Tania ke restorannya pak Antonio. Katanya anaknya pak Antonio lagi pengen makan soto betawi.”
“Dari sana kamu langsung pulang atau ke café lagi?”
“Kata bu Tania, aku langsung pulang aja. Jadi kamu pulang sendiri ya hari ini.”
“Ngga apa-apa.”
“Ya udah, aku pergi dulu. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Sambil menyelempangkan tasnya ke bahu, Alya keluar dari café menggunakan pintu samping. Gadis itu bergegas menuju meja yang ditempati Antonio dan Tania. Melihat Alya sudah datang, Antonio langsung berdiri.
“Kamu sudah siap?” tanya Antonio.
“Siap, pak.”
“Ayo.”
“Mari, bu.”
Tania hanya menganggukkan kepalanya. Alya berjalan mengikuti Antonio yag sudah lebih dulu menuju mobilnya. Gadis itu membuka pintu depan mobil lalu masuk ke dalamnya. Setelah mengenakan sabuk pengaman, Antonio langsung menjalankan kendaraannya.
“Kayaya kita harus beli bahan-bahannya dulu, ya,” ujar Antonio.
“Iya, pak.”
“Kalau gitu kita ke supermarket aja.”
Antonio mengarahkan kendaraannya menuju supermarket yang menjual aneka bahan makanan. Selama dalam perjalanan, dia berusaha mendapatkan informasi tentang gadis itu. Banyak pertanyaan yang dilontarkan pada Alya.
“Umurmu berapa?”
“Tahun ini 19 tahun, pak.”
“Kamu kenapa ngga kuliah?”
“Belum ada biayanya, pak. Aku kasihan sama bapak kalau harus minta biaya lagi untuk sekolahku.”
“Bapakmu kerja di mana?”
“Bapak petugas kebersihan, pak. Biasa mengangkut sampah di daerah Buah Batu.”
“Ooh..”
Hanya itu saja yang keluar dari mulut Antonio. Dia kagum pada Alya yang tidak malu mengatakan apa pekerjaan orang tuanya. Biasanya anak jaman sekarang suka ada yang malu mengatakan pekerjaan orang tuanya karena bukan bekerja kantoran atau wirausaha. Tapi berbeda dengan Alya. Ada kebanggaan di sorot matanya ketika mengatakan pekerjaan sang ayah.
Kendaraan Antonio berbelok memasuki area parkir supermarket. Setelah memarkirkan mobilnya, pria itu turun lalu masuk ke dalam supermarket bersama dengan Alya. Dia mengambil troli dan mulai berburu bahan yang dibutuhkan.
Alya memasukkan susu full cream, santan intsan, kentang, rempah-rempah, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, daun bawang ke dalam troli. Tak lupa dia memasukkan wortel, ketimun dan cuka untuk membuat acar. Setelah itu dia menuju etalase yang memajang daging sapi. Dia memilih daging has dalam untuk soto betawinya.
“Sudah selesai?”
“Anak bapak suka emping, ngga? Kalau soto betawi biasanya pakai emping.”
“Boleh.”
Alya kembali mendorong troli lalu memasukkan emping ke dalamnya. Antonio sengaja mengajak Alya berputar-putar dulu. Dia ingin membelikan makanan untuk gadis itu. Antonio mengajak Alya menuju bagian yang menjual aneka roti dan juga kue.
“Kamu mau apa, Alya? Ambil saja.”
“Ngga usah, pak. Terima kasih.”
“Jangan sungkan, ayo ambil. Buat bapakmu mungkin.”
Sejenak Alya melihat-lihat kue yang terpajang di etalase. Dia tahu kalau papanya itu menyukai makanan yang manis. Akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada black forest ukuran kecil. Matanya terus menatap kue yang dipilihnya, berharap kalau sang ayah mau memakan kue yang dibelinya.
“Masih ada yang mau kamu beli?”
“Ngga ada, pak.”
“Ok, kita bayar sekarang.”
Keduanya berjalan menuju kasir. Satu per satu Alya mengeluarkan barang-barang dari dalam troli. Setelah membayar semua barang yang dibelinya, keduanya bergegas meninggalkan supermarket tersebut.
☘️☘️☘️
Antonio, Fariz dan Karina terus memperhatikan Alya yang sedang berkutat di dapur membuatkan soto betawi. Dia dibantu oleh Erik, salah satu staf kitchen. Karina kagum melihat cara kerja Alya yang cekatan dan sangat menjaga kebersihan. Selain itu, Alya juga cantik. Dia yakin kalau Evan akan jatuh cinta padanya.
“Bagaimana menurut kalian?” tanya Antonio.
“Cocok, pa. aku setuju,” jawab Karina.
“Aku juga. Tapi Alyanya gimana? Papa udah bilang?”
“Belum. Kalau sekarang takutnya dia malah shock. Nanti kamu antar dia pulang, dan coba kenalan sama ayahnya. Papa ingin tahu sepert apa ayahnya,” Antonio melihat pada anak sulungnya.
“Iya, pa.”
“Ada yang aneh saat papa membahas soal ayahnya.”
“Aneh gimana, pa?”
“Dia kelihatan sedih. Kata tante Tania, hubungan Alya dan ayahnya kurang baik. Katanya sih ayahnya ngga sayang sama dia.”
“Loh kok bisa? Bukan ayah kandung kali,” celetuk Karina.
“Ayah kandung. Makanya nanti coba kamu perhatikan bagaimana ayahnya.”
“Ok, pa.”
Ketiganya melanjutkan pengamatan mereka terhadap Alya. Kaisar yang baru saja sampai untuk menjemput istrinya, segera mendekati istri, ayah mertua dan kakak iparnya. Dia berdiri di belakang sang istri, mencoba mencari tahu apa yang sedang mereka perhatikan.
“Lihat apa, sayang?”
“Astaghfirullah. Mas iiihh..”
“Aduh.. aduh.. sakit.”
Karina memukuli lengan suaminya karena kesal sudah membuatnya terkejut. Antonio dan Fariz hanya terkekeh saja melihat pasangan suami istri tersebut. Kaisar merangkul bahu istrinya.
“Kalian lagi pada ngeliatin apa?”
“Itu yang lagi masak calonnya Evan,” ujar Karina.
“Yang benar?”
“Iya. Gimana menurut, mas?”
“Cantik, cocok kayanya sama Evan.”
“Pasti cocok. Dia itu lebih baik dari perempuan yang suka ngintilin Evan, siapa namanya? Papa lupa.”
“Sherly.”
“Nah itu dia, Sherly. Kalau Alya itu kelihatannya anak yang baik, solehah. Ngga seperti Sherly yang keganjenan.”
Mendengar nama Sherly, tak ayal membuat Karina kesal juga. Pasalnya wanita itu pernah mencoba untuk menggoda suaminya. Untung saja Kaisar adalah tipe pria setia dan tidak menyukai wanita seperti Sherly. Dan yang membuatnya kesal, Evan tidak percaya saat Karina menceritakan perbuatan temannya itu.
Lamunan wanita itu buyar ketika Alya datang membawakan semangkok soto betawi buatannya. Alya meletakkan mangkok di depan Fariz, karena menurut informasi yang diterimanya, Farizlah yang minta dibuatkan soto betawi. Belum sempat pria itu mencobanya, Karina menyambar sendok lalu mencicipi makanan tersebut.
“Ehmm… enak. Kamu beneran pinter masak, Al. Kamu pindah kerja di restonya bang Fariz aja gimana? Atau di sini?”
“Saya cuma bisa buat makanan Indonesia aja, kak. Kalau makanan luar saya ngga bisa. Ngga cocok sama lidah saya.”
Fariz merebut sendok di tangan sang adik lalu mencicipi makanan tersebut. Apa yang dikatakan Karina memang benar, rasa soto buatan Alya memang enak. Kaisar merebut sendok dari tangan Fariz lalu ikut mencicipi. Dia penasaran dengan rasa soto tersebut.
“Wah beneran enak ini. Aku mau dong,” pinta Kaisar.
“Boleh, om.”
“Om?”
Mata Kaisar membelalak mendengar dirinya dipanggil om oleh Alya. Tawa Karina dan Fariz langsung pecah mendengarnya. Kaisar segera mendekati kaca yang ada di dekat dapur, dia memperhatikan wajahnya yang tampan. Apa yang salah dengan dirinya sampai Alya memanggilnya dengan sebutan om.
“Aku belum tua loh. Umurku juga masih 28 tahun. Kenapa kamu panggil, om?” protes Kaisar.
“Maaf.. hehehe.. terus aku enaknya panggil apa?”
“Abah, hahaha” celetuk Fariz sambil tertawa.
Wajah Kaisar semakin masam mendengar ledekan kakak iparnya itu. Fariz memang senang sekali menggoda Kaisar. Mereka sudah bersahabat sejak SMP. Keduanya mengenyam pendidikan di sekolah yang sama namun harus berpisah saat kuliah. Kaisar mengambil kedokteran, Fariz mengambil jurusan tata boga.
“Ayo kita makan sama-sama aja,” usul Antonio.
Dengan cepat Alya menyiapkan soto betawi buatannya untuk semua orang. Bukan hanya untuk Antonio dan keluarga, tapi juga semua crew kitchen dapat merasakannya. Semuanya memuji hasil masakan Alya yang sangat lezat. Senyum bahagia tercetak di wajah Alya. Namun melihat keharmonisan keluarga Antonio membuatnya iri dan bersedih. Apalagi saat melihat Karina sangat manja pada papanya. Hal yang tidak bisa dia lakukan bersama sang ayah.
☘️☘️☘️
**Kira² ada apa ya antara Alya sama ayahnya🤔
Ini penampakan Alya versi diriku**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
aphrodite
😂😂😂😂😂koplak
2024-10-08
1
aphrodite
Buahahahahaha
2024-10-08
1
Khodijah Cyti
jawaban nya menyusul 😂😂😂
2023-12-25
1