Motor yang dikendarai Evan memasuki pekarangan rumahnya. Nampak Alya sedang mengangkat jemuran yang dicucinya tadi pagi. Karena cuaca terik, pakaian cepat kering walau hanya diperas dengan tangan. Di rumah barunya, Antonio memang tidak memberikan mesin cuci. Tapi itu bukan masalah untuk Alya, karena dia sudah terbiasa mencuci dengan tangan.
Evan masuk ke dalam rumah, meletakkan helm di nakas lalu mendudukkan dirinya di sofa. Tangannya bergerak menyalakan televisi. Beberapa kali dia memindah tayangan, sedang pikirannya entah kemana. Dia bangun lalu menuju kulkas, diambilnya minuman dingin yang tadi dibelinya di supermarket.
Untuk sejenak Evan memandangi isi kulkas yang mulai penuh. Daging sapi untuk steak, fillet ayam, sosis, daging asap, butter dan keju tertata rapih di dalamnya. Bahkan untuk keju, Evan sampai membeli tiga jenis, cheddar, parmesan dan mozzarella. Belum lagi susu full cream dus besar, cream cooking dan beberapa kaleng minuman bersoda sudah tertata cantik di dalam kulkas.
Kemudian pandangannya beralih ke meja makan. Di sana terdapat roti tawar gandum, selai kacang merk ternama, selai coklat merk ternama dan keju oles. Belum lagi tiga buah jenis pasta yang dibelinya, spaghetti, fettucini dan lasagna sudah berada di dalam kabinet. Ditambah demi glace, kecap Inggris, minyak wijen, kecap asin dan olive oil juga dibelinya tadi.
Evan termenung, untuk membeli semua bahan untuk makanannya saja sudah habis hampir tujuh ratus ribu, belum ditambah beli kebutuhan lain untuk di rumah. Kini uang di rekeningnya hanya tinggal enam ratus ribu rupiah saja. Kepalanya langsung pusing mengingat perjalanan mereka sampai akhir bulan masihlah panjang.
Lamunan Evan buyar ketika Alya masuk dengan membawa pakaian yang sudah kering. Tanpa menunda pekerjaan, dia langsung menggelar kain dan bersiap menyetrika di ruang depan sambil menonton televisi. Evan melangkahkan kakinya menuju ruang depan, lau mendudukkan diri di kursi. Matanya memandangi istrinya yang sedang menyetrika. Ternyata Alya adalah perempuan yang rajin.
“Gimana mas tadi?” Alya membuka percakapan.
“Hah?”
“Tadi abis ketemu teman-teman, apa ada hasil?”
“Ck.. udahlah kamu ngga usah kepo. Pokoknya kamu ngga usah khawatir, aku ngga akan buat kamu mati kelaparan,” ketus Evan.
Alya hanya menghembuskan nafasnya. Dia tak mengatakan apa-apa lagi dan hanya meneruskan pekerjaannya saja. Apa yang keluar dari mulutnya selalu salah ditanggpi oleh Evan. Dengan cepat Alya menyelesaikan pekerjaannya. Dia segera membereskan pakaian, alas setrika dan juga setrikaan.
“Kamu besok mulai kerja?”
“Kan aku udah bilang tadi. Kenapa mas nanya terus? Tenang aja, mas, besok pagi sampe sore aku sibuk kerja, jadi mas ngga bakalan lihat muka aku,” balas Alya.
Tentu saja Alya masih kesal dengan jawaban Evan soal pekerjaan. Dan sekarang dia berhasil membalas suaminya itu. Evan melihat pada istrinya dengan kesal. Pria itu masuk ke dalam kamar lalu keluar dengan handuk tersampir di pundaknya. Lebih baik mandi dan menyegarkan tubuh dari pada berdebat dengan Alya.
☘️☘️☘️
“Mas mau makan apa?”
“Biar aku aja yang masak sendiri.”
Mendengar jawaban Evan, Alya tidak jadi membuatkan makanan untuk suaminya. Dia memilih menghangatkan makanan yang tadi dimasaknya. Evan membuka kulkas, kemudian mengeluarkan butter, smoke beef, sosis dan cream cooking dari dalamnya. Kemudian dia merebus spaghetti.
Alya hanya melirik dari sudut matanya ketika Evan mencincang bawang putih dan mengiris smoke beef serta sosis. Setelah spaghetti matang, dia segera meniriskannya. Diambilnya pan lalu memasukkan butter secukupnya. Tangannya mulai bergerak menumis bawang putih cincang, lalu memasukkan potongan smoke beef dan sosis. Setelah semua bahan dirasa matang, Evan memasukkan cream cooking. Tak lupa dia memasukkn merica bubuk, garam dan penyedap. Setelah saos cream tercampur rata, dia memasukkan spaghetti lalu mengaduknya. Terakhir dia menaburkan keju parmesan di atasnya.
Pasangan suami istri duduk berdampingan di ruang depan. Mereka makan bersama dengan menu berbeda. Evan menikmati spaghetti carbonaranya, sedang Alya makan dengan menu sayur lodeh dan balado pindang tongkol. Keduanya nampak menikmati makanannya masing-masing. Sesekali Evan mencuri lihat pada Alya. Harum sayur lodeh menusuk indra penciumannya.
Usai makan malam, Alya segera mencuci semua peralatan kotor. Sedang Evan masuk ke dalam kamar. Dia sibuk dengan laptopnya, membuka file yang tadi dikirimkan Gelar. Dia sedang mempelajari contoh silabus yang dikirimkan sahabatnya.
Alya baru saja selesai mengeringkan tangannya ketika terdengar ketukan di pintu. Dia melihat jam yang tergantung di dinding, waktu hampir jam setengah sembilan malam. Keningnya berkerut, siapa yang bertamu ke rumahnya malam-malam begini. Gadis itu bergegas menuju ruang depan, lalu membuka pintu. Alya terkejut melihat Sherly berdiri di depan pintu.
“Evan mana?” tanya Sherly tanpa basa-basi.
Alya tak langsung menjawab pertanyaan Sherly. Wanita itu tahu siapa yang berdiri di depannya. Sherly hadir di pernikahannya, dan dia juga yang memeluk Evan saat itu. Mata Alya memindai penampilan Sherly yang terlihat seksi. Tubuhnya terbalut dress press body yang menonjolkan bongkahan kenyalnya dan lekukan pinggangnya. Panjangnya juga hanya sebatas paha saja.
“Heh.. budeg ya. Mana Evan?”
“Kamu punya hape, ngga?” Alya malah balas bertanya.
“Apa maksud kamu?”
“Kamu ngga lihat jam di hape kamu? Coba lihat, sekarang udah jam berapa? Udah ngga pantas berkunjung selarut ini.”
“Suka-suka gue, lah.”
“Tapi gue ngga suka,” balas Alya.
Belum sempat Sherly membalas ucapan Alya, wanita itu langsung menutup pintu. Hampir saja hidung Sherly mencium daun pintu, kalau dia tidak bergerak mundur. Dengan geram Sherly kembali mengetuk pintu, kali ini ketukan bertambah keras, bahkan bisa dibilang gedoran. Namun Alya menulikan telinganya, wanita itu melenggang ke dapur.
Mendengar suara ribut, Evan keluar dari kamar. Kepalanya langsung tertoleh pada pintu yang digedor cukup kencang, disusul oleh suara Sherly. Alya membalikkan tubuhnya ketika Evan memanggilnya.
“Siapa itu?” tanya Evan. Suaranya seperti Sherly, tapi Evan tak yakin juga. Karena wanita itu tidak tahu di mana dia tinggal.
“Pacar, mas. Siapa tuh namanya yang meluk mas waktu itu.”
“Sherly.”
“Iya. Bukain aja kalau mas mau ketemu dia,” ujar Alya tak peduli.
“Ck…”
Bukannya membukakan pintu, Evan malah masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil ponselnya, lalu menghubungi Sherly. Mendengar suara ponselnya berdering, Sherly menghentikan gedorannya lalu mengambil ponselnya. Senyumnya mengembang melihat Evan yang menghubunginya.
“Halo Van.. bukain pintu, dong. Istri gilamu itu ngga ngijinin aku masuk.”
“Lo ngapain ke rumah gue?”
“Aku kangen sama kamu, Van.”
“Lo mendingan pulang, deh. Jangan malu-maluin gue. Gue warga baru di sini. Jangan sampe gue dipanggil RT gara-gara elo. Pulang sana!”
“Evaaann,” suara Sherly terdengar merajuk.
“Lo pilih pulang atau gue panggilin satpam buat nyeret lo pergi,” ancam Evan.
Tanpa menunggu jawaban Sherly, Evan langsung memutuskan panggilan. Dengan kesal dia melemparkan ponsel ke kasur. Pikirannya sedang pusing memikirkan pekerjaan, Sherly malah datang merecoki hidupnya. Senyum Alya terkembang mendengar apa yang dikatakan Evan. Setidaknya suaminya itu tidak meladeni wanita yang bercita-cita menjadi pelakor dalam pernikahannya.
Sementara itu, Sherly terpaksa pergi setelah diusir oleh Evan via telepon. Sambil mengucapkan sumpah serapah, dia masuk ke dalam mobilnya. Tak berapa lama dia meninggalkan kediaman Evan. Tetangga kanan kiri Evan yang tadi sempat mendengar suara gedoran pintu, keluar dari kediamannya.
“Itu tadi siapa?” tanya bu Tuti.
“Ngga tau. Perempuan ngga bener kayanya, lihat aja pake baju kurang bahan gitu,” jawab Wati.
“Besok-besok kalau ke sini langsung usir aja. Bahaya kalau suami kita kecantol sama dia.”
“Lah kalau kecantol sama pak Rusdi, ngga mungkin. Lihat kumisnya aja udah semaput dia, hihihi..”
“Watiiiiii!!!”
Perempuan bernama Wati itu segera masuk ke rumahnya. Tak mempedulikan panggilan bu Tuti padanya. Sambil misah-misuh Tuti masuk ke dalam rumahnya. Enak saja wanita itu meledek kumis baplang suaminya yang seperti mas Adamnya mba Inul. Karena kumis itu bu Tuti jatuh cinta pada suaminya.
☘️☘️☘️
Perlahan mata Alya terbuka, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan suaminya. Gadis itu cukup terkejut, setahunya mereka tidur saling membelakangi dan cukup berjarak. Sekarang mereka dalam posisi berhadapan dan jarak di antara mereka hanya beberapa senti saja.
DEG
DEG
DEG
Begitulah bunyi degup Alya ketika posisi dirinya dengan Evan begitu dekat. Bahkan hembusan nafas Evan terasa menyapu permukaan wajahnya. Baru saja Alya akan beranjak dari tempatnya, tiba-tiba tangan Evan merengkuh tubuhnya dan menjadikannya guling hidup. Tubuh Alya seketika menegang. Jantungnya berdegup semakin cepat.
Untuk beberapa saat Alya tak bisa menggerakkan tubuhnya. Wajahnya berada dekat dengan dada sang suami. Pelan-pelan Alya mendongakkan kepalanya, nampak Evan masih terlelap. Gadis itu sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya, mungkin dalam pikiran Evan saat ini tengah memeluk erat gulingnya.
Akhirnya Alya bisa bernafas lega setelah Evan melepaskan pelukannya. Buru-buru dia bangun dari tidur lalu keluar dari kamar. Sesaat gadis itu berdiri di depan pintu kamar seraya memegangi dadanya. Degup jantungnya masih belum normal. Alya menarik nafas beberapa kali, kemudian segera masuk ke kamar mandi. Sebentar lagi adzan shubuh akan berkumandang.
☘️☘️☘️
“Al.. kamu kerja jam berapa?” tanya Evan sepulang dari masjid.
“Aku kerja jam delapan.”
“Berarti kamu berangkat jam setengah delapan?”
“Iya.”
“Ya udah, aku mandi dulu. Nanti aku antar ke café.”
Evan segera masuk ke dalam kamar. Setelah melepaskan baju koko dan sarung yang dikenakannya, pria itu bergegas menuju kamar mandi. Selama Evan berada di kamar mandi, Alya dengan cepat membuatkan sarapan untuk suaminya. Alya memutuskan sarapan seperti sang suami demi menghemat waktu.
Empat potong sandwich, segelas susu dan air putih sudah tertata di meja. Alya segera menuju kamarnya, lalu keluar sambil membawa handuk. Setelah Evan selesai mandi, gadis itu masuk ke dalamnya. Terdengar gemericik air ketika Alya mulai membasuh tubuhnya.
Evan keluar dari kamar, tubuhnya sudah terbungkus kaos polos dan celana chinos hitam. Dia segera menuju ruang makan, karena Alya baru saja keluar dari kamar mandi. Pastinya istrinya itu hendak berpakaian dan berdandan. Evan mendudukkan diri kursi tamu dan mulai memakan sandwich.
Harum aroma bubble gum langsung terendus indra penciuman Evan ketika Alya keluar dari kamarnya. Sejenak Evan memandangi istrinya yang mengenakan jeans dan kemeja lengan panjang, rambutnya dikuncir kuda, sedang wajahnya hanya dipoles bedak saja. Bibirnya juga hanya dipulas lispstik warna merah muda.
Alya menyusul Evan duduk di kursi tamu. Dia mengambil sandwich yang tersisa kemudian mulai memakannya. Suasana di antara mereka menjadi hening, keduanya hanya fokus menghabiskan sarapan.
“Mas mau makan ngga nanti siang? Mau aku masakkan nasi?”
“Ngga usah, aku mau ke resto bang Fariz. Kamu selesai kerja jam berapa?”
“Jam empat.”
“Jangan pulang sendiri, nanti aku jemput.”
Alya hanya menganggukkan kepalanya saja. Walau hubungan mereka masih terasa canggung, namun Evan cukup bertanggung jawab padanya. Semoga saja ke depannya hubungan mereka semakin membaik. Bagaimana pun juga mereka berdua sudah terikat dalam perikahan. Dan Alya ingin pernikahan ini menjadi pernikahan seumur hidupnya.
☘️☘️☘️
Evan tuh sebenernya tanggung jawab dan serius jalanin pernikahan, cuma ngeselin😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
aphrodite
tetangganya asik😂😂☝
2024-10-08
1
Nabila hasir
baca evan ma alya sama kayak nbila.nikah di jodohin.heheheh
alhamdulillah sdah 26 thn pernikahan dan perkawinan.heheh
ingat ijab nya evan saya trima kawinnya.hahahah
2024-01-22
1
⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸
gpp deh yg pnting tnggung jawab klu ngeselin ntar lama2 jg bs berubah klu dah cinta sama Alya 🤭
2023-09-21
1