Beban

Alya keluar dari kamar, matanya tertuju pada meja makan. Kwitiaw yang tadi dibuatnya masih utuh di atas meja. Gadis itu keluar untuk menemui Dadang yang ada di teras. Bapaknya itu sedang menikmati kopi hitamnya dengan ubi rebus. Alya menghela nafasnya, pasti sang ayah tidak akan memakan sarapan buatannya lagi.

“Pak..” panggil Alya sambil mendudukkan diri.

“Nanti malam ada tamu yang mau bertemu bapak,” lanjut Alya karena Dadang masih aja diam.

“Siapa?” akhirnya terdengar juga suara Dadang.

“Om Antonio.”

Kening Dadang nampak berkerut mendengar nama yang disebutkan oleh anaknya. Kepalanya langsung berpikir, apa yang diinginkan pria bernama Antonio itu. Dia lalu melihat pada Alya.

“Untuk apa dia ke sini?”

“Nanti aja bapak langsung yang bicara dengan om Antonio.”

“Hem..”

“Bapak, itu kwitiawnya ngga dimakan?”

“Ngga.”

Raut kekecewaan nampak di wajah Alya. Walau sudah sering pria itu menolak makanan yang dimasak olehnya, tak pelak jawaban Dadang tetap membuatnya kecewa. Gadis itu bangun dari duduknya. Langkahnya terhenti ketika hendak masuk ke dalam rumah.

“Bungkuskan saja. Biar bapak bawa ke tempat kerja.”

Refleks Alya menoleh pada Dadang. Wajah pria itu tetap terlihat datar. Segurat senyum terbit di wajah Alya. Bergegas dia masuk ke dapur, diambilnya misting lalu memindahkan kwitiaw ke dalam tempat makan itu. Kemudian Alya merebus air, dimasukkannya irisan jahe dan sereh yang digeprek. Setelah merebus dua rempah itu cukup lama, Alya mematikan kompor lalu memasukkan irisan lemon.

Gadis itu masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Tak lama dia keluar lagi setelah mengenakan pakaian untuk berangkat kerja. Alya kembali ke dapur. Dimasukkannya air rebusan tadi ke dalam tempat minum. Kemudian gadis itu mengambil madu yang dibelinya kemarin. Dimasukkan dua sendok madu ke dalam minuman tadi lalu mengaduknya. Alya menutup rapat tempat minum itu lalu mengambil tempat makan, dimasukkannya ke dalam tote bag lalu membawanya pada Dadang.

“Pak, ini kwitiawnya di tempat makan. Dan di tempat minum ini ada minuman rempah, yang aku tambah pake madu. Diminum ya, pak. Ini bagus buat kesehatan bapak.”

Alya menaruh tote bag di depan Dadang. Pria itu hanya berdehem saja melihat perhatian sang anak padanya. Dadang bangun lalu memakai jaketnya, dia bersiap untuk berangkat kerja. Diambilnya tote bag yang tadi diberikan oleh Alya. Melihat sang ayah hendak pergi, Alya buru-buru menyalaminya. Gadis itu mencium punggung tangan Dadang dengan takzim.

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Mata Alya terus memandangi punggung Dadang yang mulai menjauh. Dia cukup senang melihat sikap bapaknya hari ini. Sambil tersenyum, Alya masuk ke dalam rumah. Dia hendak membereskan dulu peralatan kotor, baru kemudian berangkat ke cafenya.

Di depan gang, seperti biasa teman Dadang sudah menunggu. Pria itu menyodorkan helm pada temannya itu. Dadang menitipkan tote bag yang diberikan Alya tadi untuk digantung di depan.

“Apa ini?”

“Kwitiaw buatan anakku dan juga air rempah.”

“Anakmu benar-benar solehah.”

“Anakku memang solehah dan pintar masak. Dia anak yang baik,” Dadang naik ke belakang temannya.

“Kalau begitu rubah sikapmu. Kasihan Alya kalau kamu terus mendiamkannya.”

“Ayo jalan.”

Tak ada tanggapan dari Dadang, motor yang dinaikinya segera melaju. Diam-diam dia tersenyum mengingat bagaimana Alya yang begitu perhatian padanya. Tapi pikirannya lalu tertuju pada Antonio. Pria itu masih penasaran, apa yang akan dibicarakan Antonio padanya.

☘️☘️☘️

Malam harinya, Antonio ditemani Fariz mendatangi kediaman Dadang. Kedatangan mereka disambut ramah oleh Alya. Gadis itu mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk. Dia mengetuk pintu kamar Dadang, dan tak lama kemudian pria itu keluar dari dalamnya. Antonio dan Fariz bangun untuk bersalaman dengan Dadang.

Alya bergegas menuju dapur untuk membuatkan minuman. Dari arah dapur, gadis itu bisa mendengar Antonio sedang memperkenalkan dirinya. Tangannya berhenti mengaduk gula yang ada di cangkir ketika Alya mendengar Antonio sedang membahas soal Evan. Dia bergegas menyelesaikan minuman yang dibuatnya, lalu segera menuju ke ruang depan.

Percakapan terhenti sejenak, ketika Alya datang membawakan minuman. Gadis itu menaruh tiga cangkir teh manis di atas meja, tak lupa dengan kue lapis legit yang sengaja tadi dibelinya. Lalu dia mendudukkan diri di dekat Dadang.

“Jadi.. kedatangan saya dan Fariz ke sini bermaksud untuk melamar Alya untuk anak bungsu saya yang bernama Evan.”

Suasana menjadi hening ketika Antonio mengatakan maksudnya pada Dadang. Diam-diam Alya melirik pada sang bapak yang masih belum mengatakan apa-apa. Jantungnya berdebar kencang menunggu jawaban dari Dadang. Kedua tangannya saling meremat satu sama lain.

“Anak saya mungkin bukan laki-laki yang terbaik untuk Alya. Tapi saya tahu anak saya. Dibalik sikapnya yang keras kepala dan suka membangkang, dia memiliki hati yang hangat. Tidak sulit baginya jatuh cinta pada Alya.”

“Kenapa harus anak saya?”

“Jujur, saya pribadi sangat menyukai Alya. Dia anak yang baik, rajin dan juga solehah. Makanya saya sangat ingin menjadikan Alya menantu saya. Tapi itu jika bapak berkenan. Kalau pun tidak saya tidak akan memaksa.”

Suasana kembali menjadi hening. Jantung Alya semakin berdebar kencang. Dia sama sekali tidak bisa membaca ekspresi dari Dadang. Pria itu tetap terlihat tenang, ekspresinya juga biasa saja. Tidak terlihat terkejut, marah atau senang. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya pria itu membuka mulutnya.

“Baiklah kalau memang begitu, saya terima lamaran bapak.”

Sontak Alya langsung mengangkat kepalanya. Entah apa yang dirasakannya saat ini, apakah harus sedih atau senang. Berbanding terbalik dengan Antonio dan Fariz yang terlihat begitu bahagia.

“Pak Dadang yakin?” tanya Antonio lagi untuk lebih meyakinkannya.

“Seperti yang bapak bilang, anak bapak adalah pria yang baik. Alya pasti bahagia hidup dengannya.”

“Terima kasih pak Dadang, terima kasih.”

Dengan senang Antonio menjabat tangan Dadang. Wajah pria itu nampak begitu sumringah. Fariz pun merasakan hal yang sama. Setelah restu Dadang turun, kini tinggal memikirkan bagaimana menyuruh Evan pulang dan memintanya menyetujui pernikahan ini.

Tak banyak yang mereka perbincangkan lagi setelah Dadang menerima lamaran Antonio. Pria itu bersama dengan Fariz pamit pulang. Alya mengantar kedua tamunya sampai ke depan rumah. Antonio mengusap puncak kepala Alya, kemudian meninggalkan rumah sederhana itu.

Alya masuk ke dalam rumah. Setelah menutup dan mengunci pintu, gadis itu menghampiri sang ayah. Dia duduk di dekat Dadang yang masih belum beranjak dari tempatnya semula. Alya ingin menanyakan alasan Dadang menerima lamaran Antonio.

“Pak.. apa alasan bapak menerima lamaran om Antonio?”

“Evan anak yang baik, keluarganya juga mapan. Kamu pasti akan terjamin jika menikah dengannya. Dan tanggung jawab bapak akan berpindah ke pundaknya.”

“Tanggung jawab? Jadi bapak sudah tidak mau bertanggung jawab lagi padaku?”

“Memiliki anak perempuan itu merupakan tanggung jawab yang besar. Jika sudah ada lelaki yang menjadi suamimu, maka bapak akan terbebas dari tanggung jawab itu.”

Tanpa mempedulikan perasaan Alya, Dadang bangun dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar. Alya tak dapat menahan tangisnya. Mendengar alasan Dadang sangat menyakiti hatinya. Dirinya seperti sebuah beban, dan dengan menikahkannya maka beban itu akan terangkat dari pundak Dadang.

☘️☘️☘️

Alya duduk termenung di bagian belakang café. Seharian ini, dia tidak berkonsentrasi bekerja. Gadis itu terus memikirkan apa yang dikatakan Dadang semalam. Bahkan dia tidak membuatkan sarapan untuk Dadang pagi ini. Hatinya sudah terlanjur sakit hati mendengar kata tanggung jawab yang keluar dari mulut pria itu.

Setelah menaruh piring kotor di bak cuci, Nana langsung mencari keberadaan sahabatnya. Sejak datang sampai sekarang wajah Alya terlihat murung, seperti ada yang tengah dipikirkan olehnya. Sudut mata gadis itu menangkap sang sahabat tengah duduk termenung di dekat pintu belakang café.

“Hey ngelamun aja. Ayam tetangga gue kemarin mati kebanyakan ngelamun.”

Nana menyentuh bahu sahabatnya. Alya terjengit ketika merasakan sentuhan tangan Nana. Buru-buru gadis itu mengusap airmata di wajahnya. Nana yang terkejut langsung duduk di samping sahabatnya.

“Al.. kamu kenapa?”

“Nana..”

Melihat sahabat baiknya, Alya semakin tidak bisa menahan tangisnya. Nana langsung memeluk Alya, membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Alya bukanlah gadis cengeng, jika dia menangis, itu tandanya dia sudah tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Nana mengusap punggung sahabatnya dengan lembut.

“Kamu kenapa, Al? Cerita sama aku.”

Perlahan Alya mengurai pelukannya, dia menghapus airmata di wajahnya lalu menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Nana dengan sabar menunggu sang sahabat mau menceritakan masalah yang menderanya. Dengan suara yang masih diselingi senggukannya, Alya menceritakan apa yang menimpanya. Rasa sakit hatinya akibat ucapan bapaknya.

“Serius elo dilamar sama pak Antonio?” mata Nana membelalak mendengarnya.

“Iya. Gue mau dinikahin sama anak bungsunya. Namanya Evan.”

“Bokap lo setuju dan bilang ke elo supaya tanggung jawabnya pindah gitu ke suami lo?”

“Iya.. ternyata selama ini gue cuma dianggap beban sama bokap. Pantes aja dia ngga pernah sayang sama gue. Hati gue sakit, Na.. sakit.”

Nana menarik Alya ke dalam pelukannya. Dia bisa ikut merasakan apa yang dirasakan sahabatnya ini. Nana adalah teman baik Alya sejak kecil, rumah mereka hanya berbeda dua gang saja. Jadi sudah sejak lama gadis itu tahu apa yang menimpa Alya. Tak jarang Alya main ke rumahnya, karena kedua orang tua Nana juga menyayangi gadis itu.

Perekonomian keluarga Nana kurang baik. Ayahnya bekerja sebagai Hansip di lingkungan rumah mereka dan ibunya buruh cuci. Nana masih memiliki dua adik yang masih sekolah di bangku SD dan SMP. Sedang kakaknya hanya menghabiskan uang orang tua saja, sering membuat masalah dan sempat dua kali masuk penjara. Nana mengalah tidak melanjutkan sekolah dan langsung bekerja. Dirinya yang hanya tamatan SMP bekerja serabutan membantu di warung tetangganya. Setelah memiliki KTP barulah dia melamar kerja di café.

Perbicangan kedua gadis itu terhenti ketika mendengar suara Cheryl di dapur. Atasannya itu paling tidak suka melihat karyawan mengobrol di jam kerja. Buru-buru Alya menghapus airmatanya. Nana juga bersikap seolah-olah tidak ada pembicaraan di antara mereka. Dia segera masuk ke dapur. Di saat bersamaan Cheryl berjalan ke arahnya. Matanya langsung melihat pada wajah Alya. Mata gadis itu memerah dan sedikit bengkak.

“Kamu kenapa?” tanya Cheryl.

“Ng.. Alya pusing katanya, bu,” jawab Nana.

“Lebih baik kamu pulang.”

“Ngga apa-apa, bu. Saya masih kuat kok. Tinggal tiga jam lagi.”

“Saya ngga mau kamu melayani pelanggan dengan mata bengkak seperti itu. Lebih baik pulang!”

Setelah mengatakan itu, Cheryl segera meninggalkan Alya. Gadis itu hanya menghela nafas panjang. Jika pulang lebih awal, maka dia akan terkena potongan gaji lagi. Dengan langkah lunglai Alya berjalan menuju ruang ganti.

Alya berjalan pelan meninggalkan café tempatnya bekerja. Sayup-sayup dia mendengar suara Nana memanggilnya. Nampak sahabatnya itu berlari ke arahnya. Sesampainya di dekat Alya, Nana segera merangkul sahabatnya itu.

“Na.. lo ikutan pulang juga?”

“Iya, gue bilang aja ada urusan keluarga.”

“Dih.. bohong.”

“Gue ngga bohong. Kan elo keluarga gue. Hari ini gue mau hibur elo.”

“Tar gaji lo dipotong.”

“Ngga apa-apa, sekali-kali dipotong gaji ngga akan bikin gue kelaperan. Semua demi bestie gue. Ayo kita jalan-jalan cari udara segar. Buang semua kesedihan elo. Anggap aja kita lagi ngerayain hari-hari terakhir elo sebagai jomblo.”

“Dih..”

Tak ayal senyum Alya mengembang juga. Nana memang gadis yang ceria dan selalu bisa mencairkan suasana. Kedua gadis itu berjalan menuju mall yang letaknya tidak terlalu jauh dari café tempat mereka bekerja.

“Kita main game sampe puas,” ujar Nana.

“Siapa takut.”

“BTW calon suami lo namanya siapa?”

“Evan.”

“Nah iya, Evan. Kalo si Evan macem-macem, lawan aja. Gue ngga mau ya, lo jadi istri kaya di FTV ikan terbang, mewek termehek-mehek. Pokoknya ngga boleh gitu, lo jangan mau kalah gertak sama si Evan. Sleding aja kalo dia bertingkah. Ok bestie?!”

“Ok!”

Kedua gadis itu tertawa kemudian berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan. Udara dingin yang berasal dari air conditioner langsung menerpa kulit mereka. Keduanya segera menuju ke lantai teratas yang ada di gedung ini. Menuju arena permainan yang berada di dekat bioskop.

☘️☘️☘️

Malam ini Antonio bersama kedua anaknya dan juga menantunya sedang berkumpul. Pria itu mengabarkan kalau Dadang sudah menerima lamarannya. Kini sekarang waktunya mereka menarik Evan pulang. Setelah makan malam, mereka berkumpul di halaman belakang.

“Karina, kamu segera urus untuk persiapan pernikahan Evan. Soal gaun pernikahan, make up, dekor, hantaran pernikahan, mas kawin, semua jadi tanggung jawab kamu. Tempat akad dan resepsinya di restoran aja.”

“Emang bapaknya Alya udah setuju?”

“Udah, tadi sore dia nemuin papa di restoran dan menyerahkan semua urusan pernikahan sama kita.”

“Ok.. kapan waktu nikahnya?”

Antonio tidak langsung menjawab, dia melihat pada Kaisar. Waktu pernikahan akan dilaksanakan setelah Evan kembali ke Bandung. Dan itu tergantung pada taktik Kaisar dalam membawa Evan kembali.

“Tenang aja, besok aku bakal mulai rencanaku, pa. Aku jamin ngga kurang dari 3 hari Evan pasti langsung balik,” Kaisar terlihat yakin dengan kata-katanya.

“Ok, kalau begitu seminggu setelah Evan kembali, pernikahan akan berlangsung. Kamu siap Karina?”

“Siap, pa.”

“Tugasku apa?” tanya Fariz.

“Kamu urus catering aja. Sama terus awasin Evan, jangan sampe kabur lagi.”

“Ok, pa.”

“Ide mas apa sih buat narik Evan pulang?”

“Ok, aku akan bilang sama kalian semua, biar kita kompak dan tidak ada kesimpangsiuran informasi. Jadi begini…”

☘️☘️☘️

**Gimana mas Kai? Kok titik²😂

Yang ngarep Fariz sama Alya, kalian belum move on ya dari NR🤭**

Terpopuler

Comments

aphrodite

aphrodite

wejangan yg bagus Na😁👍

2024-10-08

1

𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇

𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇

Ayahmu syang padamu Alya ,hanya saja dia tak pandai mengekspresikan perasaannya kepadamu

2024-01-09

2

𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇

𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇

jangan berpikir negatif Alya,selama ini ayahmu cukup bertanggung jawab dengan membiayai hidupmu dan menyekolah kamu, hanya saja sikapnya tak bisa hangat

2024-01-09

3

lihat semua
Episodes
1 Antonio Blanco
2 Cari-cari Jodoh
3 Anak Yang Tak Diinginkan
4 Penyelidikan
5 Lamaran Antonio
6 Galau
7 Beban
8 Jebakan Kaisar
9 Pertemuan
10 Get Shock!
11 Bukan Cinta Biasa
12 Nervous
13 Godaan Penghulu
14 Kecanggungan Malam Pertama
15 Operasi
16 Rumah Baru
17 Pengantin Baru
18 Membuang Ulet Bulu
19 Percaya Padaku
20 Aaaaaaaa...
21 Penyesalan
22 Mau Jadi Pacarku?
23 Mau Kuajari?
24 Tancap Gas
25 Mulai Menyayangi
26 Pahlawan Tak Bertopeng
27 Serangan Fajar
28 Cemburu
29 Perang Gerilya
30 Evan Yang Manis
31 Jurus Menyenangkan Suami
32 Teman Baru
33 Kencan
34 Adu Mulut
35 Penjual Tahu Bulat
36 Pindah Kerja
37 Insecure
38 Kuliah Pertama
39 Doldam
40 Bertolak Belakang
41 Senam Bikin Galfok
42 Manis, Asam, Pahit
43 Apes
44 Tukang Pletok
45 Jealosy
46 Pertengkaran
47 Healing
48 Kencan
49 Api Dalam Sekam
50 Membasmi Serangga
51 Hidup Baru
52 Agustusan #1
53 Agustusan #2
54 Orang Suruhan
55 Jalan-jalan
56 Kebenaran Yang Mencengangkan
57 Kegalauan
58 Adu Argumen
59 Berjuang Bersama
60 Protes
61 Tiga Cinta, Tiga Cerita
62 Pembalasan Evan
63 Pencemaran Nama Baik
64 Klarifikasi
65 Serangan Balik
66 Case Close
67 Menolak Secara Halus
68 Dua Hati Merana
69 Mundur Teratur
70 Honeymoon
71 Bukan Pelakor
72 Harus Berakhir
73 Curhat
74 Three Couples
75 Drama Grand Opening
76 Long Distance Relationship
77 Calon Pebinor
78 Pepetan Randu
79 Getting Closer
80 Trouble
81 Tukar Pasangan
82 Restu
83 Pertemuan
84 Penguntit
85 Melepas Rindu
86 Strategi Evan
87 Deal!
88 Sakit Tak Berdarah
89 Patah Jadi Dua
90 Berharap Romantis
91 Terkontaminasi
92 Percikan Cemburu
93 Cemburu Menguras Hati
94 Couvade Syndrom
95 Tingkah Calon Papa
96 Kebahagiaan Calon Orang Tua
97 Uluran Bantuan
98 Lamaran Dadakan
99 Pembicaraan Absurd
100 Konspirasi
101 Pengantin Baru
102 Pelan-pelan Saja
103 Jamur Kebanjiran
104 Menjebol Benteng Takeshi
105 Romantisme
106 Epan Surepan
107 Berbagi Info
108 Ngidam
109 Gombalan Mardi
110 Evan is Back
111 Annoying Evan
112 No More Miss Understanding
113 Bendera Putih
114 Mulut Devil
115 Kejutan Demi Kejutan
116 Dari Hati ke Hati
117 Pembicaraan Ayah dan Anak
118 Home Sweet Home
119 Ikutan Kepo
120 Anggota Baru
121 Senam Bikin Galfok
122 Balasan
123 Penyesalan
124 Keluarga Toxic
125 Akad Yang Mendebarkan
126 Langsung Cetak Gol
127 Evan vs Nana
128 Tak Ada Jomblo Yang Abadi #1
129 Sepakat Untuk Berpisah
130 Randu & Rian
131 Ide Ektrim
132 Tak Ada Jomblo Yang Abadi #2
133 Pasangan Yang Berbahagia
134 Syukuran
135 Lagu Yang Meresahkan
136 Gibran, Kendra & Jihan
137 Bonchap : Irfan & Tiana
138 Bonchap : Pengantin Baru
139 Bonchap : Momen Bahagia
140 Bonchap : Happily Ever After
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Antonio Blanco
2
Cari-cari Jodoh
3
Anak Yang Tak Diinginkan
4
Penyelidikan
5
Lamaran Antonio
6
Galau
7
Beban
8
Jebakan Kaisar
9
Pertemuan
10
Get Shock!
11
Bukan Cinta Biasa
12
Nervous
13
Godaan Penghulu
14
Kecanggungan Malam Pertama
15
Operasi
16
Rumah Baru
17
Pengantin Baru
18
Membuang Ulet Bulu
19
Percaya Padaku
20
Aaaaaaaa...
21
Penyesalan
22
Mau Jadi Pacarku?
23
Mau Kuajari?
24
Tancap Gas
25
Mulai Menyayangi
26
Pahlawan Tak Bertopeng
27
Serangan Fajar
28
Cemburu
29
Perang Gerilya
30
Evan Yang Manis
31
Jurus Menyenangkan Suami
32
Teman Baru
33
Kencan
34
Adu Mulut
35
Penjual Tahu Bulat
36
Pindah Kerja
37
Insecure
38
Kuliah Pertama
39
Doldam
40
Bertolak Belakang
41
Senam Bikin Galfok
42
Manis, Asam, Pahit
43
Apes
44
Tukang Pletok
45
Jealosy
46
Pertengkaran
47
Healing
48
Kencan
49
Api Dalam Sekam
50
Membasmi Serangga
51
Hidup Baru
52
Agustusan #1
53
Agustusan #2
54
Orang Suruhan
55
Jalan-jalan
56
Kebenaran Yang Mencengangkan
57
Kegalauan
58
Adu Argumen
59
Berjuang Bersama
60
Protes
61
Tiga Cinta, Tiga Cerita
62
Pembalasan Evan
63
Pencemaran Nama Baik
64
Klarifikasi
65
Serangan Balik
66
Case Close
67
Menolak Secara Halus
68
Dua Hati Merana
69
Mundur Teratur
70
Honeymoon
71
Bukan Pelakor
72
Harus Berakhir
73
Curhat
74
Three Couples
75
Drama Grand Opening
76
Long Distance Relationship
77
Calon Pebinor
78
Pepetan Randu
79
Getting Closer
80
Trouble
81
Tukar Pasangan
82
Restu
83
Pertemuan
84
Penguntit
85
Melepas Rindu
86
Strategi Evan
87
Deal!
88
Sakit Tak Berdarah
89
Patah Jadi Dua
90
Berharap Romantis
91
Terkontaminasi
92
Percikan Cemburu
93
Cemburu Menguras Hati
94
Couvade Syndrom
95
Tingkah Calon Papa
96
Kebahagiaan Calon Orang Tua
97
Uluran Bantuan
98
Lamaran Dadakan
99
Pembicaraan Absurd
100
Konspirasi
101
Pengantin Baru
102
Pelan-pelan Saja
103
Jamur Kebanjiran
104
Menjebol Benteng Takeshi
105
Romantisme
106
Epan Surepan
107
Berbagi Info
108
Ngidam
109
Gombalan Mardi
110
Evan is Back
111
Annoying Evan
112
No More Miss Understanding
113
Bendera Putih
114
Mulut Devil
115
Kejutan Demi Kejutan
116
Dari Hati ke Hati
117
Pembicaraan Ayah dan Anak
118
Home Sweet Home
119
Ikutan Kepo
120
Anggota Baru
121
Senam Bikin Galfok
122
Balasan
123
Penyesalan
124
Keluarga Toxic
125
Akad Yang Mendebarkan
126
Langsung Cetak Gol
127
Evan vs Nana
128
Tak Ada Jomblo Yang Abadi #1
129
Sepakat Untuk Berpisah
130
Randu & Rian
131
Ide Ektrim
132
Tak Ada Jomblo Yang Abadi #2
133
Pasangan Yang Berbahagia
134
Syukuran
135
Lagu Yang Meresahkan
136
Gibran, Kendra & Jihan
137
Bonchap : Irfan & Tiana
138
Bonchap : Pengantin Baru
139
Bonchap : Momen Bahagia
140
Bonchap : Happily Ever After

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!