Di belakang Evan, Karina terus melakukan persiapan pernikahan adik bungsunya. Sudah dua hari Evan pulang ke rumah, namun dia masih belum tahu kalau pernikahan yang dirancang adalah untuknya. Dia cukup puas mengetahui Antonio memundurkan hari pernikahan. Merasa kalau dirinya sudah di atas angin.
Sambil menguap, Evan keluar dari kamarnya. Keadaan rumah nampak sepi, hanya ada bi Sumi saja, asisten rumah tangga mereka yang ada di dapur. Sambil membawa ponselnya, Evan mendaratkan bokongnya di kursi malas yang ada di halaman belakang. Sebuah panggilan dari Gelar masuk ke ponselnya.
“Halo.”
“Halo, Van. Gimana?”
“Untuk sementara gue bisa bikin bokap mundurin waktu pernikahan. Tapi kalau bokap tetap ngotot mau nikahin tuh cewek, lihat aja, bakal gue acak-acak nanti pas akad nikah.”
“Gila, lo. Kalau bokap lo sampe kena serangan jantung gimana?”
Evan terdiam, saking emosinya dia sampai mengabaikan kesehatan sang papa. Antonio memang tidak terdeteksi punya masalah dengan jantungnya, tapi pria itu punya riwayat darah tinggi. Bagaimana kalau dia membuat ulah lalu papanya pingsan di tempat.
“Van..” panggil Gelar.
“Udah dulu, ya. Tar gue hubungi lagi.”
Tanpa menunggu persetujuan Gelar, Evan langsung mengakhiri panggilannya. Pria itu duduk termenung sampai bi Sumi mengantarkan segelas susu dan sebuah piring berisi sandwich untuknya.
“Sarapan dulu mas Evan,” ujar bi Sumi.
“Iya, bi. Makasih.”
Evan mengambil sandwich lalu mulai memakannya. Otaknya terus berpikir bagaimana cara menggagalkan pernikahan papanya dengan tidak mengambil resiko tinggi. Biar bagaimana pun juga, ucapan Gelar tadi cukup mengganggunya.
Apa gue minta si Alya batalin pernikahan aja, ya. Tapi tuh cewek galak juga, kaga mempan kayanya kalau gue ancam. Dan anehnya kok bang Fariz kaya akrab gitu sama dia. Apa jangan-jangan Alya udah bikin bang Fariz pro sama dia? Wah gawat kalau kaya gitu. Harapan gue tinggal kaRin nih.
“Van..”
Lamunan Evan buyar ketika mendengar panggilan Antonio padanya. Ayahnya itu segera mengambil duduk di dekat anaknya. Evan menghabiskan sandwichnya lalu meneguk susunya sampai habis setengah.
“Kamu siap-siap.”
“Kemana, pa?”
“Ke butik buat fitting baju.”
“Papa serius mau nikah? Aku ngga setuju!”
“Setuju atau ngga, pernikahan akan tetap berlangsung! Cepat mandi terus ikut papa ke butik!”
Evan menghembuskan nafas kesal, baru kali ini papanya keras kepala. Biasanya pria itu selalu mendengarkan pendapat anak-anaknya. Dia semakin tidak menyukai Alya. Karena gadis itu, papanya berubah. Dengan malas Evan bangun dari duduknya, lalu masuk ke dalam kamarnya.
Dua puluh menit kemudian, Evan sudah siap untuk pergi. Tanpa menunggu lama, Antonio segera keluar dari rumah. Dia memberikan kunci mobil pada Evan, lalu duduk di samping kursi pengemudi.
“Butik mana, pa?”
“Mirna Butik yang ada di jalan Lingkar.”
Tanpa bertanya lagi, Evan segera melajukan kendaraannya. Mirna Butik adalah salah satu butik langganan keluarganya. Dulu mamanya sering membeli pakaian di sana. Mirna adalah teman baik mama Evan. Saat Fariz dan Karina menikah, mereka juga mengambil pakaian pengantin dari sana.
Setelah berkendara hampir setengah jam, mereka tiba juga di Mirna Butik. Evan memarkirkan kendaraannya di depan butik. Tak berapa lama sebuah mobil SUV berhenti di dekat mobil mereka, Alya dan Nana turun dari dalamnya. Alya langsung menghampiri Antonio, bersama dengan Nana.
“Sehat, om?” Alya mencium punggung tangan Antonio, disusul Nana.
“Alhamdulillah. Ayo masuk.”
Antonio merangkul bahu Alya lalu masuk ke dalam butik. Evan masih terpaku di tempatnya, memperhatikan interaksi antara Antonio dan Alya yang terasa janggal untuknya. Sikap mereka seperti bukan menunjukkan kalau mereka adalah pasangan calon pengantin.
“Evan!”
Mendengar panggilan Antonio, Evan bergegas menyusul masuk. Seorang pegawai langsung menyambut kedatangan mereka. Pegawai tersebut mengajak Alya dan Nana masuk ke sebuah ruangan untuk mencoba kebaya pernikahannya. Tak lama muncul Mirna menyambut Antonio.
“Mas Nio apa kabar?”
“Alhamdulillah, baik. Apa pakaian untuk pengantin pria sudah siap?”
“Tentu saja sudah. Ayo ikut denganku.”
Dengan isyarat kepala Antonio meminta Evan untuk mengikutinya. Mirna mengajak Antonio dan Evan masuk ke salah satu ruangan. Di sana sudah tergantung tuxedo yang akan dikenakan mempelai pria. Evan memandangi lekat-lekat tuxedo yang tergantung. Dilihat dari ukurannya, sepertinya itu tidak cocok untuk sang papa. Ukurannya sedikit lebih kecil.
“Tante ngga salah? Ukuran papa sedikit lebih besar,” ujar Evan.
“Itu memang bukan buat papamu. Itu buat kamu. Untuk papamu sudah tante siapkan juga.”
“Buat aku? Kok mewah banget?”
“Ya buat calon pengantin memang harus mewah.”
“Apa?”
Evan semakin dibuat bingung mendengar penuturan Mirna. Dia langsung menoleh pada papanya. Antonio hanya mengulum senyum saja. Pria itu meminta Mirna meninggalkan mereka sebentar. Ada hal yang harus dibahas dengan anaknya.
“Maksud tante Mirna apaan, pa?”
“Sebenarnya yang akan menikah itu kamu, bukan papa.”
“Jadi bukan papa yang nikah. Ya ampun aku udah sport jantung dengar papa mau nikah. Eh.. AKU YANG NIKAH, PA?”
Suara Evan langsung meninggi begitu sadar kalau pernikahan yang dirancang adalah untuknya. Antonio menganggukkan kepalanya sambil mengulum senyum. Melihat wajah panik anaknya, tawa pria itu hendak meledak.
“Papa bercanda, kan? Bukan aku yang nikah, kan?”
“Kalau bukan kamu, terus siapa? Fariz? Karina?”
“Papa…”
Evan terdiam sejenak, kemudian terdengar teriakan kencangnya. Ternyata dirinya sudah masuk jebakan batman kakak iparnya. Kalau dirinya yang akan menikah, berarti Alya adalah calon istrinya. Perempuan galak dan jutek itu akan menjadi pendamping hidupnya.
“Ngga usah drama, cepat coba pakaian itu,” titah Antonio.
“Aku ngga mau nikah! Aku masih muda! Aku mau kerja, aku masih mau senang-senang!”
“Kamu bisa bekerja setelah menikah. Kamu bakalan lebih semangat bekerja karena sudah punya tanggung jawab, ada istri yang harus kamu nafkahi. Kamu juga masih bisa bersenang-senang, apalagi kamu sudah punya pasangan halal. Pacaran sesudah nikah itu lebih baik dari pada kamu berbuat maksiat, dekat dengan perempuan yang bukan mahram kamu.”
“Perempuan galak dan jutek itu calon istriku? Aku ngga mau!”
“Lalu kamu maunya siapa? Sherly? Perempuan gatel yang kerjanya ngintilin kamu. Apa kamu mau punya istri yang senang dipegang-pegang laki-laki lain? Papa sudah mencarikanmu calon istri yang baik, solehah, rajin. Harusnya kamu bersyukur, bukannya bersikap seperti ini. Coba pakaianmu, papa tunggu di luar!”
Antonio segera meninggalkan ruangan tersebut. Evan berteriak kencang. Tangannya terus memukul ruang kosong di depannya. Dia benar-benar kesal sudah dibohongi dan dikerjai oleh semua keluarganya. Untuk beberapa saat pria itu masih terdiam di tempatnya, namun akhirnya dia mencoba pakaian yang sudah disiapkan untuknya.
Dibantu Nana, Alya keluar dari ruangan. Tubuh gadis itu sudah terbalut kebaya pernikahan berwarna putih. Antonio berdiri untuk menyambut calon menantunya. Matanya menatap Alya tanpa berkedip. Wajah alami Alya yang tanpa make up terlihat begitu cantik mengenakan kebaya yang dibuatkan Mirna untuknya.
Dari ruangan lain, Evan keluar setelah mengenakan tuxedonya. Pria itu terdiam saat melihat Alya yang berdiri tak jauh darinya. Untuk sesaat Evan terpana melihat Alya yang terlihat cantik. Tapi kemudian pria itu segera menyadarkan dirinya.
“Kalian terlihat cantik dan tampan,” ujar Mirna begitu melihat pasangan pengantin mencoba pakaian buatannya.
Mirna menarik tangan Alya untuk lebih dekat dengan Evan. Dia menyandingkan calon pengantin itu berdampingan. Antonio segera mengambil gambar mereka berdua. Senyum sumringah nampak di wajahnya.
“Bagaimana mas Nio?”
“Hasil karyamu memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Aku suka, sangat cocok untuk mereka.”
Alya melirik pada Evan, begitu pula pria itu. Alya memandangi Evan tanpa ekspresi apapun. Dia masih kesal sejak pertama bertemu dengan calon suaminya itu. Begitu pula dengan Evan yang juga masih terlihat kesal. Ternyata wanita yang disangka akan menjadi ibu tirinya, adalah jodoh yang disiapkan Antonio untuknya.
“Alya.. apa kebayamu kebesaran?”
“Ngga, bu. Sudah pas.”
“Evan.”
“Cukup, tante.”
“Baiklah kalau sudah tidak ada yang perlu dirubah lagi. Aku akan segera mengirimkannya ke rumah kalian.”
“Ganti pakaian kalian, kita makan siang bersama,” ajak Antonio.
Nana kembali membantu sahabatnya untuk berganti pakaian. Evan juga masuk kembali ke dalam ruangan. Otaknya terus berpikir bagaimana caranya menggagalkan pernikahan ini.
☘️☘️☘️
Evan memasukkan pakaiannya ke dalam ransel. Pria itu sudah bertekad untuk pergi sebelum hari pernikahannya berlangsung. Dia tidak mau terjebak dalam pernikahan yang tidak ingin dijalaninya. Pria itu mengunci tasnya, lalu memasukkan dompet dan ponsel ke dalam saku jaketnya.
Pelan-pelan dia membuka pintu kamar. Nampak Fariz, Kaisar dan Karina sedang duduk bersama di ruang tengah. Pria itu tidak melihat Antonio sama sekali. Ini kesempatan bagus untuknya kabur dari rumah. Dengan mengendap-endap Evan keluar dari kamar dengan membawa ranselnya.
Pria itu terpaksa merangkak agar tiga orang yang ada di ruang tengah tidak melihatnya. Langkahnya terhenti ketika mendengar suara Kaisar menyambut seseorang. Evan berhenti kemudian mengintip dari balik sofa. Seorang pria yang dia tahu bernama Rian masuk ke dalam rumah. Evan tahu siapa Rian, dia adalah dokter ahli penyakit dalam. Dan menjadi langganan papanya ketika berobat.
“Selamat datang dokter Rian,” sapa Kaisar.
“Pak Antonio ada?”
“Papa sudah menunggu di kamar.”
Tak lama berselang, seorang pria lain datang. Evan juga mengenal pria itu. Dia adalah Fadil, dokter bedah jantung. Evan banyak mengenal dokter karena kakak iparnya adalah seorang dokter. Dia semakin penasaran ketika Kaisar mengajak kedua dokter itu masuk ke kamar ayahnya. Setelah Kaisar masuk, Evan bergegas mendekati kamar sang papa.
“Bagaimana keadaannya, dok?” tanya Kaisar.
“Tekanan darahnya bagus. Untuk hasil pemeriksaan kemarin juga, bagus tidak ada masalah,” jawab dokter Rian.
“Kapan pak Antonio akan menjalani operasi?” kali ini terdengar suara Fadil.
“Nanti setelah Evan menikah, baru akan menjalani operasi.”
“Bagaimana kalau Evan menolak, pa? Evan dari tadi ngga keluar dari kamar. Aku takut anak itu berencana kabur.”
Evan merutuki Kaisar yang selalu bisa menebak jalan pikirannya. Pria itu terus mendengarkan percakapan dari balik pintu. Tanpa dia sadari, Karina dan Fariz sudah berada di belakangya.
“Kalau Evan tidak mau menikah, papa juga tidak mau dioperasi.”
“Pa.. jangan begitu. Papa bilang akhir-akhir ini ngga nyaman. Kalau papa terus menunda operasi, takutnya kondisinya makin buruk, pa.”
“Pokoknya kalau Evan sudah menikah, baru papa mau dioperasi.”
Pikiran Evan terus menebak-nebak, apa yang sebenarnya terjadi pada papanya. Pria itu terjengit ketika merasakan tepukan di bahunya. Dia terkejut melihat kedua kakaknya sudah berada di belakangnya.
“Kakak ngapain?”
“Kamu sendiri ngapain?”
“Itu dokter Rian sama dokter Fadil ngapain ke sini?”
“Menurut kamu?” Karina malah balik bertanya.
“Papa mau dioperasi? Emang papa sakit apa? Kenapa dokter Fadil yang nanganin papa?”
“Menurut kamu?”
“Kenapa pake nanya lagi sih, kak. Papa kenapa?” kesal Evan.
“Papa harus dioperasi. Tapi papa ngga mau sebelum kamu menikah. Makanya kamu jangan berpikiran untuk kabur. Kalau kamu sayang sama papa, kamu pasti mau menuruti keinginannya,” jawab Fariz.
“Siapa juga yang mau kabur.”
“Itu ransel kamu, kenapa ada di sana?”
Jari Fariz menunjuk ransel Evan yang ditinggalkan begitu saja di belakang sofa. Tak ada jawaban dari Evan, kini pikirannya hanya tertuju pada sang papa. Dia tidak mau sesuatu yang buruk menimpa papanya. Tanpa berpikir panjang, Evan langsung membuka pintu kamar, mengejutkan semua yang ada di sana.
“Aku akan menikah dengan Alya. Jadi papa harus dioperasi,” tegas Evan.
“Apa kamu yakin?” tanya Antonio.
“Yakin, pa. Aku akan menikah dengan Alya, dan papa harus dioperasi setelah aku menikah.”
“Baiklah. Karina, segera sebar undangannya.”
“Siap, pa.”
“Kai.. jadwalkan operasi papa sehari setelah pernikahan Evan.”
“Siap, pa.”
Evan segera menghampiri papanya lalu memeluknya. Biar bagaimana pun juga dia sangat menyayangi papanya. Pria itu tidak mau terjadi sesuatu pada Antonio. Kini hanya tinggal sang papa yang dimiliki setelah mama meninggalkannya untuk selamanya. Diam-diam Antonio tersenyum, begitu pula dengan Kaisar, Karina dan Fariz. Jebakan kedua untuk Evan berhasil dipasang, dan Evan sudah masuk ke dalam perangkap. Pernikahan anak itu akan terjadi dua hari lagi.
☘️☘️☘️
**Evan dua kali masuk jebakan🤣
Kira² Antonio mau dioperasi apa ya🤔**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
suharti
wkwkwk..Evan..Evan..kena jebakan kau
2024-10-21
1
aphrodite
masuk jebakan
2024-10-08
1
Sri Widjiastuti
😂😂😂😁diprank LG ni Evan...
2024-04-08
1