Jefri POV.
"Sayangg, baju nya udah aku siapin diatas ranjang ya?" ucap Tika tiba-tiba membuka pintu kamar mandi saat aku sedang asik mandi.
"Iyaa. Makasih ya." sahutku yang sudah terbiasa dengan kelakuannya yang satu ini.
Semenjak menikah dengannya sering sekali dia seperti ini. Awal-awal aku kaget dan kurang nyaman dengan dia yang sering tiba-tiba membuka pintu dan mengajak ku mengobrol dengan santai nya sambil memperhatikan ku mandi. Namun akhirnya aku terbiasa dan kadang aku tertawa geli dengan tingkahnya ini.
"Kamu mau sarapan apa? Biar aku siapin sekarang." tanyanya sambil merapikan lipstick di cermin.
"Terserah kamu aja, apapun yang kamu siapin aku makan kok." jawabku santai sambil menarik handuk dan mengeringkan tubuh ku.
"Kamu berangkat kerja bareng aku kan?" tanyaku sambil mendekatinya dan memeluknya dari belakang.
"Enggak lah, aku naik mobil sendiri aja." jawabnya santai.
"Kok gitu sih? Apa gunanya aku?" protesku.
Dia berbalik menghadapku, mengalungkan kedua lengannya di pundak ku, tersenyum, "Kamu itu gunanya buat ngebahagiain aku, bukan buat jadi supir aku sayaang."
"Masa supir tidur seranjang sama majikannya sih?"
Dia tertawa, "Ya bisa aja, kalo majikannya khilaf? Ngajakin supir nya deh main di ranjang." sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Pikiran kamu tuh nakal banget ya." sambil ku cubit pinggangnya pelan.
"Tapi kamu suka aku nakal kan?" dikecupnya bibirku kilas.
"Asal nakalnya sama aku aja, ga boleh sama yang lain." tegasku.
"Oke siap bos! Tenang aja." jawabnya tegas.
Ku cium sebentar bibir seksi nya, dia hanya membalas mengikuti gerakkanku. Tidak ada cengkraman jemarinya disela rambut belakangku. Ku lepaskan ciuman kami lalu ku tatap wajah cantiknya yang sudah dilapisinya dengan makeup tipis.
"Kenapa cuti kita cepet banget habis nya sih? Padahal kan...." belum sempat aku mengakhiri kalimatku tiba-tiba dia mengecup bibirku kilas.
"Udah waktunya sarapan, cepetan sana siap-siap," titahnya lalu melepaskan lenganku dari pinggangnya kemudian keluar dari sini.
Aku hanya menghembuskan nafasku kasar, disetiap pagi dia selalu mampu meningkatkan libido ku. Entah itu saat bangun tidur dengan lingerie nya, piyama nya atau bahkan seperti pagi ini saat ia sudah siap dengan pakaian kantor nya yang terlihat seksi dimata ku. Aku harus menahan hasratku, jika tidak, bisa-bisa kami akan terlambat ke kantor untuk hari pertama kami kembali bekerja.
Setelah aku selesai berpakaian, aku segera merapikan rambutku dan segera menyusul istri ku ke dapur untuk sarapan.
"Pagi Mah," sapaku pada Mamah yang terlihat sedang menuangkan secangkir teh.
"Pagi, kamu mau teh Nak?" tawar Mamah padaku.
"Enggak Mah, aku air putih aja." sahutku sopan sambil menunjuk ke arah Tika yang sedang mengambilkan ku segelas air putih dan meletakkannya di samping sepiring sandwich dihadapanku.
Aku langsung melahap sepotong sandwich itu tanpa berpikir panjang lagi.
"Sayang, kamu beneran mau pergi sendiri?" tanyaku disela kunyahan mulutku.
"Iya, aku bisa berangkat sendiri kok." sahutnya santai kemudian menyeruput blackcoffee nya.
"Bareng aku aja yaa, pleasee..."
"No, i can go alone."
"Kalian lagi berantem ya?" seru Mamah tiba-tiba.
Aku langsung menoleh melihat Tika, begitu pun sebaliknya, Tika juga menatapku.
"Enggak Mah, kami baik-baik aja kok. Kenapa Mamah mikirnya gitu?" sahut Tika sambil tertawa kecil.
Aku tidak bisa segera menjawab pertanyaan Mamah karena dimulutku masih penuh dengan sandwich yang baru saja ku masukkan ke dalam mulutku.
"Trus kenapa kami berangkat nya jadi gak mau diantar sama suami sendiri?" tanya Mamah lagi.
Dengan santai Tika menjawab, "Aku gak mau jadiin suami aku sebagai supir. Ntar kualat."
Aku tersedak, "Uhuukk uhuukk uhuukk..."
Tika segera meraih segelas air putih ku lalu menyodorkannya padaku.
Dengan sedikit bantuan tangan ku, ku hirup seteguk demi seteguk air pitih itu.
"Kamu kenapa sih?" seru Tika sambil menatapku dengan raut wajah bingungnya.
"Ya keselek lah, malah masih nanya." protes Mamah.
"Iya tau Mah keselek, tapi kenapa?"
"Ya kecepetan ngunyahnya, apa lagi?" Mamah ngotot.
Aku tersenyum setelah selesai meminum setegah gelas air putih, "Ga papa kok."
"Pelan-pelan dong makan nya." tegurnya padaku.
"Iya.." sahutku kalem.
Selesai sarapan, Tika kembali ke kamarnya untuk mengambil tas dan coat nya. Sedangkan aku sudah lebih dulu ke kamar untuk mengambil ponselku yang sejak semalam ku charger.
"Kamu aku antar aja, gak usah ngeyel mau pergi sendiri!" ucapku tegas.
Refleks Tika langsung menoleh pada ku dan menatapku tajam.
"Aku bisa naik mobil sendiri." jawabnya manja.
"Enggak enggak enggak, pokoknya aku antar kalo kamu masih gak mau aku bakalan minta supir sama Papa nih?" ancamku.
"Kenapa mesti diantar sih? Kenapa juga mesti pake supir? Aku masih bisa nyetir sendiri."
"Kamu ga nurut?"
"Bukannya ga nurut, kan kantor aku nyimpangnya lumayan jauh dari kantor kamu, ntar kamu telat loh? Lagian klo diantar kamu mulu, ntar aku bisa lupa loh caranya nyetir mobil gimana.." rengeknya.
Ku hampiri dia yang berdiri didepan lemari. Aku mendekat, dia mundur selangkah.
"Aku tau bukan itu alasan kamu sebenernya, apa yang kamu sembunyiin dari aku?" bisikku.
"A-aku eng-gak ada, eng-gak papa." gugupnya.
Ku sipitkan mataku, ku tatap matanya lekat. Ku condongkan kepalaku pada telinganya. Ku kecup pipinya kilas, lalu turun ke tengkuk dan ku kecup lama pangkal tengkuk lehernya. Dia melenguh.
"Emmmh..."
Ku pegang pinggangnya lembut, lalu ku sentuh pula sebelah pipinya untuk menahan kepalanya agar tidak menjauh dari kecupan bibirku.
"Kamu horny ya?" bisikku di sela-sela kecupanku.
Karena dari desahan yang ia keluarkan mengisyaratkan seperti itu. Biasanya pun jika ku sentuh dan dia sedang tidak ingin ya tidak akan terjadi seperti ini.
"Hm?" dehemanku pada telinganya, seolah meminta jawaban.
"Iya, please, aku pergi sendiri aja ya?" rengeknya lagi.
"Apa hubungannya diantar sama horny?" tanyaku kilas lalu kembali menghamburkan kecupanku di segala tengkuk lehernya.
"Emh.. Ga papa, ntar kamu telat aja."
Ku hentikan gerakkanku mengecup lehernya, lalu ku pandangi kedua bola mata nya.
"Tetep aku yang antar. Ayo berangkat sekarang!" ucapku lebih tegas dari sebelumnya sambil ku tarik lengannya yang penuh dengan tas dan coatnya.
Dia tidak lagi menjawabku dan tidak juga mengelak. Kami keluar dari kamar dan segera turun untuk menghampiri Mamah dan berpamitan.
"Kalian hati-hati dijalan ya? Kamu jangan ngebut bawanya." pesan Mamah sambil menepuk pundakku.
"Iya Mah, pergi dulu ya, bye." ucapku.
"Aku ngantor dulu ya Mah? Kalo ada apa-apa telepon, jangan lupa!" titah Tika.
"Iya, udah sana." sahut Mamah saat aku membukakan pintu mobil untuk Tika.
Di perjalanan aku asik memperhatikan tingkah istriku. Sekali-sekali ku lirik dia yang duduk disebelah ku, dia asik memandang keluar jelndela. Terkadang dia menggigit bibir bawahnya, lalu membasahi kedua bibirnya. Namun terkadang juga dia mengisap jempolnya atau jari manisnya dan menggigiti kukunya.
"Kamu lagi mikirin apa?" tanyaku.
Dia menatapku, ku balas tatapannya kilas lalu kembali fokus menyetir mobil.
"Ntar kamu telat loh?" jawabnya.
"Dari tadi perasaan itu mulu yang kamu komat kamitin. Ada apaan sih?" aku semakin penasaran.
Tapi tetap dia tidak merespon apa-apa, sampai saat memasuki wilayah kantornya.
"Antar aku ke basement." pinta nya.
Aku langsung mengarahkan mobilku menuju basement kantornya. Basement ini memang terlihat jarang di gunakan. Hanya beberapa orang saja yang masih menggunakannya untuk keperluan drop barang. Dia mengarahkan letak pemberhentian mobilku, aku menurutinya. Setelah mobil berhenti, tiba-tiba dia menatapku lalu tersenyum.
Dia meraih tuas di bawah depan kursiku, membuat kursiku mundur beberapa jengkal dari setir mobil. Kemudian tiba-tiba dia menaiki pangkuanku, menghadapku sambil menangkupkan kedua tangannya pada pipiku.
Dikecupnya bibirku kilas, "Kamu terlalu menggoda imanku." bisiknya sambil menggerakkan alisnya.
Tanpa menunggu kalimat balasan dari ku. Dia langsung mencium bibirku, menyelipkan lidahnya di sela kedua bibirku dan membelit lidahku disana, menyusuri setiap jengkal mulut dalamku. Aku membiarkan aksinya itu sampai akhirnya ia kehabisan nafas sendiri menghadapiku.
Dia ngos-ngosan sambil menatapku. Aku kembali melakukan aksi ku yang pernah kami lakukan sebelumnya. dalam mobil dan di basement.
Ya aku sangat menyadari situasi ini. Public area. Dan kami nekat melakukan ini hanya untuk menyalurkan hasrat kami. Bukan karena tidak ada tempat atau tidak ada waktu. Tapi lebih karena aku merasa kali ini aku bisa bebas mengeksplor diriku. Adrenalin yang ku rasakan bahkan jauh lebih terpacu dibandingkan dulu saat kami melakukan ini juga.
Tika memang selalu membuatku terkaget-kaget dengan ide ****-nya. Bahkan dia mampu membuatku menikmatinya disegala situasi.
Aku tersenyum puas melihat tingkahnya setelah aktivitas kami selesai.
"Jadi kamu kepingin berangkat sendiri tadi kenapa?" tanyaku.
Dia menatapku, "Tadinya mau ngehindarin ini. Tapi sekarang malah keenakkan."
Kami membereskan pakaian kami masing-masing. Tika kembali ke tempat duduknya. Merapikan pakaiannya sambil menatapku dan tersenyum. Aku pun melakukan hal yang sama, membersihkan dengan tissu dan merapikan pakaianku kembali. Ku tatap ia dengan senyuman terbaikku.
Lalu ku betulkan kursi ku, ku condongkan tubuhku padanya, ku tarik dagunya lalu ku kecup keningnya lama, "Makasih ya sayang!"
Spontan setelah itu Tika melirik jam tangannya, "Tuh kan dua menit lagi jam delapan pas, kamu pasti telat."
"It's ok, ga papa kok. Nanti siang aku jemput ya? Kita ke rumah Mama aja, kan lebih deket." tawarku.
"Iya. Sekalian jengukin Mama?"
"Sekalian aku ambil beberapa kemeja buat ngantor."
"Ya udah, kamu hati-hati di jalan ya, jangan ngebut, awas kalo ngebut trus sampe dapet sms tilang!" sewotnya.
"Iya sayang, ntar biar aku telepon Brandy, buat izinin masuk telat." ku kecup kembali bibirnya kilas, "bye.."
"Bye," ucapnya lalu mengecup pipiku kilas kemudian turun dari mobil.
Membuka pintu belakang, mengambil tas dan coatnya.
"Jangan nakal ya?" titahku lagi sebelum ia menutup pintu belakang.
Ku turunkan kaca jendela pintu depan, "Iya!" sahutnya sambil berjalan melirik ke arahku, kemudian dia berjalan menuju pintu lift basement dan menghilang di balik pintu itu.
Ada perasaan lega, bahagia, namun begitu dia menghilang dari mata ku muncul rasa khawatirku, was-was seakan takut dia mempermainkanku, but entahlah, aku harus bisa menguasai dan mengontrol perasaanku sendiri, batinku.
Segera ku tancapkan pedal gas mobil ku untuk keluar dari basement dan pergi meninggalkan wilayah itu untuk menuju ke kantorku. Di perjalanan aku menghubungi Brandy namun sayangnya Brandy tidak mengangkat telepon ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Vennha C'eNna
sekarang namanya Welly ya c perkasa bkn Jerry hehe
takut ketuker sama adenya kali
2019-11-21
1
Anjelo,,JJ
kirain apa alsan ny gk mau brngkat breng eeh rupanya ada udang dibalik batu toh🤦♀🤦♀🤣🤣🤣🤣
2019-11-20
4
Pemain Cinta 🌹
author nya gimana ya waktu nulis ini novel. bisa detail gitu yak.
2019-11-15
5