Kebahagiaan Tak Sempurna

Kebahagiaan Tak Sempurna

Eps 1

Warning!!!!!!!!

Harap bijak memilih novel bacaan.

Bijak pula dalam mengimajinasikan situasi dan kondisi yang tertuang dalam cerita.

Jika merasa otak Anda tidak sanggup menerima kejadian 21+ maka dengan sangat rendah hati dimohon untuk tidak meneruskan membaca novel ini.

Terimakasih.

——————————

Tika POV.

Aku rasa kehidupan ku dan Jefri setelah menikah sangat luar biasa. Padahal baru terjadi beberapa jam di sah-kan. Saat pagi aku membuka mata, benar saja, aku selalu mendapatinya yang tidur di samping ku dengan tubuh kekarnya yang hanya terbalut dengan selimut dan celana panjang. Aku menyukainya. Dan setiap aku membuka mata dipagi hari. Aku selalu menggigit bibir bawahku. Merasa tergoda dengan dirinya yang sedang pulas.

Dia sedang tidur saja mampu membuatku bergairah, bagaimana ini? Otak nakalku kembali muncul.

Semalam dia begitu mengistimewakan ku. Hingga acara selesai dia seakan tidak ada letihnya. Dari halaman belakang yang disulap mirip gedung mewah untuk acara kami, dia menggendongku bak bridal style. Membawa ku masuk menuju kamarku yang semerbak wangi kembang.

Dan FYI, kami tidak melakukan malam pertama!!!

Mengapa? Karena setelah selesai mandi dan bersih-bersih, kami yang rencananya memang akan bergulat tiba-tiba setelah asik bercumbu dan bepelukan langsung tertidur pulas. Tidak sampai lima menit. Kami kelelahan duluan..

Ku ciumi bibir suami ku pagi ini, sesekali ku jepit pipi nya dengan bibirku. Dia masih tidak mau bangun membuka matanya.

"Emh.." dehemnya.

Mungkin mimpinya terlalu indah, pikirku.

Dengan sengaja aku singkap selimut ini, kini semakin terlihat jelaslah dada bidangnya yang tadi malam sempat memelukku erat.

Ku dekati tubuhnya perlahan. Lalu ku tekan-tekan dadanya yang bidang.

"Sayaaaangg, banguunn!" ucapku manja.

Jefri hanya menggerakkan sedikit tubuhnya. Lalu kembali ku goda lagi suami ku ini. Ku gelitiki telinganya hingga beberapa kali ia menepis jemariku ditelinganya.

"Baru jadi istri sehari udah nakal ya!" ucapnya mengagetkanku lalu menarik kedua tanganku hingga tubuhku mendarat bebas di atas tubuhnya.

"Kamu pemalas sih, jam segini masih mimpi aja," sahutku dalam dekapan dadanya.

"Ya kan mumpung cuti sayang, boleh lah malas-malasan dikit," Jefri mengeratkan pelukkannya padaku.

"Sayang, hari ini kita ngapain?" tanya ku yang sudah memainkan jemariku dibahunya, seakan menggoreskan kuas melukis tubuhnya dengan ujung jariku.

"Kamu maunya ngapain? Masih capek gak?" tanyanya dengan suara agak serak.

Ku angkat sebagian tubuhku ala ular cobra, ku tatap matanya, "Kamu seneng gak sih?"

Pertanyaan randomku kembali muncul pagi ini. Dengan kedua tangannya yang masih berada di belakang pinggangku, dengan santai ia menjawab, "Aku bahagia milih kamu jadi istri aku."

Kembali ku benamkan wajahku di dadanya, aku malu mendengar jawaban dari mulutnya itu. Akhir-akhir ini aku merasa mulutnya terlalu manis untuk berucap. Seperti bukan Jefri yang aku kenal. Terlalu romantis, tapi entah mengapa pula setiap ucapannya mampu membuatku tersipu malu.

"Hei, tadi pertanyaan aku belum kamu jawab. Kamu nya malah balik tanya. Masih capek gak?" tanyanya sambil mengelus-ngelus rambut ku yang tergerai.

"Enggak terlalu. Kayaknya kita mesti spa deh, biar rileks."

"Kalo ga terlalu, kita bikin dedek bayi yuk!" bisiknya pelan.

Aku kembali mengeluarkan gaya cobraku, kaget dengan ajakkan nya, "Enggak enggak, nanti aja, aku mau mandi dulu.."

Belum sempat aku bangkit dari atas tubuhnya, dia segera mendekap kembali tubuhku.

"Masa nunggu mandi dulu sih?" sewotnya.

"No, kalo mau itu harus bersih dulu." alasanku.

"Tadi malam sebelum tidur kita mandi kan! Ayolah! Kita nyari keringet bentar, bakar kalori," candanya sambil membalikkan posisi.

Sekarang dia berada di atasku, dengan lengan kirinya sebagai tumpuan tubuhnya. Memandangiku. Aku terdiam. Speechless.

Jarinya mulai melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan tadi. Seolah jarinya sedang menulis, dari leherku, turun ke bahu ku lalu turun lagi ke atas perutku. Sedangkan matanya, sekilas melihatku bergantian lalu melihat arah tujuan jarinya.

Aku sudah menarik nafas panjang. Jemarinya mulai perlahan menyingkap kaos ku. Memperlihatkan perutku yang agak sedikit rata. Jefri menurunkan posisi tubuhnya sejajar dengan perutku. Menatapiku dengan senyuman nakalnya. Tiba-tiba....

Tokk..

Tokk..

Tokk..

Suara pintu kamarku diketuk. Kami berdua langsung terdiam menahan nafas masing-masing. Tidak ada suara.

Tokk..

Tokk..

Tokk..

"Duull, banguun!! Udah siang woyy!" suara teriakkan dibalik pintu kamarku.

"Jerry?" guman Jefri.

Aku yang memperhatikannya sejak tadi jadi penasaran, "Suara Jerry ya?"

"Iya, Jerry!" pekik Jefri yang seketika langsung menarik menurunkan kaosku dan membantuku untuk duduk di atas ranjang.

"Kamu ke kamar mandi sana, ntar Jerry liat kamu seksi begini," sewotnya yang berjalan hendak membukakan pintu.

Aku menuruti perintahnya. Berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi lalu berusaha menguping pembicaraan kakak beradik itu.

Ceklek...

"Kok bisa disini pagi-pagi?" ketus Jefri.

"Emang ga boleh? Kan Tika sudah jadi kakak ipar aku. Bebas dong," sahut Jerry tak mau kalah ketusnya.

"Ada apaan sih? Ganggu aja."

"Cepetan mandi, kalian di tungguin sama semuanya dibawah. Jangan dikira udah suami istri trus bebas bangun siang ya?" ledek Jerry.

"Iya iya, dari tadi juga udah mau mandi, tapikan nungguin Tika selese mandi dulu."

"Loh, kan udah sah, mandi berdua diwajibkan kok!" goda Jerry lagi sambil bergegas pergi dari balik pintu.

"Sialan!" sahut Jefri asal.

Aku yang sedari tadi menguping hanya terkekeh geli.

Setelah kami selesai mandi, kami segera turun ke bawah. Aku kira hanya akan berhadapan dengan Mamah, Jerry dan kedua orangtua nya Jefri, tapi ternyata, seluruh keluarga inti sudah ada di sana. Bahkan Max dan Haikal juga ada, serta kedua iparku dan keponakkan-keponakkan.

"Waduh ada apaan ini? Kok rame?" ucap Jefri yang membuat semua mata yang ada tertuju pada asal suaranya.

"Duduk dulu dong, pengantin baru pasti capek habis malam pertama," goda Max terkekeh geli.

"Wah bener Max, muka Tika merah kayak tomat," timpal Haikal.

Aku yang merasa jadi sasaran target kejahilan kedua kakakku langsung merangkul tangan Jefri, menatapnya sambil mengerucutkan bibirku.

"Beneran merah?" tanyaku pelan sambil duduk.

"Enggaklah, mau aja kamu di jahilin mereka," kecup Jefri pada keningku.

"Ada apaan sih, Pa? Kok pagi-pagi udah pada lengkap ngumpul disini?" tanya Jefri bingung.

Papa menyodorkan sebuah amplop coklat medium size di atas meja, mengarahkannya pada kami.

"Apa itu, Pa?" tanyaku tak kalah bingung.

"Dibuka aja dulu, diliat dulu," sahut Mamah di sampingku.

Aku meraih amplop coklat itu lalu memberikannya pada Jefri. Kami saling bertatapan, lalu perlahan tangan Jefri menarik keluar isi amplop itu. Selembar kertas putih yang kulihat.

Lalu dengan perlahan Jefri membaca isi kertas itu, "Seriusan nih, Pa?" pekiknya mengagetkanku.

"Apaan? Coba sini liat," ku rebut secarik kertas itu.

Ternyata tulisan didalamnya adalah sertifikat sebuah pulau dengan nama pemiliknya, Abdul Jefri. Aku terperangah membaca berkali-kali isi kertas itu.

"Itu cuman fotocopy inti isinya aja, berkas asli dan foto pulaunya masih di urus sama notaris Papa. Dulu pulau itu selalu Papa buka untuk umum, namun di batasi jumlah yang berkunjung. Biar karyawan Papa yang jaga pulau itu bisa dapat penghasilan untuk keluarganya," jelas Papa terperinci.

"Trus ini buat kalian berdua," kali ini Max yang menyodorkan selembar kertas.

Jefri menerimanya dan segera membacanya, wajah Jefri sumringah. Ku ambil lagi secarik kertas itu dari tangannya, ternyata isinya sepasang tiket pesawat. Aku menoleh pada Max. Menatapnya dengan senyuman penuh makna.

"Itu tiket pesawat buat ke daerah pulau itu. Kalian berangkat lusa. Belum ada rencana honeymoon kemana kan?" ucap Max.

Aku berhambur segera memeluk Max. Lalu Mama mertuaku membuka suara lagi.

"Lusa begitu kalian landing, nanti ada yang jemput kalian, membawa kalian ke dermaga buat naik kapal ke pulau itu," ucap beliau lantang.

"Lalu pulau itu sudah sengaja di kosongkan, tidak menerima pengunjung selama kalian ada disana. Jadi cuman karyawan aja yang ada disana," jelas Mama mertuaku lagi.

"Pulau itu memang sedang dalam proses balik nama dari Papa ke kamu Dul, tapi itu sebagai hadiah pernikahan kalian. Jadi aset itu termasuk aset pertama kalian dalam perjanjian pra-nikah yang sudah kalian sepakati," jelas Papa.

"Dan inget satu hal. Bukan berarti kalian melakukan perjanjian pra-nikah trus kalian bisa seenaknya memutuskan kesepakatan berpisah jika kedepannya ada masalah. Mama dan kami semua yang ada disini hanya ingin melihat kalian bersatu bahagia. Jadi jika ada masalah, ingat-ingat lagi gimana perjuangan kalian untuk bersatu. Pahamkan?" Mama Jefri mulai memberi ceramahnya.

Namun ini adalah kali pertamanya, Mama Papa nya berbicara panjang lebar denganku. Jefri juga langsung bangkit dan memeluk erat Mamanya.

"Makasih ya, Ma, Pa!" di kecupnya kilas pipi Mamanya.

"Yang lain juga makasih banyak, ini kado yang luar biasa. Kami ga kepikiran buat liburan. Soalnya jujur aja isi tabungan aku sisa buat renovasi rumah." Jefri jujur lalu mambawaku segera dalam pelukkannya.

"Ya sudah, karena kado nya sudah kita berikan dan mereka akhirnya suka, gimana kalo kita semua sarapan dulu?" ajak Mamah bangkit dari sofanya.

Semua setuju dan mulai menuju ke arah dapur. Aku terpekik kaget. Melihat meja makan panjang wood yang sebelumnya sudah disimpan dalam gudang sejak Papah meninggal.

Meja itu terlalu berkesan untuk ku, hanya Papah yang selalu makan di meja makan itu, entah makan sendiri atau pun makan saat dengan kami. Dulu Papah pernah bilang saat aku sarapan di meja bar kitchen, "Buat apa guna nya Papah beli meja makan kalo makannya bukan di meja makan itu?"

Dan berkali-kali juga Mamah menangis diatas meja makan itu setelah kepergian Papah. Lalu sekarang dengan kokohnya meja itu kembali muncul dan di letakkan ke tempat asalnya. Aku meneteskan airmataku kembali.

"Loh kamu kenapa sih?" lirih Jefri pelan.

Aku tidak menghiraukannya, aku segera berjalan memeluk Mamah dari samping. Mamah paham dengan pelukanku, ia mengelus punggungku.

"Ssstt, sudah saatnya meja ini kembali ke tempat asalnya. Dan kemaren waktu beberes Mamah baru sadar, ternyata ini tujuannya Papah beli meja ini buat kita." lirih Mamah di telingaku.

"Kamu ingetkan waktu kamu kecil Mamah sempet marah sama Papah gara-gara beli meja makan kebesaran? Kita cuman berlima, meja makan nya punya kursi lebih dari sepuluh. Kan lucu." jelas Mamah lagi.

Aku terisak pelan dalam dekapan hangat Mamah lalu menatap wajah Mamah yang semakin tegar dimataku. Ia tersenyum menatapku, dengan sinar mata yang bahagia. Rasanya aku tidak sanggup berpisah jauh dengan Mamah saat ini. Dia terlalu berharga untukku saat ini.

Ga kebayang deh gimana nantinya kalo rumah Jefri selesai di renovasi, trus aku sama Jefri pindah ke rumah itu, ninggalin Mamah sendiri disini sama Bi Mince, batinku.

"Sudah, Mamah bahagia buat kamu, masa kamu malah nangis buat Mamah?" ucapnya sambil tersenyum, memelukku kilas lalu kembali berjalan membawa ku ke meja makan itu.

Bi Mince dengan sigapnya menyiapkan beberapa hidangan untuk sarapan kami, ka Shilla juga membantu untuk menatanya di atas meja. Aku mengusap airmataku.

Ku pandangi wajah mereka semua satu persatu, hingga yang terakhir wajah Jefri yang duduk di sampingku. Dia menatapku nanar sambil membantuku menghapus airmata.

Digenggamnya tanganku, ia tersenyum. Lalu ku tarik kedua sudut bibirku untuk tersenyum membalasnya. Ia mendaratkan kecupan bibirnya lembut dibibirku kilas. Aku hampir kelepasan jantungku membiarkan aksinya yang tidak tahu malu itu. Tapi begitu kembali melihat senyumnya, hatiku serasa teduh. Nyaman sekali. Toh ternyata tidak ada satupun dari mereka yang menyadari pergerakkan Jefri.

Kami pun kembali larut dalam perbincangan hangat di meja makan dengan formasi lengkap, beserta canda tawa yang tiba-tiba bisa meledak karena ulah Max dan Jefri. Mereka berdua terlihat cocok dan sama-sama memiliki sans humor yang setara. Serta suara celoteh dari Icel dan Jordy, seakan mereka berdua juga sedang mengobrol serius.

Sungguh menggemaskan!

Bersambung....

Terpopuler

Comments

'ℜ𝔢𝔱𝔫𝔬 👒ℭ𝔣.

'ℜ𝔢𝔱𝔫𝔬 👒ℭ𝔣.

aku mampir kak tika 🤗🤗🤗

2020-10-14

1

Wati_esha

Wati_esha

Lisa sudah tidak lagi bersama dengan keluarga Tika?
Bersama dalam artian jalinan silaturahmi yang erat seperti dulu semasa sekolah?

2020-07-01

1

🏕️ BAUT

🏕️ BAUT

good

2020-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 S2 - Eps 14
15 S2 - Eps 15
16 S2 - Eps 16
17 S2 - Eps 17
18 S2 - Eps 18
19 S2 - Eps 19
20 S2 - Eps 20
21 S2 - Eps 21
22 S2 - Eps 22
23 S2 - Eps 23
24 S2 - Eps 24
25 S2 - Eps 25
26 S2 - Eps 26
27 S2 - Eps 27
28 S2 - Eps 28
29 S2 - Eps. 29
30 S2 - Eps 30
31 S2 - Eps 31
32 S2 - Eps 32
33 S2 - Eps 33
34 S2 - Eps 34
35 S2 - Eps 35
36 S2 - Eps 36
37 S2 - Eps 37
38 S2 - Eps 38
39 S2 - Eps 39
40 S2 - Eps 40
41 S2 - Eps 41
42 S2 - Eps 42
43 S2 - Eps 43
44 S2 - Eps 44
45 S2 - Eps 45
46 S2 - Eps 46
47 S2 - Eps 47
48 S2 - Eps 48
49 S2 - Eps 49
50 S2 - Eps 50
51 S2 - Eps 51
52 S2 - Eps 52
53 S2 - Eps 53
54 S2 - Eps 54
55 S2 - Eps 55
56 S2 - Eps 56
57 S2 - Eps 57
58 S2 - Eps 58
59 S2 - Eps 59
60 S2 - Eps 60
61 S2 - Eps 61
62 S2 - Eps 62
63 S2 - Eps 63
64 S2 - Eps 64
65 S2 - Eps 65
66 S2 - Eps 66
67 S2 - Eps 67
68 S2 - Eps 68
69 S2 - Eps 69
70 S2 - Eps 70
71 S2 - Eps 71
72 S2 - Eps 72
73 S2 - Eps 73
74 S2 - Eps 74
75 S2 - Eps 75
76 S2 - Eps 76
77 S2 - Eps 77
78 S2 - Eps 78
79 S2 - Eps 79
80 S2 - Eps 80
81 S2 - Eps 81
82 S2 - Eps 82
83 S2 - Eps 83
84 S2 - Eps 84
85 S2 - Eps 85
86 S2 - Eps 86
87 S2 - Eps 87
88 S2 - Eps 88
89 S2 - Eps 89
90 S2 - Eps 90
91 S2 - Eps 91
92 S2 - Eps 92
93 S2 - Eps 93
94 S2 - Eps 94
95 S2 - Eps 95
96 S2 - Eps 96
97 S2 - Eps 97
98 S2 - Eps 98
99 S2 - Eps 99
100 S2 - Eps 100
101 S2 - Eps 101
102 S2 - Eps 102
103 S2 - Eps 103
104 S2 - Eps 104
105 S2 - Eps 105
106 S2 - Eps 106
107 S2 - Eps 107
108 S2 - Eps 108
109 S2 - Eps 109
110 S2 - Eps 110
111 S2 - Eps 111
112 S2 - Eps 112
113 S2 - Eps 113
114 S2 - Eps 114
115 S2 - Eps 115
116 S2 - Eps 116
117 S2 - Eps 117
118 S2 - Eps 118
119 S2 - Eps 119
120 S2 - Eps 120
121 S2 - Eps 121
122 S2 - Eps 122
123 S2 - Eps 123
124 S2 - Eps 124
125 S2 - Eps 125
126 S2 - Eps 126
127 S2 - Eps 127
128 S2 - Eps 128
129 S2 - Eps 129
130 S2 - Eps 130
131 S2 - Eps 131
132 S2 - Eps 132
133 S2 - Eps 133
134 S2 - Eps 134
135 S2 - Eps 135
136 S2 - Eps 136
137 S2 - Eps 137
138 S2 - Eps 138
139 S2 - Eps 139
140 S2 - Eps 140
141 S2 - Eps 141
142 S2 - Eps 142
143 S2 - Eps 143
144 S2 - Eps 144
145 S2 - Eps 145
146 S2 - Eps 146
147 S2 - Eps 147
148 Eps 148
149 S3 - Eps 149
150 S3 - Eps 150
151 S3 - Eps 151
152 S3 - Eps 152
153 S3 - Eps 153
154 S3 - Eps 154
155 S3 - Eps 155
156 S3 - Eps 156
157 S3 - Eps 157
158 S3 - Eps 158
159 S3 - Eps 159
160 S3 - Eps 160
161 S3 - Eps 161
162 S3 - Eps 162
163 S3 - Eps 163
164 S3 - Eps 164
165 S3 - Eps 165
166 S3 - Eps 166
167 S3 - Eps 167
168 S3 - Eps 168
169 S3 - Eps 169
170 S3 - Eps 170
171 S3 - Eps 171
172 S3 - Eps 172
173 S3 - Eps 173
174 S3 - Eps 174
175 Eps 175
176 Eps 176
177 Eps 177
178 Eps 178
179 Eps 179
180 Eps 180
181 Eps 181
182 Eps 182
183 Eps 183
184 Eps 184
185 Eps 185
186 Eps 186
187 Eps 187
188 Eps 188
189 Eps 189
190 Eps 190
191 Eps 191
192 Eps 192
193 Eps 193
194 Eps 194
195 Eps 195
196 Eps 196
197 Eps 197
198 Eps 198
199 Eps 199
200 Eps 200
201 Eps 201
202 Eps 202
203 Eps 203
204 Eps 204
205 Eps 205
206 Eps 206
207 Eps 207
208 Eps 208
209 Eps 209
210 Eps 210
211 Eps 211
212 Eps 212
213 Eps 213
214 Eps 214
215 Eps 215
216 Eps 216
217 Eps 217
218 Eps 218
219 Eps 219
220 Eps 220
221 Eps 221
222 Eps 222
223 Eps 223
224 Ending Part
225 The End
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
S2 - Eps 14
15
S2 - Eps 15
16
S2 - Eps 16
17
S2 - Eps 17
18
S2 - Eps 18
19
S2 - Eps 19
20
S2 - Eps 20
21
S2 - Eps 21
22
S2 - Eps 22
23
S2 - Eps 23
24
S2 - Eps 24
25
S2 - Eps 25
26
S2 - Eps 26
27
S2 - Eps 27
28
S2 - Eps 28
29
S2 - Eps. 29
30
S2 - Eps 30
31
S2 - Eps 31
32
S2 - Eps 32
33
S2 - Eps 33
34
S2 - Eps 34
35
S2 - Eps 35
36
S2 - Eps 36
37
S2 - Eps 37
38
S2 - Eps 38
39
S2 - Eps 39
40
S2 - Eps 40
41
S2 - Eps 41
42
S2 - Eps 42
43
S2 - Eps 43
44
S2 - Eps 44
45
S2 - Eps 45
46
S2 - Eps 46
47
S2 - Eps 47
48
S2 - Eps 48
49
S2 - Eps 49
50
S2 - Eps 50
51
S2 - Eps 51
52
S2 - Eps 52
53
S2 - Eps 53
54
S2 - Eps 54
55
S2 - Eps 55
56
S2 - Eps 56
57
S2 - Eps 57
58
S2 - Eps 58
59
S2 - Eps 59
60
S2 - Eps 60
61
S2 - Eps 61
62
S2 - Eps 62
63
S2 - Eps 63
64
S2 - Eps 64
65
S2 - Eps 65
66
S2 - Eps 66
67
S2 - Eps 67
68
S2 - Eps 68
69
S2 - Eps 69
70
S2 - Eps 70
71
S2 - Eps 71
72
S2 - Eps 72
73
S2 - Eps 73
74
S2 - Eps 74
75
S2 - Eps 75
76
S2 - Eps 76
77
S2 - Eps 77
78
S2 - Eps 78
79
S2 - Eps 79
80
S2 - Eps 80
81
S2 - Eps 81
82
S2 - Eps 82
83
S2 - Eps 83
84
S2 - Eps 84
85
S2 - Eps 85
86
S2 - Eps 86
87
S2 - Eps 87
88
S2 - Eps 88
89
S2 - Eps 89
90
S2 - Eps 90
91
S2 - Eps 91
92
S2 - Eps 92
93
S2 - Eps 93
94
S2 - Eps 94
95
S2 - Eps 95
96
S2 - Eps 96
97
S2 - Eps 97
98
S2 - Eps 98
99
S2 - Eps 99
100
S2 - Eps 100
101
S2 - Eps 101
102
S2 - Eps 102
103
S2 - Eps 103
104
S2 - Eps 104
105
S2 - Eps 105
106
S2 - Eps 106
107
S2 - Eps 107
108
S2 - Eps 108
109
S2 - Eps 109
110
S2 - Eps 110
111
S2 - Eps 111
112
S2 - Eps 112
113
S2 - Eps 113
114
S2 - Eps 114
115
S2 - Eps 115
116
S2 - Eps 116
117
S2 - Eps 117
118
S2 - Eps 118
119
S2 - Eps 119
120
S2 - Eps 120
121
S2 - Eps 121
122
S2 - Eps 122
123
S2 - Eps 123
124
S2 - Eps 124
125
S2 - Eps 125
126
S2 - Eps 126
127
S2 - Eps 127
128
S2 - Eps 128
129
S2 - Eps 129
130
S2 - Eps 130
131
S2 - Eps 131
132
S2 - Eps 132
133
S2 - Eps 133
134
S2 - Eps 134
135
S2 - Eps 135
136
S2 - Eps 136
137
S2 - Eps 137
138
S2 - Eps 138
139
S2 - Eps 139
140
S2 - Eps 140
141
S2 - Eps 141
142
S2 - Eps 142
143
S2 - Eps 143
144
S2 - Eps 144
145
S2 - Eps 145
146
S2 - Eps 146
147
S2 - Eps 147
148
Eps 148
149
S3 - Eps 149
150
S3 - Eps 150
151
S3 - Eps 151
152
S3 - Eps 152
153
S3 - Eps 153
154
S3 - Eps 154
155
S3 - Eps 155
156
S3 - Eps 156
157
S3 - Eps 157
158
S3 - Eps 158
159
S3 - Eps 159
160
S3 - Eps 160
161
S3 - Eps 161
162
S3 - Eps 162
163
S3 - Eps 163
164
S3 - Eps 164
165
S3 - Eps 165
166
S3 - Eps 166
167
S3 - Eps 167
168
S3 - Eps 168
169
S3 - Eps 169
170
S3 - Eps 170
171
S3 - Eps 171
172
S3 - Eps 172
173
S3 - Eps 173
174
S3 - Eps 174
175
Eps 175
176
Eps 176
177
Eps 177
178
Eps 178
179
Eps 179
180
Eps 180
181
Eps 181
182
Eps 182
183
Eps 183
184
Eps 184
185
Eps 185
186
Eps 186
187
Eps 187
188
Eps 188
189
Eps 189
190
Eps 190
191
Eps 191
192
Eps 192
193
Eps 193
194
Eps 194
195
Eps 195
196
Eps 196
197
Eps 197
198
Eps 198
199
Eps 199
200
Eps 200
201
Eps 201
202
Eps 202
203
Eps 203
204
Eps 204
205
Eps 205
206
Eps 206
207
Eps 207
208
Eps 208
209
Eps 209
210
Eps 210
211
Eps 211
212
Eps 212
213
Eps 213
214
Eps 214
215
Eps 215
216
Eps 216
217
Eps 217
218
Eps 218
219
Eps 219
220
Eps 220
221
Eps 221
222
Eps 222
223
Eps 223
224
Ending Part
225
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!