Still Tika POV.
"Kamu mau aku gosokin juga gak?" tawarku pada Jefri.
"Enggak usah, aku aja yang gosokin badan kamu," jawabnya sambil mengecup telingaku dari belakang.
Aku menyanderkan tubuhku tepat di dada bidangnya. Sambil perlahan mencari posisi nyaman disana.
"Sayang, kalo nanti kita punya anak, kamu mau nya cewe apa cowo?" tanya Jefri membuatku membuka mata.
Tadinya aku ingin santai didekapnya sambil berendam. Tapi begitu mendengar pertanyaannya itu aku jadi agak sedikit risih, "Kita ga usah mikirin itu dulu ya, aku mau istirahat bentaaar aja disini," pintaku.
"Hm. Ya udah," jawabnya singkat membuang nafas panjang.
Lalu ia kembali mendekapku, melingkarkan kedua tangannya di atas perutku dan mengelusnya lembut. Bau sabun aroma therapy yang ku tuangkan ke dalam bathup ini sungguh membuat otakku benar-benar rileks. Sampai akhirnya aku terlelap.
Baru sebentar rasanya aku terlelap, tiba-tiba aku merasa salah satu tangan Jefri menggelitiki daun telingaku. Aku terbangun dari tidurku yang kurasa baru beberapa detik.
Lengan Jefri yang satunya lagi kini bergerak membelit leherku, telapak tangannya memegang erat puncak bahuku.
Aku mencoba menepis aksinya itu.
"Siapa yang suruh kamu tidur di bathup? Hah?" bisiknya menempelkan bibirnya ditelingaku.
Aku menepisnya lagi, bulu kudukku berdiri, kegelian, "Ga-ga se-nga-jaah.."
Tiba-tiba bibir Jefri mendekati daun telingaku. Nafas di hidungku serasa sesak. Aku mencoba menghirup oksigen melalui mulutku yang sengaja ku buka.
"Kamu tuh ya, bikin gemes!" ucapnya tiba-tiba sambil menghentikan kegiatannya lalu mendorong badanku sedikit dan ia berdiri, keluar dari bathup dan meraih handuk lalu melilitkannya di pinggangnya.
"Berdiri!" titahnya padaku.
Aku semakin heran memandangnya, aku berdiri sambil membelakanginya. Ia lalu menutupi tubuhku dengan bathrobe sambil merangkulku.
"Kenapa masih malu?" ucapnya di balik tengkuk ku.
Aku hanya terdiam, tiba-tiba ia mengangkat tubuhku bak bridal style (again). Spontan aku mengalungkan tangan ku di lehernya. Lalu ia membawaku ke kamar, melemparku pelan ke tengah ranjang.
Ia lalu berbaring miring menghadap tubuhku, dengan tangan kiri yang di lipatnya sebagai pengangga kepalanya.
"Kamu capek?" tanyanya pelan lalu menurunkan kepalanya agar bibirnya bisa menyentuh bahu ku yang terbuka.
"Em. Lumayan. Sekarang aku jadi ngantuk."
"Ya udah tidur aja."
"Trus kamu ngapain?" tanyaku sambil meraih dagunya.
Ia mengangkat kepalanya, lalu memandangiku, "Ya jagain kamu dong."
"Bo'ong, kamu pasti ninggalin aku, jalan-jalan sendiri diluar sana." sewotku.
Jefri tersenyum, "Ya udah aku ikut tidur juga sama kamu."
"Ga mau, ntar aku lelap banget kamu nya ilang," rengekku seperti anak SD yang ditinggal main teman-temannya.
Lalu Jefri menyanderkan kepalanya disamping kepalaku dengan tangannya sebagai bantal. Menatapi ku, aku balas menatapnya dengan raut wajah yang sengaja ku buat sedih. Tangannya merangkul perutku. Sedangkan tanganku yang disebelah badannya sekarang sedang bermain di daun telinganya.
Kami terdiam dan saling menatap. Kini wajahku sudah kembali ku buat normal, "Kenapa? Kok ngeliatin gitu? Aku childish banget ya?"
"Bukan."
"Trus kenapa?"
"Berasa kayak mimpi aja aku akhirnya nikahin kamu. Sekarang kamu udah percaya kan kalo cuman kamu satu-satunya tujuan hidup aku?"
Aku memalingkan tubuhku menghadapnya sejajar. Posisinya pun persis sama, hanya saja kami saling menatap. Ku selipkan jemariku di tangan yang direbahinya. Lalu ku pejamkan mataku, aku pun terlelap tidur untuk sejenak.
-----------------------------
Saat ku buka mataku, kepala ku sudah berada diatas dada bidang Jefri. Aku tertidur dan memeluknya. Ku lihat dia pun tertidur bahkan mendengkur. Mungkin aku belum terbiasa dengan dengkurannya, karena setiap malam jika terlalu lelah, dia akan tidur mendengkur seperti ini.
Tangannya memeluk mesra punggungku. Lalu tangannya yang satu lagi sedang memegangi lengan ku di atas perutnya. Ku angkat wajahku, ku pandangi ia sebentar. Ku lepaskan lengan ku dari tanganya, lalu ku jepit pipi nya dengan tangan, berharap bisa membangunkannya. Tapi ternyata nihil. Dia tetap mendengkur.
"Malah dia yang nyenyak banget tidurnya," gumamku.
Ku putuskan untuk segera bangkit dari tidurku. Badan ku berasa remuk kalo posisi tidur setiap hari begitu. Entah tadi aku yang merubah posisi atau Jefri yang merubahnya. Yang jelas beberapa hari yang lalu, dia selalu minta posisi tidurnya aku meluk dia gitu. Hmmmm....
Aku segera mendekati koper ku untuk mengambil piyama ku, "Shit, masih pake gembok." gumamku.
Aku kembali berdiri, menoleh pada lelaki yang masih mendengkur nyaman.
"Kuncinya kan sama dia, trus gimana dong? Masa pake bathrobe yang rada basah gini? Bisa masuk angin ini," comelku bicara pada diri sendiri.
Aku melihat sekeliling, "Masa iya pake baju pergi tadi lagi? Gatel dong?" gumamku lagi.
Aku mendekati tumpukan pakaian Jefri saat hendak mengambil baju kaosnya yang berserakkan di lantai, dahi ku membentur ujung meja pelan.
"Aww!" lirihku kembali berdiri dan mengusap-ngusap jidatku.
Aku bercermin di meja itu, kulihat jidatku tidak apa-apa hanya merah kecil saja. Lalu pantulan dalam cermin terdapat sebuah box yang tadi sempat diberikan oleh pramugari di pesawat. Ya! Box hadiah dari Jerry dan Nita, iparku.
Aku segera menyambar box itu lalu mengeluarkan isinya, ternyata ada tiga set lingerie lengkap dengan G-string nya. Segera ku pakai tanpa berpikir panjang. Lalu ku raih ponselku di dalam tas dan membawanya duduk di ruangan tengah.
Aku menghubungi Mamah.
Tuutt..
Tuutt..
Tuutt..
Tuutt..
"Hallo?" jawab suara wanita diseberang sana, "Kamu baru sampai?
"Hallo Mah, enggak, sebenarnya udah tadi sore nyampe nya jam tiga-an lewat dikit, trus kami ketiduran," kabarku sambil duduk di sofa tengah.
"Astaga, Mamah khawatir loh. Trus kalian udah makan?"
"Tadi siang sih udah Mah, sebelum ke sini. Mamah lagi dimana? Kok rada berisik?"
"Mamah lagi di mall sama Shilla, nemenin Icel sama Feli main ini."
"Oh syukur deh, kirain Mamah jalan sendiri. Ya udah dulu Mah ya? Aku mau nelpon Mama Alena lagi."
"Ya udah, kalian jangan lupa makan ya? Bye."
"Bye."
Ku putuskan panggilan telepon itu, kemudian ku tekan kembali nomer telepon Mama Alena.
Tuutt..
Tuutt..
"Hallo sayang? Baru nyampe ya? Apa pesawat nya delay?"
"Sabar Ma, udah lama kok nyampe nya, semua sesuai jadwal, cuman kami nya aja begitu nyampe villa langsung ketiduran. Itu aja Jefri masih tidur." jelasku sambil cekikikan.
"Oh syukur deh, Mama tadi sempet nelpon Papa juga, nyuruh Papa buat nelponin Pak Sani, nanyain kalian, tapi belum ada kabar dari Papa." sewot Mama.
"Loh memang Papa kemana Ma?"
"Papa ngurusin kerjaan nya, ada trouble di lapangan katanya tadi. Kamu udah makan?"
"Oh, tadi siang udah makan kok sebelum nyampe sini."
"Gimana pemandangan disana? Bagus gak? Kamu suka?" tanya Mama agresif.
"Tadi begitu nyampe disini baru liat sekilas sih Ma, belum ada jalan-jalan."
"Mama terakhir ke sana udah lama banget, jadi udah ga tau ada perubahan apa aja disana."
"Besok deh, Ma, begitu aku keliling aku video call ya? biar Mama liat."
"Iya iya, Mama penasaran. Oh iya itu Jefri di bangunin, udah senja ini, disana sunset nya bagus loh, sayang kalo di lewatin," saran Mama lagi.
"Iya, Ma, ya udah dulu deh ,Ma ya, aku mau nyari makan, laper," kekeh ku.
"Ya udah. Kalo ada apa-apa telpon Pak Sani ya, minta tolong sama beliau."
"Beres, Ma, bye."
Ku mati kan sambungan telepon nya. Lalu ku melihat pemandangan di luar melalui dinding kaca rumah ini. Benar kata Mama Alena, pemandangan disini begitu indah. Sayangnya Jefri masih ngorok!
Aku beranjak dari sofa ku dan segera menuju dapur. Membuka kulkas melihat-lihat apa saja isi nya.
Walaaa!!!
Isi kulkas ini begitu lengkap. Aku bisa memasak berbagai macam jenis makanan. Sayurnya beragam trus daging, ikan, dan banyak macam seafood.
"Bikin apa ya?" gumamku.
Aku mulai mengambil beberapa jenis sayuran dan daging. Mungkin makan steak enak kali ya? Batinku.
Aku mulai membersihkan dagingnya dan memotong beberapa buncis, baby corn dan wortel. Masakanku hampir selesai. Tiba-tiba Jefri berteriak mengejutkan ku.
"Astagaaaaa!! Kamu bakalan begini nih kalo kita punya rumah sendiri?"
Aku menoleh ke arahnya, kaget sekaligus heran "Maksudnya?"
Dia memelukku dari belakang, ku lanjutkan kegiatanku meniriskan rebusan sayur.
"Kamu bakalan selalu pake lingerie nih kalo lagi di dapur?" bisiknya diatas pundakku.
Aku terkekeh, "Oh ini, aku tadi kepingin ngambil kaosku, eh kopernya masih digembok, kan kuncinya sama kamu."
Jefri menghentikan kecupannya ditengkuk ku, "Kan kuncinya dalam waistbagku, kamu kan tau."
"Ya masa aku main buka aja tas kamu sih, ga izin, kan ga sopa,." sewotku sambil menyajikan masakan ku ke dalam piring.
Jefri masih setia memelukku dari belakang, "Oh, udah jadi istri, kamu masih mikirin sopan ga sopan nih?"
"Ya iya dong, ga boleh buka tas sembarangan."
"Trus pake lingerie kalo lagi di dapur itu apa sopan? Hm?" tanyanya lalu mengecup tengkukku.
Aku berpaling menghadapnya, ku kalungkan kedua lenganku di lehernya, "Kalo pake lingerie di depan suami itu kewajiban," elakku sambil mengedipkan sebelah mataku padanya.
"Oh, jadi ntar kalo rumah kita udah siap, kamu tiap hari pake lingerie ya seliweran di rumah?"
"Kamu maunya gitu?" tanyaku menggoda.
Jefri menyipitkan matanya sedikit dan terlihat berpikir, "Hmm.. Ga juga sih, kalo kamu gitu tiap hari, yang ada aku nya malah kepingin meluk kamu terus, kepingin itu terus," tawanya meledak.
Aku memeluknya, "Makan yuk, lapar!" lalu ku lepaskan pelukannya.
Dan duduk di salah satu kursi yang ada di dapur. Dia ikut duduk di sampingku.
"Emhh, enak ini, aroma nya dari tadi harum banget, sampai bikin aku kebangun." ucapnya lalu perlahan memotong steaknya dan memakannya.
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya, "Enak gak?"
"Em.. Kok asin banget sih? Kamu pakein garam berapa sendok nih?" protesnya.
Dengan panik aku segera mencoba memakan masakanku, lalu aku melotot melihatnya. Dia tertawa puas sudah mengerjaiku. Aku memukul bahu nya pelan, ia semakin tertawa kencang.
"Kamu habis ini mau jalan keliling sini apa mau di rumah aja?"
"Aku mau nya dirumah aja," godaku tanpa menoleh melihatnya.
Jefri kembali tertawa, "Yakin nih?"
Kini aku yang tertawa terbahak-bahak. Lalu ku minum seteguk air es ku.
"Jalan-jalan keliling aja yuk, aku mau liat sekitaran sini. Besok baru jalan yang jauh-jauh."
"Ya udah habisin dulu makan kamu, aku mau mandi bentar. Muach!" kecupnya pada kepalaku.
Aku kembali melanjutkan makan ku yang masih sisa setengah. Sambil melihat pemandangan sunset yang terlihat di salah satu kaca dinding rumah ini. Indah!
Selesai makan dan mandi, kami berdua pun mulai keluar rumah. Berjalan menyusuri pinggiran pantai. Menikmati suara deburan ombak yang begitu menenangkan perasaan, membuat pikiranku kembali menjadi jernih.
Jefri yang sedari tadi menggenggam tanganku, kini melepaskannya dan mengalungkan sebelah lengan nya dibahuku.
"Kamu bahagia gak?" tanyanya.
"Sampai detik ini aku masih bahagia kok," jawabku dengan langkah kaki terhenti, mencium bibirnya kilas lalu kembali berjalan.
"Seandainya suatu hari nanti aku nyakitin hati kamu atau aku ngecewain kamu, tolong kamu bilang ke aku ya?" pintanya.
"Trus kalo semisal aku yang nyakitin hati kamu gimana?" tanyaku random.
"Ya aku bilanglah, masalahnya apa jadi sampe bikin aku sakit hati."
"Trus?"
"Ya trus kita cari solusi nya bareng, aku pingin kamu ada dan tau disetiap keputusan yang aku ambil. Aku ga pingin nyakitin kamu kayak dulu, aku ga mau ngeliat kamu kayak dulu lagi," jelasnya lantang.
Sudut mataku meneteskan airmata yang tidak sengaja keluar. Aku terlalu sensitive untuk masalah yang menyangkut masa lalu. Aku menghentikan langkahku. Menghadapnya lagi dan mengalungkan kedua tanganku di lehernya.
"Kamu terima aku apa ada nya sekarang kan?" tanyaku lagi.
Jefri mengalungkan kedua tangannya di pinggangku, "Aku terima semua masa lalu kamu dan aku terima apa adanya diri kamu sekarang. Dan kita perbaiki untuk masa depan kita berdua," dikecupnya keningku, membuat airmataku kian deras membasahi pipiku.
"Kamu maafin masa lalu aku kan?" tanyanya setelah mengecup keningku dan sekarang memelukku.
"Aku terima semua yang ada di diri kamu."
Jefri mengeratkan pelukkannya saat mendengar kalimat yang ku ucapkan. Aku pun semakin membenamkan wajah ku sambil mengecup tengkuk lehernya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Wati_esha
Widihhhh tu foto ... cakep banget...
2020-07-24
1
es dawet
kyknya stok garamnya banyak ya thorrrr😁😅😂🤣😜
2020-06-27
1
Riswanty Tino
yg hot sedikit donk ceritanya thor kn mereka udah halal yg baca jg uda pda punya suami 😊😊😊
2020-01-09
2