S2 - Eps 15

Still Jefri POV.

Begitulah hari-hari kami lewati setelah menikah. Karena masih dalam masa cuti bekerja, tak banyak yang kami lakukan. Pergi ke mall melihat-lihat furniture, hangout dengan teman-teman, mengikuti acara keluarga, atau hanya sekedar berbaring di kamar seharian, mencoba-coba gaya baru dalam bercinta. Hahhahaa.

Untungnya setelah kami konsultasi, Tika sudah mau menerima ketakutannya. Membiarkan aku melakukan pelepasan ku didalam rahimnya, bahkan terkadang dia yang menggoda libido ku.

Bahkan tak jarang aku mendapatkan keusilan darinya. Setiap pagi dia yang selalu menaiki tubuhku, belum lagi kalo makan malam di rumah Jerry, adikku. Dia menggodaku dengan tiba-tiba mengelus pahaku sampai ke pangkal pahaku. Biasanya aku hanya tersenyum dengan tingkahnya itu.

"Sayang, malam ini kita nginep di rumah Mamah ya? Boleh gak?" pintanya.

Aku meruncingkan sudut mataku, "Ga betah disini?"

"Bukannya ga betah, aku kangen Mamah, kangen kamarku juga. Ya ya mau ya?"

"Tapi tiap hari kamu ngehubungin Mamah kan?"

"Iya dong, kadang nelpon kadang videocall, emang kenapa?"

"Ya ga papa sih. Ya udah nanti kita tidur disana."

Tika mengecup pipiku mesra.

Hari ini rencana nya kami akan pergi ke mall untuk bertemu dengan Lisa dan Alex, hangout santai sebab sebentar lagi mereka akan segera pergi ke Inggris untuk menemui Tantenya Lisa.

Alex ingin menyampaikan keseriusannya pada Lisa. Dan akan segera menyusul kami ke pelaminan.

"Beeeeebbbbb miss you!" teriak Tika saat bertemu Lisa didepan Starbak.

"Miss you too. Gimana gimana? Udah lega habis jujur ke suami?" sahutnya sambil tersenyum melirik ku.

"Jadi lu udah tau?" serangku pada Lisa.

"Ya tau lah, dia curhat kaleee!" sombong Lisa.

"Makanya Jef, kalo lu bingung liat bini lu tiba-tiba aneh, lu tanya Lisa aja, pasti tau dia." sahut Alex menambahi.

"Shit!! Jadi aku doang nih yang telat tau nya?" protesku.

Tika langsung memelukku, "Bukan gitu sayang, aku bingung ngomongnya gimana."

"Kan sekarang aku suami kamu, masa masih bingung juga? Malah Lisa sama Alex yang tau ketakutan kamu itu. Gak fair dong!" omelku.

"Maaf maaf." dikecupnya pipiku, "Udah ah, yuk ke dalem."

Setelah selesai kami memesan coffee, kami pun segera mengambil tempat duduk sofa agar lebih santai mengobrol.

"Trus hasil check-up kalian gimana? Ga papa dong?" tanya Lisa.

"Iya ga papa kok, semuanya baik-baik aja." sahutku cepat.

"Trus udah dicoba lagi dong?" goda Alex.

"Udah dong, coba terus pokoknya, sampe dapet. Iya kan yang?" tanyaku pada Tika yang masih bergelendotan di tubuhku.

"Iya iya. Eh trus kalian berangkatnya hari apa?" tanya Tika.

"Sabtu depan. Doain lancar ya.." sahut Alex lagi.

"Deg-degan gak Lex?" tanya Tika lagi.

"Ya iya lah, kan ntar ga cuman ketemu tantenya doang."

"Trus nyokab lu gimana Lex?" tanyaku.

"Nyokab sih udah setuju dari awal, bokap juga fine-fine aja. Bahkan awalnya mereka juga mau ikut, biar sekali jalan aja katanya. Tapi gua males kalo mereka ikut, ntar rempong dijalan. Lu tau lah nyokab gua gimana." jelas Alex.

Aku hanya tersenyum menanggapi cerita Alex. Aku turut bahagia untuk mereka. Karena jujur saja, Alex tipe lelaki yang lebih playboy menurutku. Namun pemikirannya lebih praktis dan lebih rasional. Walaupun umurku jauh diatasnya, aku banyak belajar dari pola pikirnya. Hingga aku berani mengambil keputusan menikahi Tika yang sebenernya aku belum terlalu mengenal sifatnya. Aku bahkan tidak tau bagaimana masa lalu nya.

Setelah hangout, kami berjalan berkeliling mall sambil menemani Lisa dan Alex berbelanja. Dan akhirnya kami pun ikut belanja beberapa baju dan lainnya.

---------------------

Tika POV.

🎶

Can we just talk?

Can we just talk?

Talk about where we're goin'

Before we get lost, lend me your thoughts

Can't get what we want without knowin'

I've never felt like this before

I apologize if I'm movin' too far...

🎶

Ponsel Jefri berbunyi.

"Yaaanggg! Hape kamu bunyi.." teriakku.

Saat itu Jefri sedang berada dalam kamar mandi, sedang menyikat gigi nya.

"Angkat aja, bilangin lagi sibuk." titahnya.

Ku ambil ponselnya dari atas meja disis ranjang. Pablo calling. Segera aku menghampirinya di kamar mandi.

"Pablo nih.." ucapku tanpa menggeser tombol hijau di layarnya.

"Ang-at aja, angan aku asyah. Wodseker." ucapnya sambil belepotan.

Ku geser tombol hijau dilayarnya, lalu ku tekan tombol loudspeaker. Ku letakkan ponselnya di atas meja wastafel lalu aku beranjak pergi.

Belum sempat aku melangkahkan kaki ku, dengan tangannya yang basah akibat memegang gelas cuci mulut, dia menarik lenganku. Menyuruh ku untuk tetap stay mendengarkan telpon dari Pablo.

"Jef, lu dimana?" seru Pablo.

"Hua di humah. Enapa?" jawabnya sambil terus menggosok giginya.

"Hah? Apa? Ga jelas!"

Jefri menyuruhku untuk menjawab pertanyaan Pablo.

"Jefri nya lagi gosok gigi, kenapa Pab?" tanyaku.

"Eh elu Tik.."

"Iya, kenapa Pab? Ini Jefri juga dengerin kok."

"Enggak mau ngabarin aja, besok Paul udah boleh pulang. Gua bawa dia ke rumah gua, sama nyokabnya Paula juga."

"Trus Paula gimana kondisi nya?" tanyaku sambil menatap mata Jefri.

Ia langsung berhenti menggosok gigi, kemudian sepersekian detik kemudian kembali menggosok gigi nya lagi.

"Paula masih ga mau ngomong. Tapi udah ga ngamuk lagi sih kalo ketemu gua. Tapi tetep aja nyokab nya minta dia di iket di ranjangnya."

"Dia belum boleh pulang juga?" tanyaku lagi.

"Sebenarnya udah boleh, tapi nyokab nya takut."

"Kok takut?" selidikku lagi.

Jefri selesai dengan gosok gigi nya dan berkumur-kumur.

"Ga tau, ga ngerti gua. Tapi ntar gua coba buat ngomong lagi sama beliau. Toh minggu depan rumah Paula juga udah di tempatin yang beli."

"Udah laku rumahnya?" sahut Jefri sambil memegang ponselnya dan berjalan mengajakku untuk kembali ke ranjang.

"Udah, kemaren habis kalian balik dari sini ada yang nego. Untungnya besok Paul udah boleh pulang. Jadi gua bisa ngangkutin barangnya lusa."

"Ya udah ntar lusa kita bant....."

"Sorry, kita ga bisa bantuin ya. Soalnya kita ada janji juga sama orang. Masalah penting." sela Jefri sambil membekap mulutku.

"Iya ga papa kok. Gua cuman mau ngabarin itu aja. Trus makasih juga ya Tik, lu udah ngomongin masalah biaya ke kakak lu. Lumayan potongannya. Thanks banget."

Jefri melepaskan tangannya dari mulutku, dengan mata melotot aku menatapnya, "Iya sama-sama, salam aja ya buat Paul. Gua seneng bisa bantu kalian. Semoga Paul bisa lebih baik lagi ya.."

"Iya, sekali lagi thanks ya. Bye."

"Bye." sahutku dan Jefri berempak.

Telepon itu dimatikan duluan oleh Pablo.

"Kamu kenapa sih?" tanyaku langsung pada Jefri.

"Ngapain nawarin buat bantu pindahan?"

"Loh, emang salah? Ga papa dong."

"Ga usah." jawabnya singkat sambil bersiap menarik selimut tidurnya.

Aku berdiri menatapnya, "Why?"

"Udah cukup bantuan buat mereka. Lagian aku ga mau Paul terus-terusan manggil aku Papi. Kamu ga cemburu apa?"

"Ntar juga kalo Paul udah gede, dia bisa ngerti posisi kamu. Kan ga selamanya dia bakalan manggil kamu kayak gitu."

"Enggak pokoknya enggak."

"Kamu masih kesel sama Paula?" tanyaku tiba-tiba sambil melipat kedua tanganku dibawah dada.

"Aku cuman ga mau aja liat kamu deket sama orang-orang yang berhubungan sama dia."

"Loh kok gitu?"

"Kamu gak kesel apa sama dia?"

Aku berpikir sejenak, lalu aku beranjak memasuki selimutnya, "Kesel sih, tapi lebih banyak kasiannya sama dia. Kesian sama Paul jadi kena imbas gara-gara kelakuannya. But so far, aku ga papa kok."

Jefri merengkuh ku, mengecup keningku kilas.

"Pokoknya kamu jangan terlalu berlebihan sama mereka." titahnya.

Aku mendorong tubuhnya pelan, melepaskan rengkuhannya, "Kamu takut kalo aku baik sama mereka, trus mereka manfaatin aku?"

"Bukan itu, aku takut kebaikan kamu disalah artikan sama Paula nantinya. Yang ada dia malah gangguin kita."

Aku menggelengkan kepala ku pelan, "Aku tau kamu kenal banget sama sifat Paula, semua tabiatnya kamu hafal..."

"Aku bukan hafal, cuman tau aja. Ini nih yang aku takutin. Kamu pasti mikirnya yang enggak-enggak. Aku nolak bantuin Pablo itu cuman mau biar kamu ga mikir yang macem-macem. Ntar aku bantuin, kamu mikirnya aku masih sayang. Gak aku bantuin kamu mikirnya malah gini." pasrah Jefri.

Aku terdiam. Ya emang bener sih katanya. Hampir delapan puluh persen pemikiranku seperti itu kalo saja tadi dia bilang akan membantu, tapi begitu dia melarangku untuk membantu, ya beginilah pemikiranku.

"Bisa gak kita gak usah mikirin mereka lagi? Ga usah mikirin Paul lagi? Kita pikirin hidup kita berdua aja. Lagian urusan aku sama mereka kan udah clear. Pablo juga udah diterima baik sama nyokabnya. Kamu udah bantuin memangkas biaya nya sama Haikal. Udah, cukup sampe sini aja berurusan sama mereka, bisa kan?"

Jefri menatapku tajam, "Tapi aku udah ngerebut kamu dari dia," lirihku.

"Gak ada yang ngerebut. Aku akui awalnya kita emang extreme. Aku emang selingkuhin dia. Main sama kamu di belakang dia. Tapi banyak faktor yang bikin aku milih kamu, bukan dia sebagai istri aku kan? Dan kamu tau sekarang faktor itu apa aja. Dan kalo kamu malah bantuin orang-orang terdekatnya, itu bakalan jadi boomerang buat kamu sendiri. Kamu ngerti gak maksud aku?"

"Enggak."

Jefri menghembuskan nafasnya kasar, "Biarkan Pablo yang nyembuhin Paula. Kita gak usah ikutan lagi. Itu intinya. Oke?" tegasnya padaku.

"Tapi kasian Paul!"

"Iya aku ngerti kamu kasian sama Paul. Tapi apa kamu ga kasian sama hati kamu sendiri? Ngeliat Paul yang begitu aja udah bikin kamu takut punya anak. Takut ga bisa jadi ibu yang baik. Trus yang kena imbasnya siapa? Aku kan? Suami kamu, orangtua, keluarga."

Jefri semakin menatapku dengan memengang kedua lengan atasku, "Jujur aku masih ga ngerti pola pikir kamu, tapi dari kejadian yang sudah-sudah, aku ga mau lagi dekat sama mereka. Karena aku tau itu pernah ngelukain hati kamu. Terserah kamu mau mikirnya aku jahat atau apa, yang jelas sekarang masa depan aku sama kamu. Titik."

Spontan aku langsung memeluknya erat. Memang ada kedamaian setiap kali aku memeluknya. Selalu ada rasa nyaman.

Dalam pelukkannya aku menghembuskan nafasku, mencoba untuk melupakan kajadian ini. Dan mencoba melupakan ketakutanku.

Ya selama ini memang itulah yang membuatku tidak siap memiliki anak. Aku takut jika aku tidak bisa menjadi ibu yang baik. Aku takut jika aku salah mengajarkan suatu hal pada anak ku kelak. Karena aku melihat dari apa yang Paul alami. Di umurnya yang masih kurang lebih lima tahun, caranya berinteraksi sudah seperti anak remaja. Belum lagi hidupnya yang penuh kebohongan yang diberikan orangtua nya. Aku menjadi semakin takut melihat itu semua.

Dan jujur aku akui, memang ada rasa cemburu jika melihat Paul memanggil Jefri seperti biasanya. Tapi mau tidak mau itu harus aku terima. Dan entah bagaimana jika aku melihat Paula dan Jefri kembali akrab, berbincang bersama. Ya benar katanya, dengan aku selalu membantu mereka, itu akan menjadi boomerang ku sendiri.

---------------------

Masa cuti honeymoon kami telah selesai esok. Hari ini kami berdua memutuskan untuk mengecek rumah kami lagi.

Aku bangun seperti biasanya, jogging seputaran komplek lalu sarapan buah bersama Mamah di dapur. Ya sejak terakhir kami bertemu Lisa dan Alex, kami sudah kembali menginap di rumah Mamah Ida lagi. Karena aku yang meminta, bukan karena aku bosan atau apa pun, aku hanya berupaya untuk adil tanpa Jefri sadari.

Untungnya Jefri memang sengaja meminta design interiors untuk lebih cepat menyelesaikan finishing dalam rumah, agar kami bisa segera pindah ke rumah kami sendiri.

"Pagi Mah, pagi sayang," sapa Jefri saat duduk di sampingku lalu mengecup keningku.

"Pagi." sahutku yang kemudian kembali asik dengan ponsel dan buah-buahan ku.

"Siang ini jadi kan kalian ngeliatin rumah?" tanya Mamah.

"Jadi Mah, jam 10an kesana. Soalnya kalo besok-besok belum tentu bisa ke sana lagi." jelas Jefri sambil mencomot sandwich nya.

"Mamah ikut aja ya? Sekalian biar tau dimana letaknya. Ya Mah?" tawar Jefri.

"Boleh, hari ini Mamah ga ada kegiatan juga." jawab Mamah santai, "Boleh kan Nak, Mamah ikut?" Mamah melirik ku.

"Iya ga papa kok. Bagus lagi kalo Mamah ikut, kali aja ada yang kurang, Mamah kan lebih jeli." ucapku.

Setelah kami menghabiskan sarapan dan berleha-leha, aku memutuskan untuk berenang sebentar.

"Kamu mau kemana pake bikini gitu?" tanya Jefri saat ia santai menonton televisi dikamar.

"Mau renang bentar. Kenapa?" tanyaku saat selesai memasang bathrobe ku.

"Sini deh." panggilnya.

Aku berjalan mendekati sisi ranjangnya, tiba-tiba dia menarik tanganku, membuat setengah tubuhku mendarat bebas diatas nya.

Perlahan dia menarik tali pengikat bathrobe ku, lalu menyusupkan tangannya mengelus punggung belakangku melalui tengkuk leherku.

"Nakal yaa?"

"Kamu terlalu seksi pake bikini itu, bikin aku bergairah." lirihnya pelan lalu mengecup bibirku kilas.

Aku memundurkan kepala ku sedikit, "Kamu mau?" tanyaku santai.

Belum sempat dia menjawab, aku segera berdiri, lalu ku lepaskan bathrobe ku, membiarkan tubuhku yang mengenakan bikini terekspose di kedua matanya. Ku condongkan tubuhku ke arahnya, lalu ku cium bibir tebalnya.

"Hm. Itu intu a e uka e ikit loh," ucapnya belepotan.

Ku lepaskan ciumanku, "Aku mau berenang sayang, bukan mau muasin kamu." godaku.

Dia mencengkram kedua lenganku. Lalu membalikkan tubuhku ke atas ranjang, aku tertawa terbahak-bahak. Dia mulai mengecup tengkuk leherku, tawaku semakin pecah. Rasa nikmat dan geli menjadi satu, aku semakin tertawa, lalu tiba-tiba......

"Tiiiikkk. Astaga naga!!!" seru Haikal di ambang pintu kamarku.

Aku dan Jefri menoleh, Haikal membalikkan badanya sambil mengomel, "Kalian kalo mau gituan di tutup dong pintu nya, di kunci kek, malah dibiarin kebuka gitu. Inget ini masih rumah Mamah, ada Mamah ada Bibi, ini lagi aku ngeliat yang begituan bisa sial nih!! Shit!!" sambil meraih pintu kamar dan menutupnya.

Jefri menatapku, lalu aku tertawa terbahak-bahak.

"Malah ketawa!" protesnya.

"Kan kamu sendiri yang bilang tadi, pintunya kebuka, ya bukan salah aku dong. Kamu main terkam-terkam aja." sambil membetulkan letak bikini ku.

Aku duduk, "Nanti aja ya, ntar malam, ya?" tawarku sambil mengedipkan sebelah mataku.

"Udah tanggung, welly udah bangun gimana ini?" lirihnya.

"Ya itu salah kamu lah, ayo minggir, aku mau renaaaanngg.." rengek ku sambil mendorong tubuhnya dari atasku.

Dengan lesu dia menyingkir dari atas tubuhku. Aku terkekeh geli.

"Jadi malu aku sama Haikal." lirihnya lagi.

"Ya itu urusan kamu lah." aku tertawa lalu mengenakan kembali bathrobe ku dan meninggalkan dia dikamar sendirian.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Hmmmm ya semua salah juga. Sudah tahu itu kamar suami isteri ... main selonong aja, babang Haikal.

2020-10-22

0

Mutia

Mutia

😅😅😅

2020-06-27

1

Regunda Emilia Leltakaeb

Regunda Emilia Leltakaeb

hilang deh keperjakaan mata haikal
😅😅😅😅

2020-02-19

2

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 S2 - Eps 14
15 S2 - Eps 15
16 S2 - Eps 16
17 S2 - Eps 17
18 S2 - Eps 18
19 S2 - Eps 19
20 S2 - Eps 20
21 S2 - Eps 21
22 S2 - Eps 22
23 S2 - Eps 23
24 S2 - Eps 24
25 S2 - Eps 25
26 S2 - Eps 26
27 S2 - Eps 27
28 S2 - Eps 28
29 S2 - Eps. 29
30 S2 - Eps 30
31 S2 - Eps 31
32 S2 - Eps 32
33 S2 - Eps 33
34 S2 - Eps 34
35 S2 - Eps 35
36 S2 - Eps 36
37 S2 - Eps 37
38 S2 - Eps 38
39 S2 - Eps 39
40 S2 - Eps 40
41 S2 - Eps 41
42 S2 - Eps 42
43 S2 - Eps 43
44 S2 - Eps 44
45 S2 - Eps 45
46 S2 - Eps 46
47 S2 - Eps 47
48 S2 - Eps 48
49 S2 - Eps 49
50 S2 - Eps 50
51 S2 - Eps 51
52 S2 - Eps 52
53 S2 - Eps 53
54 S2 - Eps 54
55 S2 - Eps 55
56 S2 - Eps 56
57 S2 - Eps 57
58 S2 - Eps 58
59 S2 - Eps 59
60 S2 - Eps 60
61 S2 - Eps 61
62 S2 - Eps 62
63 S2 - Eps 63
64 S2 - Eps 64
65 S2 - Eps 65
66 S2 - Eps 66
67 S2 - Eps 67
68 S2 - Eps 68
69 S2 - Eps 69
70 S2 - Eps 70
71 S2 - Eps 71
72 S2 - Eps 72
73 S2 - Eps 73
74 S2 - Eps 74
75 S2 - Eps 75
76 S2 - Eps 76
77 S2 - Eps 77
78 S2 - Eps 78
79 S2 - Eps 79
80 S2 - Eps 80
81 S2 - Eps 81
82 S2 - Eps 82
83 S2 - Eps 83
84 S2 - Eps 84
85 S2 - Eps 85
86 S2 - Eps 86
87 S2 - Eps 87
88 S2 - Eps 88
89 S2 - Eps 89
90 S2 - Eps 90
91 S2 - Eps 91
92 S2 - Eps 92
93 S2 - Eps 93
94 S2 - Eps 94
95 S2 - Eps 95
96 S2 - Eps 96
97 S2 - Eps 97
98 S2 - Eps 98
99 S2 - Eps 99
100 S2 - Eps 100
101 S2 - Eps 101
102 S2 - Eps 102
103 S2 - Eps 103
104 S2 - Eps 104
105 S2 - Eps 105
106 S2 - Eps 106
107 S2 - Eps 107
108 S2 - Eps 108
109 S2 - Eps 109
110 S2 - Eps 110
111 S2 - Eps 111
112 S2 - Eps 112
113 S2 - Eps 113
114 S2 - Eps 114
115 S2 - Eps 115
116 S2 - Eps 116
117 S2 - Eps 117
118 S2 - Eps 118
119 S2 - Eps 119
120 S2 - Eps 120
121 S2 - Eps 121
122 S2 - Eps 122
123 S2 - Eps 123
124 S2 - Eps 124
125 S2 - Eps 125
126 S2 - Eps 126
127 S2 - Eps 127
128 S2 - Eps 128
129 S2 - Eps 129
130 S2 - Eps 130
131 S2 - Eps 131
132 S2 - Eps 132
133 S2 - Eps 133
134 S2 - Eps 134
135 S2 - Eps 135
136 S2 - Eps 136
137 S2 - Eps 137
138 S2 - Eps 138
139 S2 - Eps 139
140 S2 - Eps 140
141 S2 - Eps 141
142 S2 - Eps 142
143 S2 - Eps 143
144 S2 - Eps 144
145 S2 - Eps 145
146 S2 - Eps 146
147 S2 - Eps 147
148 Eps 148
149 S3 - Eps 149
150 S3 - Eps 150
151 S3 - Eps 151
152 S3 - Eps 152
153 S3 - Eps 153
154 S3 - Eps 154
155 S3 - Eps 155
156 S3 - Eps 156
157 S3 - Eps 157
158 S3 - Eps 158
159 S3 - Eps 159
160 S3 - Eps 160
161 S3 - Eps 161
162 S3 - Eps 162
163 S3 - Eps 163
164 S3 - Eps 164
165 S3 - Eps 165
166 S3 - Eps 166
167 S3 - Eps 167
168 S3 - Eps 168
169 S3 - Eps 169
170 S3 - Eps 170
171 S3 - Eps 171
172 S3 - Eps 172
173 S3 - Eps 173
174 S3 - Eps 174
175 Eps 175
176 Eps 176
177 Eps 177
178 Eps 178
179 Eps 179
180 Eps 180
181 Eps 181
182 Eps 182
183 Eps 183
184 Eps 184
185 Eps 185
186 Eps 186
187 Eps 187
188 Eps 188
189 Eps 189
190 Eps 190
191 Eps 191
192 Eps 192
193 Eps 193
194 Eps 194
195 Eps 195
196 Eps 196
197 Eps 197
198 Eps 198
199 Eps 199
200 Eps 200
201 Eps 201
202 Eps 202
203 Eps 203
204 Eps 204
205 Eps 205
206 Eps 206
207 Eps 207
208 Eps 208
209 Eps 209
210 Eps 210
211 Eps 211
212 Eps 212
213 Eps 213
214 Eps 214
215 Eps 215
216 Eps 216
217 Eps 217
218 Eps 218
219 Eps 219
220 Eps 220
221 Eps 221
222 Eps 222
223 Eps 223
224 Ending Part
225 The End
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
S2 - Eps 14
15
S2 - Eps 15
16
S2 - Eps 16
17
S2 - Eps 17
18
S2 - Eps 18
19
S2 - Eps 19
20
S2 - Eps 20
21
S2 - Eps 21
22
S2 - Eps 22
23
S2 - Eps 23
24
S2 - Eps 24
25
S2 - Eps 25
26
S2 - Eps 26
27
S2 - Eps 27
28
S2 - Eps 28
29
S2 - Eps. 29
30
S2 - Eps 30
31
S2 - Eps 31
32
S2 - Eps 32
33
S2 - Eps 33
34
S2 - Eps 34
35
S2 - Eps 35
36
S2 - Eps 36
37
S2 - Eps 37
38
S2 - Eps 38
39
S2 - Eps 39
40
S2 - Eps 40
41
S2 - Eps 41
42
S2 - Eps 42
43
S2 - Eps 43
44
S2 - Eps 44
45
S2 - Eps 45
46
S2 - Eps 46
47
S2 - Eps 47
48
S2 - Eps 48
49
S2 - Eps 49
50
S2 - Eps 50
51
S2 - Eps 51
52
S2 - Eps 52
53
S2 - Eps 53
54
S2 - Eps 54
55
S2 - Eps 55
56
S2 - Eps 56
57
S2 - Eps 57
58
S2 - Eps 58
59
S2 - Eps 59
60
S2 - Eps 60
61
S2 - Eps 61
62
S2 - Eps 62
63
S2 - Eps 63
64
S2 - Eps 64
65
S2 - Eps 65
66
S2 - Eps 66
67
S2 - Eps 67
68
S2 - Eps 68
69
S2 - Eps 69
70
S2 - Eps 70
71
S2 - Eps 71
72
S2 - Eps 72
73
S2 - Eps 73
74
S2 - Eps 74
75
S2 - Eps 75
76
S2 - Eps 76
77
S2 - Eps 77
78
S2 - Eps 78
79
S2 - Eps 79
80
S2 - Eps 80
81
S2 - Eps 81
82
S2 - Eps 82
83
S2 - Eps 83
84
S2 - Eps 84
85
S2 - Eps 85
86
S2 - Eps 86
87
S2 - Eps 87
88
S2 - Eps 88
89
S2 - Eps 89
90
S2 - Eps 90
91
S2 - Eps 91
92
S2 - Eps 92
93
S2 - Eps 93
94
S2 - Eps 94
95
S2 - Eps 95
96
S2 - Eps 96
97
S2 - Eps 97
98
S2 - Eps 98
99
S2 - Eps 99
100
S2 - Eps 100
101
S2 - Eps 101
102
S2 - Eps 102
103
S2 - Eps 103
104
S2 - Eps 104
105
S2 - Eps 105
106
S2 - Eps 106
107
S2 - Eps 107
108
S2 - Eps 108
109
S2 - Eps 109
110
S2 - Eps 110
111
S2 - Eps 111
112
S2 - Eps 112
113
S2 - Eps 113
114
S2 - Eps 114
115
S2 - Eps 115
116
S2 - Eps 116
117
S2 - Eps 117
118
S2 - Eps 118
119
S2 - Eps 119
120
S2 - Eps 120
121
S2 - Eps 121
122
S2 - Eps 122
123
S2 - Eps 123
124
S2 - Eps 124
125
S2 - Eps 125
126
S2 - Eps 126
127
S2 - Eps 127
128
S2 - Eps 128
129
S2 - Eps 129
130
S2 - Eps 130
131
S2 - Eps 131
132
S2 - Eps 132
133
S2 - Eps 133
134
S2 - Eps 134
135
S2 - Eps 135
136
S2 - Eps 136
137
S2 - Eps 137
138
S2 - Eps 138
139
S2 - Eps 139
140
S2 - Eps 140
141
S2 - Eps 141
142
S2 - Eps 142
143
S2 - Eps 143
144
S2 - Eps 144
145
S2 - Eps 145
146
S2 - Eps 146
147
S2 - Eps 147
148
Eps 148
149
S3 - Eps 149
150
S3 - Eps 150
151
S3 - Eps 151
152
S3 - Eps 152
153
S3 - Eps 153
154
S3 - Eps 154
155
S3 - Eps 155
156
S3 - Eps 156
157
S3 - Eps 157
158
S3 - Eps 158
159
S3 - Eps 159
160
S3 - Eps 160
161
S3 - Eps 161
162
S3 - Eps 162
163
S3 - Eps 163
164
S3 - Eps 164
165
S3 - Eps 165
166
S3 - Eps 166
167
S3 - Eps 167
168
S3 - Eps 168
169
S3 - Eps 169
170
S3 - Eps 170
171
S3 - Eps 171
172
S3 - Eps 172
173
S3 - Eps 173
174
S3 - Eps 174
175
Eps 175
176
Eps 176
177
Eps 177
178
Eps 178
179
Eps 179
180
Eps 180
181
Eps 181
182
Eps 182
183
Eps 183
184
Eps 184
185
Eps 185
186
Eps 186
187
Eps 187
188
Eps 188
189
Eps 189
190
Eps 190
191
Eps 191
192
Eps 192
193
Eps 193
194
Eps 194
195
Eps 195
196
Eps 196
197
Eps 197
198
Eps 198
199
Eps 199
200
Eps 200
201
Eps 201
202
Eps 202
203
Eps 203
204
Eps 204
205
Eps 205
206
Eps 206
207
Eps 207
208
Eps 208
209
Eps 209
210
Eps 210
211
Eps 211
212
Eps 212
213
Eps 213
214
Eps 214
215
Eps 215
216
Eps 216
217
Eps 217
218
Eps 218
219
Eps 219
220
Eps 220
221
Eps 221
222
Eps 222
223
Eps 223
224
Ending Part
225
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!