Eps 2

Jefri POV.

Aku dan Tika berada dalam kamarnya. Menatap takjub tumpukan kado yang baru saja di masukkan kesini. Aku menghempaskan tubuhku pada bibir ranjang. Sedangkan Tika masih mematung berdiri, melihat kado-kado itu.

"Kayaknya lebih dari seratus deh ini...." ucapnya.

"Coba tebak, isinya pasti banyak sprei sama bedcover," sahutku.

Dapat ku dengar Tika menghembuskan nafas panjangnya.

"Permisi Non, Den, ini masih ada yang ketinggalan tadi," ditangan Bi Mince masih ada beberapa paperbag yang dibawanya dari bawah.

Aku segera berdiri dan menyambut barang-barang yang diserahkan Bi Mince, "Makasih ya Bi."

Bi Mince berlalu, pintu kamar sengaja ku buka lebar. Ku taruh sisa kado tadi di atas meja rias Tika. Lalu ku hampiri ia yang masih saja menatap kado-kado itu. Ku dekap tubuhnya dari belakang. Ku kecup tengkuk lehernya, dia memiringkan kepalanya agar aku bisa leluasa mengecup tengkuk lehernya itu.

"Emh...." desahnya.

Aku terus saja menciumi tengkuknya, bergerak random. Sambil menyelipkan salah satu tanganku ke dalam sisi kancing piyamanya. Mengelus lembut kulit perutnya yang terasa hangat ditelapak tanganku. Lalu aku menghentikan gerakkan bibirku.

"Tadi kenapa nangis sebelum makan?" tanyaku penasaran.

"Em. Ga papa."

"Ga mau cerita nih?" ancamku dengan tangan yang menyelip tadi, yang sudah bersiap mencubit pinggangnya langsung.

"Iya iya iya iya, aku kangen Papah begitu ngeliat meja makan itu," dia menolehkan wajahnya melihatku yang menyempil di bahunya.

"Dulu Papah sering banget marah gegara kami ga makan di meja itu. Jadi begitu Papah ga ada, Max nikah, Haikal punya rumah sendiri, aku sama Mamah sepakat buat naroh meja itu di gudang."

"Kok malah disingkirin?"

"Soalnya meja itu selalu sukses bikin Mamah nangis. Dan kalo udah ngeliat Mamah nangis, ya aku nya jadi ikut nangis juga, ga tega liat Mamah sedih," jelasnya.

Aku terdiam sejenak, memejamkan mataku. Lalu menarik nafas panjang, "Kita ke makam Papah yuk! Aku kan belum izin nikahin anak perempuannya. Malah main nyelonong aja."

Tika membalikkan tubuhnya menghadapku, membuat tanganku yang terselip dalam bajunya tadi jadi susah dikeluarkan.

"Ajakin Mamah juga, kita bertiga ke sana, gimana?" tanyaku lagi.

Tika menatapku semakin tajam, aku mengernyitkan kedua alisku, tanda sedang menunggu jawabannya. Lama, dia tidak berkata apapun, hanya merespon ku dengan pelukannya yang erat. Aku pun mengelus punggungnya. Lalu ku kecup keningnya kilas.

Setelah berhasil membuka sekitar sepuluhan bungkus kado yang berukuran besar, akhirnya Tika menyerah. Ia bangkit berdiri, berjalan ke arahku yang sedang diranjang bersandar sambil menonton televisi dan merebahkan tubuhnya di atas pahaku. Aku terkekeh geli melihat tingkahnya.

"Kok berhenti? Capek?" tanyaku sambil mengelus puncak kepalanya.

"Bosen, isinya kebanyakkan bedcover set. Kalo enggak bantal cinta yang panjang itu." sahutnya lalu menghembuskan nafas kasar.

"Aku bilang juga apa, rata-rata tuh isinya gak jauh dari urusan ranjang. Kamu ga percaya!"

"Kamu udah kayak pernah nikah aja jadi pede banget. Tau banget isi-isinya apaan," sewotnya.

"Idih ketus amat sih! Kan dulu waktu Jerry nikah, aku ngeliatin mereka buka kadonya. Bahkan beberapa bedcover ada yang aku pake."

Tika menghembuskan nafasnya lagi.

"Jam berapa kita ke makam Papah?" tanyanya sambil menatapku.

"Terserah kamu."

Tika langsung duduk lalu menoleh padaku, "Kalo sekarang gimana?"

"Boleh, aku tinggal ganti baju. Kamu tanyain Mamah dulu deh, mau gak kalo sekarang," saranku.

Tika mengangguk dan segera pergi menemui Mamahnya. Aku masih bersantai sambil menonton acara televisi. Sudah lama aku tidak bersantai seperti ini. Dan rasanya masih seperti mimpi aku rebahan santai dikamar Tika ini tanpa ada rasa was-was. Aku cekikian sendiri.

Aku sungguh merasa beruntung memilih Tika sebagai istriku. Dan aku merasa nyaman bergabung dalam keluarganya yang begitu akrab dan kokoh. Di dalam otakku kini hanya ada Tika, dia prioritas hidupku saat ini dan untuk kedepannya.

Kini kami sudah didalam mobil, diperjalanan menuju makam Papah. Dulu saat baru awal-awal kenal Tika, dia pernah mengajak ku menemaninya untuk nyekar ke makam Papahnya ini. Tapi aku tidak turun dari mobil, karena aku memakai celana pendek. Tika juga tidak memberi tahuku kalau dia akan mengajakku untuk kesana.

Dan ini adalah kali kedua nya aku ke sana. Aku masih mengingat jalannya. Dan aku juga masih ingat yang mana makam Papahnya. Disepanjang perjalanan Tika dan Mamah terdiam, hanya suara alunan musik dari mobil yang terdengar. Aku pun tidak ingin merusak suasana ini.

"Sayang, nanti deket sana kita mampir beli bunga dulu ya?" pinta Tika tiba-tiba.

Aku hanya menganggukan kepalaku, lalu kembali hening. Setelah mampir membeli bunga, akhirnya kami sampai di halaman parkir makam. Tika dan Mamah segera turun lalu berjalan menuju makam Papah yang tidak jauh dari halaman parkir.

Aku menggandeng tangan Mamah dan membantunya untuk duduk. Mamah mulai menangis saat meletakkan bunga diatas batu nisan, meneteskan airmatanya dibalik kacamata hitam pekat yang dikenakannya sejak tadi. Aku duduk di samping Tika yang sedang menyentuh batu nisan Papahnya. Lalu ia seakan mengobrol sendiri.

"Pah, apa kabar? Maaf Tika kemaren jarang nengokin Papah dan Papah pasti tau kenapa alasannya. Tika sekarang udah nikah, Pah. Tika harap Papah bisa ada disana saat itu, menjadi wali menikahkan tika," lirihnya sambil meneteskan airmatanya.

Aku merangkulnya dari samping dengan sebelah tanganku lalu ku kecup puncak kepalanya.

"Ini Jefri Pah, suami Tika. Yang gantiin posisi Papah buat jagain Tika ke depannya. Doain kami ya, Pah?" tambahnya lagi lalu menangis tersedu.

Semakin ku eratkan rangkulanku. Tak terasa genangan air di pelupuk mataku mulai penuh. Tumpah perlahan melewati kacamata hitamku. Segera ku usap agar Tika dan Mamah tidak melihat linangan air itu.

Lumayan lama kami disana, untungnya cuaca siang hari ini begitu teduh. Sehingga kami nyaman untuk berlama-lama disana.

Ku lihat tulisan batu nisan itu, sudah 12 tahun Tika ditinggalkan oleh Papahnya. Berarti itu terjadi saat Tika masih SMA, 17 tahun. Saat dia baru menginjak masa remajanya. Jadi wajar menurutku jika dia memiliki sisi tegas dan sisi sensitifnya secara bersamaan. Dan aku merasa telah melakukan hal yang paling benar di hidupku untuk menjaganya, menafkahi dan menanggung hidupnya sampai nanti maut memisahkan kami.

Mamah menyentuh pundakku, "Ayo kita pulang."

Aku mengangguk. Mamah mulai berdiri. Tika pun bergerak berdiri terlepas dari rangkulanku.

"Aku bakal jagain Tika dan bahagiain Tika sepanjang hidupnya. Aku janji, " ucapku dalam hati sambil menyentuh batu nisan Papahnya.

Lalu kami pergi berlalu meninggalkan kesedihan dimakam itu.

Disepanjang perjalanan pulang, suasana dalam mobil kembali hening. Tidak ada lagi isakkan tangis yang sempat ku dengar dimakam tadi. Entah apa yang ada dalam pikiran kedua wanita ini. Aku tidak ingin mengacau. Namun tiba-tiba suara perutku mulai meronta kencang. Aku menyipitkan sebelah mataku mencoba menahan bunyi itu, tapi gagal.

Tika menoleh padaku, "Kita mampir makan ya, Mah?"

"Iya boleh, Mamah juga udah lapar," sahut Mamah.

"Mamah mau makan apa?" tanya Tika sambil menoleh ke belakang melihat Mamahnya.

"Em. Terserah kalian aja. Kalian mau nya makan apa?"

"Makan bakar-bakaran mau gak Mah? Sayang?"

"Aku terserah aja, Mamah mau gak?" tanyaku melirik Mamah dikaca spion tengah.

"Iya boleh, asal ada sayurnya aja," sahut Mamah.

"Ada dong, Mah," jawab Tika santai lalu kembali dengan posisi duduknya yang benar.

Langsung ku tancapkan gas mobil menuju rumah makan khas bakaran. Dulu aku juga pernah makan disini waktu sama Tika. Bahkan beberapa kali. Dan ternyata aku dan Tika punya salah satu kesamaan yaitu menyukai ikan bakar.

"Kalian pernah kesini?" tanya Mamah saat selesai menulis pesanannya.

"Iya, dulu," jawab Tika cuek sambil membaca buku menu.

Mamah hanya mangut-mangut sambil melihat sekitar.

"Kamu nila bakar, yang?" tanya Tika sambil menyenggol sikuku.

"Iya nila bakar, sama terong bakar tanpa santan," jawabku singkat lalu berdiri mengambil kerupuk udang kesukaanku.

"Habis ini kita ke mall ya? Mamah ada yang mau dibeli," pinta Mamah padaku.

Aku mengangguk sambil memakan kerupuk. Tika menyerahkan kertas pesanannya. Lalu sekitar lima belas menit kemudian hidangan kami pun datang. Dengan berdoa sebelum makan dalam hati, lalu kami langsung menyantap makanan itu sambil membahas ringan tentang liburan yang akan kami lakukan lusa depan.

"Mamah ga papa kan aku tinggal seminggu? Apa aku minta Haikal buat nemenin Mamah?" ucap Tika.

"Nyuruh dia itu sama juga bohong. Iya dia tiap malem pulang, tapi buat tidur. Bukan buat nemenin Mamah makan di rumah," sewot Mamah.

"Ya trus gimana dong? Apa Mamah ikut kita aja liburan? Ya kan, yang? Ga papa kan kalo Mamah ikut juga?" Tika menoleh padaku.

Dengan refleks ku jawab, "Iya ikut aja deh Mah, ntar aku cariin tiketnya yaa?"

Aku memang sudah merasa akrab dengan beliau saat sebelum aku melamar Tika. Tanpa sepengetahuan Tika, aku sering berbincang dengan beliau dulu. Lalu saat Tika kecelakaan, beliau begitu memperhatikanku, beliau juga dengan ikhlasnya saat itu mempercayakan anak perempuan satu-satu nya untuk dijaga oleh ku saat di rumah sakit. Padahal saat itu kan statusnya masih calon!

"Enggak enggak, Mamah di rumah aja, masa Mamah ikut kalian! Gangguin kalian buat bikinin Mamah cucu dong. Enggak!" protes Mamah.

Uhuukk..

Uhuukk..

Uhuukk..

Tika tersedak!

Segera ku ambilkan gelas minumnya, dia langsung meneguk habis air di dalam gelas tak bersisa. Sedangkan tangan ku yang satu nya lagi mengelus pundaknya dengan ujung pergelangan tangan.

"Kamu kenapa? Kalo makan tu yang santai, jangan buru-buru," omelku.

"Ma-mah nih, kalo ngomong tu liat-liat anak nya lagi ngunyah apa mau nelen. Uhuukk!" sewotku tak mau kalah.

"Loh memang Mamah salah ngomong?" tanya Mamah antusias.

"Ya enggak sih, cuman kan ...." Tika tiba-tiba terdiam, lalu menoleh melihatku dan melihat Mamah bergantian, "Ga papa deh, ga usah di bahas lagi."

"Udah udah ayo lanjutin makannya, biar ga kesorean ke mall nya jadi ga kemaleman juga pulangnya," titah Mamah.

Kami kembali melanjutkan makan. Aku heran dengan Tika. Rasanya kemaren-kemaren juga pernah membahas tentang ini. Dan dia selalu mengalihkan pembicaraan.

Memang sudah lama kami tidak melakukan itu. Tadi pagi pun aku gagal karena ketukan pintu Jerry. Aku ingin sekali memiliki anak bersamanya. Pasti lucu! Aku tersenyum sendiri lalu mencoba fokus untuk menghabiskan makananku lagi.

Diperjalanan menuju mall, Mamah asik mengobrol dengan temannya via telepon. Sedangkan Tika asik melontarkan pandangannya keluar jendela mobil. Sesekali aku meliriknya, memperhatikan tingkahnya. Dia menggigit bibir bawahnya, yang arti nya sedang ada yang dipikirkannya. Aku hafal sekali tingkahnya yang seperti ini. Tidak ada yang berubah.

Sesampainya di mall, Mamah langsung memisahkan diri dari kami dan jika sudah selesai dengan barang cariannya, Mamah akan segera menelpon kami. Sekarang tinggallah aku berdua dengan istriku ini.

(ya kira-kira begini deh style kami kalo jalan berdua)

"Kita kemana enaknya?" tanyaku sambil merangkulnya, melilitkan lenganku pada pundaknya.

"Kita ngopi aja yuk, kamu juga belum ngerokok kan habis makan tadi?" sarannya.

Aku mengangguk cepat. Lalu ku kecup keningnya sambil berjalan menuju coffee shop.

"Aku boleh nanya gak?" ucapku saat Coffee kami sudah tersedia di atas meja sambil menyulut rokokku.

Tika menoleh padaku, "Ya, nanya apa?" sahutnya dengan tangan yang menyangga wajahnya.

Ku hembuskan asap rokok ku pelan, "Kamu bahagia gak jadi istri aku?"

Dia menatapku sambil mengernyitkan alisnya.

"Kok nanya nya gitu?"

"Aku mau nanya aja, bahagia gak?"

"Sebelum nikah aja aku sudah bahagia, apalagi setelahnya," jawab Tika simpel.

Tapi jawaban itu mampu membuat aku tersenyum sumringah, ku kecup punggung tangannya mesra.

"Kamu beneran ga mau ngerokok nih? Udah lama loh aku ga liat kamu ngerokok," tawarku.

"Enggak ah."

"Aku ga maksa kamu buat berhenti ngerokok loh ya? Kamu yang tau mana yang terbaik buat badan kamu."

"Emang kalo istri kamu ini ngerokok didepan banyak orang kamu ga malu?"

"Aku ga malu, dari pada kamu sembunyi-sembunyi ngerokok di belakang aku? Lebih parah mana?"

"Tapi kan entar yang diliat ga baik kamu nya, masa sebagai suami ga bisa negur istri?"

"Itu kan pemikiran kamu! Lagian bodo amat sama omongan orang, mereka kan ga kasih kita makan."

Tika tersenyum menatapku.

"Trus kenapa kamu malah senyam-senyum ngeliat aku?" tegurku.

"Ga papa, suami aku ternyata idealis!"

"Banyak hal yang belum kita ketahui satu sama lain. Semoga aja kamu bisa bertahan dengan keidealisan ini."

"Semuanya bakalan baik-baik aja kalo kita bicara, komunikasi. Itu kan yang paling penting? Kalo ga ada komunikasi gimana bisa tumbuh rasa percaya?"

Aku mendekatkan dudukku padanya lalu merangkulnya dalam dekapan kedua tanganku.

"I love you!" lirihku.

"l love you more...."

Sore itu kami berdua menikmati secangkir coffee dengan di temani langit yang jingga. Semakin membuat romantis sore hari kami. Aku menjadi semakin menyayangi Tika. Aku tidak akan sanggup hidup jika dia tidak ada.

Sejak bersama dengannya, aku lebih santai dan terasa lebih menjadi diriku sendiri. Aku juga menjadi lebih banyak tau tentang dirinya. Dan aku yakin, masih akan ada banyak sekali kejutan-kejutan dalam kehidupan kami di hari esok.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

'ℜ𝔢𝔱𝔫𝔬 👒ℭ𝔣.

'ℜ𝔢𝔱𝔫𝔬 👒ℭ𝔣.

semangka

2020-10-14

1

Wati_esha

Wati_esha

Ishhh tetiba Tika sudah nikah aja, dan bukan dengan Dana. Kenapa thor?

2020-07-02

3

es dawet

es dawet

semangaaattt

2020-06-27

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 S2 - Eps 14
15 S2 - Eps 15
16 S2 - Eps 16
17 S2 - Eps 17
18 S2 - Eps 18
19 S2 - Eps 19
20 S2 - Eps 20
21 S2 - Eps 21
22 S2 - Eps 22
23 S2 - Eps 23
24 S2 - Eps 24
25 S2 - Eps 25
26 S2 - Eps 26
27 S2 - Eps 27
28 S2 - Eps 28
29 S2 - Eps. 29
30 S2 - Eps 30
31 S2 - Eps 31
32 S2 - Eps 32
33 S2 - Eps 33
34 S2 - Eps 34
35 S2 - Eps 35
36 S2 - Eps 36
37 S2 - Eps 37
38 S2 - Eps 38
39 S2 - Eps 39
40 S2 - Eps 40
41 S2 - Eps 41
42 S2 - Eps 42
43 S2 - Eps 43
44 S2 - Eps 44
45 S2 - Eps 45
46 S2 - Eps 46
47 S2 - Eps 47
48 S2 - Eps 48
49 S2 - Eps 49
50 S2 - Eps 50
51 S2 - Eps 51
52 S2 - Eps 52
53 S2 - Eps 53
54 S2 - Eps 54
55 S2 - Eps 55
56 S2 - Eps 56
57 S2 - Eps 57
58 S2 - Eps 58
59 S2 - Eps 59
60 S2 - Eps 60
61 S2 - Eps 61
62 S2 - Eps 62
63 S2 - Eps 63
64 S2 - Eps 64
65 S2 - Eps 65
66 S2 - Eps 66
67 S2 - Eps 67
68 S2 - Eps 68
69 S2 - Eps 69
70 S2 - Eps 70
71 S2 - Eps 71
72 S2 - Eps 72
73 S2 - Eps 73
74 S2 - Eps 74
75 S2 - Eps 75
76 S2 - Eps 76
77 S2 - Eps 77
78 S2 - Eps 78
79 S2 - Eps 79
80 S2 - Eps 80
81 S2 - Eps 81
82 S2 - Eps 82
83 S2 - Eps 83
84 S2 - Eps 84
85 S2 - Eps 85
86 S2 - Eps 86
87 S2 - Eps 87
88 S2 - Eps 88
89 S2 - Eps 89
90 S2 - Eps 90
91 S2 - Eps 91
92 S2 - Eps 92
93 S2 - Eps 93
94 S2 - Eps 94
95 S2 - Eps 95
96 S2 - Eps 96
97 S2 - Eps 97
98 S2 - Eps 98
99 S2 - Eps 99
100 S2 - Eps 100
101 S2 - Eps 101
102 S2 - Eps 102
103 S2 - Eps 103
104 S2 - Eps 104
105 S2 - Eps 105
106 S2 - Eps 106
107 S2 - Eps 107
108 S2 - Eps 108
109 S2 - Eps 109
110 S2 - Eps 110
111 S2 - Eps 111
112 S2 - Eps 112
113 S2 - Eps 113
114 S2 - Eps 114
115 S2 - Eps 115
116 S2 - Eps 116
117 S2 - Eps 117
118 S2 - Eps 118
119 S2 - Eps 119
120 S2 - Eps 120
121 S2 - Eps 121
122 S2 - Eps 122
123 S2 - Eps 123
124 S2 - Eps 124
125 S2 - Eps 125
126 S2 - Eps 126
127 S2 - Eps 127
128 S2 - Eps 128
129 S2 - Eps 129
130 S2 - Eps 130
131 S2 - Eps 131
132 S2 - Eps 132
133 S2 - Eps 133
134 S2 - Eps 134
135 S2 - Eps 135
136 S2 - Eps 136
137 S2 - Eps 137
138 S2 - Eps 138
139 S2 - Eps 139
140 S2 - Eps 140
141 S2 - Eps 141
142 S2 - Eps 142
143 S2 - Eps 143
144 S2 - Eps 144
145 S2 - Eps 145
146 S2 - Eps 146
147 S2 - Eps 147
148 Eps 148
149 S3 - Eps 149
150 S3 - Eps 150
151 S3 - Eps 151
152 S3 - Eps 152
153 S3 - Eps 153
154 S3 - Eps 154
155 S3 - Eps 155
156 S3 - Eps 156
157 S3 - Eps 157
158 S3 - Eps 158
159 S3 - Eps 159
160 S3 - Eps 160
161 S3 - Eps 161
162 S3 - Eps 162
163 S3 - Eps 163
164 S3 - Eps 164
165 S3 - Eps 165
166 S3 - Eps 166
167 S3 - Eps 167
168 S3 - Eps 168
169 S3 - Eps 169
170 S3 - Eps 170
171 S3 - Eps 171
172 S3 - Eps 172
173 S3 - Eps 173
174 S3 - Eps 174
175 Eps 175
176 Eps 176
177 Eps 177
178 Eps 178
179 Eps 179
180 Eps 180
181 Eps 181
182 Eps 182
183 Eps 183
184 Eps 184
185 Eps 185
186 Eps 186
187 Eps 187
188 Eps 188
189 Eps 189
190 Eps 190
191 Eps 191
192 Eps 192
193 Eps 193
194 Eps 194
195 Eps 195
196 Eps 196
197 Eps 197
198 Eps 198
199 Eps 199
200 Eps 200
201 Eps 201
202 Eps 202
203 Eps 203
204 Eps 204
205 Eps 205
206 Eps 206
207 Eps 207
208 Eps 208
209 Eps 209
210 Eps 210
211 Eps 211
212 Eps 212
213 Eps 213
214 Eps 214
215 Eps 215
216 Eps 216
217 Eps 217
218 Eps 218
219 Eps 219
220 Eps 220
221 Eps 221
222 Eps 222
223 Eps 223
224 Ending Part
225 The End
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
S2 - Eps 14
15
S2 - Eps 15
16
S2 - Eps 16
17
S2 - Eps 17
18
S2 - Eps 18
19
S2 - Eps 19
20
S2 - Eps 20
21
S2 - Eps 21
22
S2 - Eps 22
23
S2 - Eps 23
24
S2 - Eps 24
25
S2 - Eps 25
26
S2 - Eps 26
27
S2 - Eps 27
28
S2 - Eps 28
29
S2 - Eps. 29
30
S2 - Eps 30
31
S2 - Eps 31
32
S2 - Eps 32
33
S2 - Eps 33
34
S2 - Eps 34
35
S2 - Eps 35
36
S2 - Eps 36
37
S2 - Eps 37
38
S2 - Eps 38
39
S2 - Eps 39
40
S2 - Eps 40
41
S2 - Eps 41
42
S2 - Eps 42
43
S2 - Eps 43
44
S2 - Eps 44
45
S2 - Eps 45
46
S2 - Eps 46
47
S2 - Eps 47
48
S2 - Eps 48
49
S2 - Eps 49
50
S2 - Eps 50
51
S2 - Eps 51
52
S2 - Eps 52
53
S2 - Eps 53
54
S2 - Eps 54
55
S2 - Eps 55
56
S2 - Eps 56
57
S2 - Eps 57
58
S2 - Eps 58
59
S2 - Eps 59
60
S2 - Eps 60
61
S2 - Eps 61
62
S2 - Eps 62
63
S2 - Eps 63
64
S2 - Eps 64
65
S2 - Eps 65
66
S2 - Eps 66
67
S2 - Eps 67
68
S2 - Eps 68
69
S2 - Eps 69
70
S2 - Eps 70
71
S2 - Eps 71
72
S2 - Eps 72
73
S2 - Eps 73
74
S2 - Eps 74
75
S2 - Eps 75
76
S2 - Eps 76
77
S2 - Eps 77
78
S2 - Eps 78
79
S2 - Eps 79
80
S2 - Eps 80
81
S2 - Eps 81
82
S2 - Eps 82
83
S2 - Eps 83
84
S2 - Eps 84
85
S2 - Eps 85
86
S2 - Eps 86
87
S2 - Eps 87
88
S2 - Eps 88
89
S2 - Eps 89
90
S2 - Eps 90
91
S2 - Eps 91
92
S2 - Eps 92
93
S2 - Eps 93
94
S2 - Eps 94
95
S2 - Eps 95
96
S2 - Eps 96
97
S2 - Eps 97
98
S2 - Eps 98
99
S2 - Eps 99
100
S2 - Eps 100
101
S2 - Eps 101
102
S2 - Eps 102
103
S2 - Eps 103
104
S2 - Eps 104
105
S2 - Eps 105
106
S2 - Eps 106
107
S2 - Eps 107
108
S2 - Eps 108
109
S2 - Eps 109
110
S2 - Eps 110
111
S2 - Eps 111
112
S2 - Eps 112
113
S2 - Eps 113
114
S2 - Eps 114
115
S2 - Eps 115
116
S2 - Eps 116
117
S2 - Eps 117
118
S2 - Eps 118
119
S2 - Eps 119
120
S2 - Eps 120
121
S2 - Eps 121
122
S2 - Eps 122
123
S2 - Eps 123
124
S2 - Eps 124
125
S2 - Eps 125
126
S2 - Eps 126
127
S2 - Eps 127
128
S2 - Eps 128
129
S2 - Eps 129
130
S2 - Eps 130
131
S2 - Eps 131
132
S2 - Eps 132
133
S2 - Eps 133
134
S2 - Eps 134
135
S2 - Eps 135
136
S2 - Eps 136
137
S2 - Eps 137
138
S2 - Eps 138
139
S2 - Eps 139
140
S2 - Eps 140
141
S2 - Eps 141
142
S2 - Eps 142
143
S2 - Eps 143
144
S2 - Eps 144
145
S2 - Eps 145
146
S2 - Eps 146
147
S2 - Eps 147
148
Eps 148
149
S3 - Eps 149
150
S3 - Eps 150
151
S3 - Eps 151
152
S3 - Eps 152
153
S3 - Eps 153
154
S3 - Eps 154
155
S3 - Eps 155
156
S3 - Eps 156
157
S3 - Eps 157
158
S3 - Eps 158
159
S3 - Eps 159
160
S3 - Eps 160
161
S3 - Eps 161
162
S3 - Eps 162
163
S3 - Eps 163
164
S3 - Eps 164
165
S3 - Eps 165
166
S3 - Eps 166
167
S3 - Eps 167
168
S3 - Eps 168
169
S3 - Eps 169
170
S3 - Eps 170
171
S3 - Eps 171
172
S3 - Eps 172
173
S3 - Eps 173
174
S3 - Eps 174
175
Eps 175
176
Eps 176
177
Eps 177
178
Eps 178
179
Eps 179
180
Eps 180
181
Eps 181
182
Eps 182
183
Eps 183
184
Eps 184
185
Eps 185
186
Eps 186
187
Eps 187
188
Eps 188
189
Eps 189
190
Eps 190
191
Eps 191
192
Eps 192
193
Eps 193
194
Eps 194
195
Eps 195
196
Eps 196
197
Eps 197
198
Eps 198
199
Eps 199
200
Eps 200
201
Eps 201
202
Eps 202
203
Eps 203
204
Eps 204
205
Eps 205
206
Eps 206
207
Eps 207
208
Eps 208
209
Eps 209
210
Eps 210
211
Eps 211
212
Eps 212
213
Eps 213
214
Eps 214
215
Eps 215
216
Eps 216
217
Eps 217
218
Eps 218
219
Eps 219
220
Eps 220
221
Eps 221
222
Eps 222
223
Eps 223
224
Ending Part
225
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!