Eps 8

Jefri POV.

"Apa lagi sih?" bentakku.

"Jadi kamu ninggalin aku karena cewek itu? Pantes ya waktu ketemu dia di mall kamu kayak kebakaran jenggot."

Aku menyeret tangan Paula untuk keluar dari lobby rumah sakit, "Kita udah ga ada hubungan lagi, aku udah nikah sama Tika. Jadi tolong, jangan bikin kacau."

"Kamu yang bikin kacau. Aku pikir kita udahan bukan karena ada orang ketiga. Tapi..."

"Jangan pernah kamu bilang dia orang ketiga. Inget, dia istri aku sekarang." selaku makin emosi.

"Aku salah apa sih Jeff sama kamu? Jadi sampe kamu giniin aku?"

"Kamu hamil di saat kita break. Kamu pikir aku ga tau? Dan kamu balik ke aku dengan kondisi hamil yang kamu tutup-tutupin dari aku. Trus hilang beberapa bulan saat kita pacaran lagi dan balik-balik kamu bilang kamu adopsi anak bayi. Dan ternyata itu bukan anak adopsi, tapi anak kamu sendiri, darah daging kamu. Dan bodohnya aku lagi, mau aja terus ngejalanin hubungan sama kamu bertahun-tahun. Dan untungnya kamu juga ga pernah mau aku ajakin nikah. Trus kalo hubungan yang begitu mau diapain? Ayo jawab!!" kesalku.

Paula menangis. Aku masih mencengkram kedua tangannya. Dari kejauhan ku lihat Haikal berjalan menjauh meninggalkan mobilku. Ku lepaskan cengkraman tanganku.

"Aku kepingin nikah, kepingin hidup berkeluarga, punya anak dari darah daging ku sendiri. Bukan ngurusin ngebesarin anak orang. Aku mau jadi diri aku sendiri. Kamu gak sadar selama ini nuntut aku jadi orang lain? Jadi Papi nya anak ituu! Kamu sadar kan?" bentakku yang mulai meledakkan amarahku.

"Aku harap anak itu amnesia sama aku, biar dia bisa cari bapaknya sendiri. Bukan cari aku lagi." tegasku lalu pergi meninggalkan Paula yang lemas terduduk sambil menangis sesegukkan.

"Kenapa dia?" tanya Haikal yang berpapasan padaku.

"Tau deh, masih aja ga terima kenyataan." jawabku refleks.

"Gua sebenarnya males ikut campur lagi, tapi kayaknya lu harus ceritain ini ke Mamah dan orangtua lu. Biar semua nya bisa ambil sikap kalo sesuatu terjadi ke depannya nanti. Buat jaga-jaga kalian berdua juga.." saran Haikal.

"Iya gua ngerti, makasih ya." ucapku sambil membuang nafas kasar.

"Iya, hati-hati dijalan." ucap Haikal lalu memeluk ku dan kami pun berpisah, aku menuju mobil, Haikal menuju ruang UGD nya.

Begitu memasuki mobil, Tika tidak mencercaku dengan pertanyaannya. Dia hanya tersenyum dan diam. Begitu pula dengan Mamah.

"Kita langsung pulang kan?" tanyaku.

Ku lihat di spion Mamah asik dengan ponselnya, ku lihat Tika, dia menatapku sambil mengangguk.

**

Dua hari berlalu. Akhirnya pagi ini aku dapat timing yang pas buat cerita ke Mamah, sesuai saran Haikal. Ya setidaknya untuk memcegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Tika sedang jogging. Seperti biasa Mamah menyiapkan sarapan dan mengupas buah-buahan untuk Tika. Sejak kami menikah, Mamah memang seperti memanjakan ku di rumah ini. Kata Tika sih Mamah memang kayak gitu, soalnya Mamah nyari kesibukan. Kebiasaan banyak aktivitas.

Ku ceritakan siapa Paula pada Mamah, ku ceritakan pula bagaimana pertemuan aku dengan anak perempuannya. Disini aku akui memang aku yang memiliki hati untuk mendua. Namun ku jelaskan pula jika Tika sempat menjauhiku dan kami sampai lose contact.

Ku ceritakan semuanya sedetail-detailnya, namun tidak pada bagian 21+ yang kami lakukan sebelum menikah. Mamah sempat terlihat emosi, namun beliau dengan bijak bisa menahannya sampai akhirnya beliau kembali dapat mengontrol perasaannya.

"Oh jadi gitu, trus hasil DNA nya udah keluar?" tanya Mamah antusias.

"Udah kok Ma, cuman belum aku ambil aja. Rencananya aku mau nemuin bapaknya anak itu lagi. Aku mau bawa dia buat ketemu anaknya itu. Tapi aku masih ragu, apa kalo gitu gak bikin aku tambah semakin kejerat masuk dalam lingkup mereka.."

"Iya sih serba salah kalo ada di posisi kamu, Mamah ngerti. Tapi lebih baik kamu cukup sampai sini aja bantuinnya, terserah bapaknya aja, mau ketemu anaknya apa enggak. Cukup kamu anterin aja hasil DNA nya, udah deh." saran Mamah.

Aku mengangguk, akhirnya aku bisa bernafas lega. Bisa menceritakan ini pada Mamah. Jadi jika ke depannya ada apa-apa, Mamah bisa membantuku menghandle sementara masalah ini. Sekarang tinggal menceritakannya pada kedua orangtua ku.

"Pagii.. Loh sayang udah bangun? Hm?" sapa Tika yang sudah ngos-ngosan lalu mencium pipiku.

"Iya udah, nih." ku sodorkan segelas air putih untuknya.

"Ngobrolin apaan sih tadi? Kayaknya seru banget."

"Ada deh, mau tau aja." selaku cepat.

Tika mengerutkan kedua alisnya lalu tersenyum.

"Obrolan antara mertua dan menantu!" sahutku lagi.

Tika tertawa. Ya hubungan ku dengan Tika sudah mulai mencair lagi. Dia tidak lagi bersikap cuek ataupun dingin padaku. Dua malam ini juga dia sudah kembali tidur dalam dekapanku.

"Kamu mau kopi? Biar aku bikinin.." tawarnya.

Ku lihat Mamah agak menjauh membuka kulkas, aku menggoda Tika.

"Aku maunya kamu.." lirihku.

Tika tertawa kencang.

"Tika!! Kenapa sih?" tegur Mamah.

"Ga papa Mah, Jefri ngelucu nih." sahutnya, aku tersenyum melihatnya.

"Mah, siang ini aku mau ajakin Tika ngeliatin progress rumah kami boleh ya?" izinku lagi sambil memakan roti sandwich yang dibuatkan Mamah.

"Ya kalian kalo mau jalan, ya jalan aja, ga usah pake izin-izin segala, kan kalian udah nikah udah sah, Tika udah punya kamu kok." jawab Mamah santai.

"Ya tetep harus bilang dong Mah, kan ini ruang lingkup rumah Mamah."

Mamah tertawa kecil, "Iya iya terserah kamu aja Jef.."

"Kita ngeliatin rumah ya?" tanyaku sambil menyentuh lengan Tika.

Dia menatapku sambil memasukkan buah melon ke dalam mulutnya perlahan. Aku yang melihat tingkahnya itu menjadi merasa sedikit terangsang. Entah karena memang otak ku yang terlalu mesum atau memang karena gerakkan nya yang sensual. Tapi kalau aku pikirkan sekali lagi, tidak ada yang salah dengan gerakkannya memakan melon itu. Oke fixed! Otak aku yang terlalu mesum!

"Owleh. Jham erapha?" jawabnya sambil mengunyah melon itu.

Aku menggelengkan kepala pelan melihat tingkahnya, "Jam 11an aja kita perginya, gimana?"

Dia hanya menganggukan kepalanya.

**

"Loh kata nya mau ngeliatin rumah? Ini kan bukan jalan ke arah rumah.." Tika menoleh padaku.

"Kita ke rumah Mama dulu. Ada yang mau aku omongin sama Mama. Ga papa kan?"

Tika hanya diam disampingku. Entah apa yang ada diotaknya, aku tersenyum kilas melihatnya yang masih menatapku.

Begitu sampai di rumah orangtua ku, kami masuk dengan santai. Mama yang sedang nonton televisi dengan Jordy spontan kaget dan Jordy langsung berlari menghampiri kami.

"Loh kok ga bilang sih kalo mau kesini?" seru Mama bangkit dari duduk nya.

"Memang kalo aku mau pulang ke rumah sendiri mesti izin dulu sekarang?" sahutku yang menggendong Jordy sambil mendekati Mamah mencium pipi Mama.

"Ya bukannya gitu, kan Mama bisa nyiapin apa gitu bukat kita makan."

"Ga usah repot-repot Ma.." sahut Tika mencium pipi Mama juga.

"Ini kenapa ini jagoan om siang-siang udah disini?" tanyaku gemas pada Jordy.

"Nemenin Oma cendilian." sahutnya.

"Sini sama Onty, kita main bola gimana?" ajak Tika.

"No no. Jordy main sendiri dulu yaa, Onty sama Om mau ngomong dulu sama Oma, ya?"

Jordy mengerucutkan bibirnya lalu beringsut minta diturunkan dari gendonganku. Jordy berlari menuju meja yang ada mainan miliknya lalu langsung asik dengan dunianya.

"Mau ngomong apa Dul?" tanya Mama sambil duduk kembali di sofa.

"Tab nya Jordy mana Ma?" tanyaku

"Ada ini."

"Jordy rebahan disitu main ini ya?"

Jordy menoleh padaku lalu matanya berbinar. Aku mengambil headphone ku yang dulu pernah ku simpan dibawah laci meja televisi. Lalu memasangkannya ke telinga Jordy setelah ku setel kenyaringan suaranya. Jordy rebahan sambil membuka YouTube dengan senang menonton acara kartunnya.

Aku duduk di samping Tika yang tadi sedang berbincang ringan dengan Mama.

"Ma, aku mau cerita sesuatu ke Mama. Tapi aku harap Mama bisa bijak. Aku cuman ga mau ke depannya nanti Mama mikir macem-macem. Nanti aku juga bakalan ngomong sendiri ke Papa. Cuman buat sekarang ke Mama dulu." ucapku memotong pembicaraan mereka.

"Kalian mau ngomongin apa sih? Kayaknya serius banget, Mama jadi takut ini.."

"Tau nih, kamu mau ngomong apaan sih?" tanya Tika padaku heran.

"Loh Tika juga ga tau mau ngomongin apa?" kaget Mama lagi.

"Aku mau ceritain Paula." ucapku sambil menggenggam tangan Tika.

Lalu pandanganku beralih pada Mama.

"Siapa Paula?" ucap Mama syok.

Tika hanya menatapku dengan keheranan.

Ku mulai ceritaku dari saat aku pacaran dengan Paula dulu, sampai tiba-tiba Paula hilang, kembali dengan keadaan hamil yang di tutup-tutupi nya, lalu hilang lagi, kembali muncul lagi dengan status mengadopsi anak lalu memintaku untuk menganggap anak itu sebagai anakku. Sampai akhirnya aku mencoba mencari tahu sendiri tentang Paula dan anak itu.

Lalu aku juga menceritakan awal perkenalanku dengan Tika, sampai akhirnya aku memilih Tika untuk menjadi istriku. Tika meneteskan airmatanya saat aku menceritakan tentang dirinya dari segi pandanganku. Mama takjub dengan perjalanan hidup yang aku lalui, karena selama ini memang aku dekat dengan Mama, tapi aku belum pernah bercerita seperti ini dengannya.

Tika dan Mamah terus diam, hanya mendengarkan ceritaku tanpa sekalipun menyela omonganku. Sebenarnya aku takut menceritakan semua ini pada Mama. Tapi aku ingin Tika merasa aman, bukan hanya aman ditengah keluarganya, tapi juga ditengah keluargaku.

Dan seandainya suatu hari nanti Paula bersikap diluar nalar, Tika tau bahwa dirinya tidak salah. Dan aku tidak ingin dia berpikir bahwa dia lah yang telah menghancurkan hubunganku dengan Paula. Dan aku juga ingin dia tau, bahwa aku benar-benar tidak sanggup kehilangan dia dalam situasi apa pun.

"Trus waktu kamu ketemu dia tempo hari, kamu ngomong apa?" tanya Tika tiba-tiba padaku.

"Aku minta dia buat jangan ganggu kita. Aku tahu betul dia orang yang nekat. Makanya aku ceritain ini ke kamu dan Mama." jelasku lagi.

"Kamu masih ada rasa sama dia?" lirih Tika dan tangannya kembali bergetar, sudut matanya kembali meneteskan airmata.

Dengan cepat aku mendekapnya, membenamkan wajahnya di dadaku. Mama menatapku tajam.

"Jujur sama akuuu, kamu masih sayang kan sama dia?" tanyanya dalam isak tangisnya.

"Yang jelas aku ga mau kehilangan kamu dan aku ga rela....."

"Kamu masih sayang dia!!" teriak Tika sambil mendorongku.

Dia terlepas dari dekapanku. Entah dari mana dia mendapatkan kekuatan untuk mendorongku itu. Aku tersungkur, dadaku yang didorong nya terasa sakit.

Ku lihat amarah menyelimuti wajahnya. Dengan tangisnya yang mengaung-ngaung Mama memeluk Tika dari belakang. Mencoba menenangkannya.

"Dul.. Kamu sadar sudah bikin Tika sakit?" lirih Mama menatapku nanar.

"Aku cuman mau jujur Ma.."

"Jawab pertanyaan Tika kalo gitu! Kamu masih sayang sama perempuan itu?" Mama membentakku.

"Sayang please jangan kayak gini.." lirihku sambil berusaha menyentuh tangan istriku.

Tika menepis sentuhanku.

"Jawab Mama Dul!!! Mama ga pernah ya ngajarin kamu buat nyakitin hati perempuan. Dan sekarang Tika ini istri kamu. Kamu tau kewajiban kamu. Pertanyaan Tika simpel, jawaban nya hanya iya atau tidak. Jangan berbelit-belit." bentak Mama lagi.

Tika semakin menangis cecegukkan dalam dekapan Mama.

"Loh loh ada apa ini?" suara Papa mengagetkan kami semua, tapi tidak dengan Tika yang masih saja menangis.

"Mama ga nyangka Pa, anak kita ternyata masih punya hati sama mantannya." ketus Mama.

Papa menatapku, "Ada apa ini Dul?"

Aku tidak mampu lagi berkata-kata. Aku merasa sakit melihat kondisi Tika sekarang. Aku menyakitinya.

"Pa, tolong angkat Jordy ke kamar kita. Dia ketiduran itu." ucap Mama kembali menormalkan nada bicara nya.

Papa segera melepaskan tab dan headphone yang digunakan Jordy dan memindahkannya ke kamar. Lalu kembali lagi menuntut jawaban.

"Papa ga ngerti ada apa ini? Tika kenapa nangis?" Papa mulai panik.

Ku dengar Mama menghembuskan nafasnya kasar, aku tertunduk tidak berani menatap Mama.

"Ayo kamu ngomong ke Papa, ceritain semua yang tadi kamu ceritain itu." tegas Mama.

Perlahan aku mulai menceritakan semuanya ke Papa. Dari A sampai Z sampai aku bertemu dengannya tempo hari di rumah sakit. Papa terlihat bijak menanggapi ceritaku.

"Trus Tika kenapa?" tanya Papa.

"Tika cuman tanya, apa Dul masih ada rasa dengan wanita itu? Tapi Dul malah berbelit-belit menjawabnya." jelas Mama.

"Ma, aku ga ada rasa sama dia. Ga ada lagi. Yang ada cuman benci Ma." jelasku.

"Kenapa tadi ga dijawab begitu? Mama kasih tau ya, istri mana yang ga berpikiran macam-macam kalo cara kamu jawab pertanyaan simpel aja berbelit-belit. Harus nunggu Papa dulu baru kamu bisa tegas?"

"Dul, Papa mau ngomong empat mata sama kamu." Papa berdiri masuk ke dalam kamar tidur tamu.

"Sudah Nak ya, sudah." ucap Mama sambil menenangkan Tika yang tangisnya mulai mereda.

Aku berdiri menyusul Papa dengan perasaan kacau.

Papa menutup pintu kamar. Aku duduk di pinggir ranjang. Papa menarik kursi kecil yang ada, duduk menghadapku.

"Siapa nama mantan kamu tadi?" Papa mulai menanyaiku.

"Paula."

"Kamu yakin anaknya bukan anak kamu?"

"Yakin Pa, aku sudah tes DNA dan aku juga sudah dapat siapa ayah anak itu."

"Trus rencana kamu?"

"Aku ceritain ini semua ke Mama sama Papa biar kedepannya kalian percaya aku. Tadinya aku yang mau bawa langsung laki-laki itu ketemu anaknya. Tapi setelah aku pikir lagi, kalo aku masih mengurusi itu, secara ga langsung aku peduli dengan mereka dan itu bakalan nyakitin hati Tika."

"Kamu yakin sudah ga ada rasa buat Paula?"

"Aku cinta Tika Pa, cinta istri aku!"

"Trus kenapa waktu Tika tanya kamu jawabnya berbelit-belit? Suami itu harus tegas. Kamu ingatkan waktu dulu kamu minta Papa buat ngelamar Tika untuk kamu?"

Aku menganggukan kepalaku.

"Pertanyaan apa yang Papa ajukan ke kamu sebelum Papa penuhi keinginan kamu? Masih ingat kan?"

Aku mengangguk lagi.

"Jawaban kamu begitu cepat dan tegas. Membuat Papa dan Mama yakin kalau kamu sudah mampu membina keluarga kamu sendiri. Sekarang apa? Kamu jawab pertanyaan kayak gitu aja ga bisa tegas. Dan cuman gara-gara itu kamu nyakitin hati istri kamu loh! Cuman gara-gara itu, hal sepele menurut Papa, tapi enggak menurut istri kamu!"

"Jangan kamu pikir, hal-hal sepele itu bisa selesai dengan sendirinya. Perempuan itu halus perasaannya. Papa yakin kamu udah ngerti betul masalah itu." tambah Papa lagi.

Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar.

"Sekarang kamu bawa istri kamu ke kamar, tenangin dia, jelasin baik-baik. Pokoknya malam ini kamu sama istri kamu tidur disini. Nanti biar Mama kamu, Papa yang urus. Sekalian nanti Papa sama Mama ke rumah Mertua kamu buat ambilin beberapa baju Tika. Mertua kamu tau kan tentang mantan kamu ini? "

"Tau kok Pa, tadi pagi aku sempet cerita juga waktu Tika pergi jogging."

"Ya sudah, Papa cuman ga mau Mertua kamu atau pun Mama kamu ikut-ikutan. Kalian yang berumah tangga jadi kami hanya sebagai pemberi masukkan. Paham kan maksud Papa?"

"Iya Pa." lirihku pelan.

"Sudah sana, tenangin istri kamu." titah Papa.

Aku pun berdiri dan keluar dari kamar.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Asyik deh Papanya Dul.

2020-10-22

0

es dawet

es dawet

semangattt

2020-06-29

1

💐d@€ng🌸

💐d@€ng🌸

semangat kk

2020-06-27

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 S2 - Eps 14
15 S2 - Eps 15
16 S2 - Eps 16
17 S2 - Eps 17
18 S2 - Eps 18
19 S2 - Eps 19
20 S2 - Eps 20
21 S2 - Eps 21
22 S2 - Eps 22
23 S2 - Eps 23
24 S2 - Eps 24
25 S2 - Eps 25
26 S2 - Eps 26
27 S2 - Eps 27
28 S2 - Eps 28
29 S2 - Eps. 29
30 S2 - Eps 30
31 S2 - Eps 31
32 S2 - Eps 32
33 S2 - Eps 33
34 S2 - Eps 34
35 S2 - Eps 35
36 S2 - Eps 36
37 S2 - Eps 37
38 S2 - Eps 38
39 S2 - Eps 39
40 S2 - Eps 40
41 S2 - Eps 41
42 S2 - Eps 42
43 S2 - Eps 43
44 S2 - Eps 44
45 S2 - Eps 45
46 S2 - Eps 46
47 S2 - Eps 47
48 S2 - Eps 48
49 S2 - Eps 49
50 S2 - Eps 50
51 S2 - Eps 51
52 S2 - Eps 52
53 S2 - Eps 53
54 S2 - Eps 54
55 S2 - Eps 55
56 S2 - Eps 56
57 S2 - Eps 57
58 S2 - Eps 58
59 S2 - Eps 59
60 S2 - Eps 60
61 S2 - Eps 61
62 S2 - Eps 62
63 S2 - Eps 63
64 S2 - Eps 64
65 S2 - Eps 65
66 S2 - Eps 66
67 S2 - Eps 67
68 S2 - Eps 68
69 S2 - Eps 69
70 S2 - Eps 70
71 S2 - Eps 71
72 S2 - Eps 72
73 S2 - Eps 73
74 S2 - Eps 74
75 S2 - Eps 75
76 S2 - Eps 76
77 S2 - Eps 77
78 S2 - Eps 78
79 S2 - Eps 79
80 S2 - Eps 80
81 S2 - Eps 81
82 S2 - Eps 82
83 S2 - Eps 83
84 S2 - Eps 84
85 S2 - Eps 85
86 S2 - Eps 86
87 S2 - Eps 87
88 S2 - Eps 88
89 S2 - Eps 89
90 S2 - Eps 90
91 S2 - Eps 91
92 S2 - Eps 92
93 S2 - Eps 93
94 S2 - Eps 94
95 S2 - Eps 95
96 S2 - Eps 96
97 S2 - Eps 97
98 S2 - Eps 98
99 S2 - Eps 99
100 S2 - Eps 100
101 S2 - Eps 101
102 S2 - Eps 102
103 S2 - Eps 103
104 S2 - Eps 104
105 S2 - Eps 105
106 S2 - Eps 106
107 S2 - Eps 107
108 S2 - Eps 108
109 S2 - Eps 109
110 S2 - Eps 110
111 S2 - Eps 111
112 S2 - Eps 112
113 S2 - Eps 113
114 S2 - Eps 114
115 S2 - Eps 115
116 S2 - Eps 116
117 S2 - Eps 117
118 S2 - Eps 118
119 S2 - Eps 119
120 S2 - Eps 120
121 S2 - Eps 121
122 S2 - Eps 122
123 S2 - Eps 123
124 S2 - Eps 124
125 S2 - Eps 125
126 S2 - Eps 126
127 S2 - Eps 127
128 S2 - Eps 128
129 S2 - Eps 129
130 S2 - Eps 130
131 S2 - Eps 131
132 S2 - Eps 132
133 S2 - Eps 133
134 S2 - Eps 134
135 S2 - Eps 135
136 S2 - Eps 136
137 S2 - Eps 137
138 S2 - Eps 138
139 S2 - Eps 139
140 S2 - Eps 140
141 S2 - Eps 141
142 S2 - Eps 142
143 S2 - Eps 143
144 S2 - Eps 144
145 S2 - Eps 145
146 S2 - Eps 146
147 S2 - Eps 147
148 Eps 148
149 S3 - Eps 149
150 S3 - Eps 150
151 S3 - Eps 151
152 S3 - Eps 152
153 S3 - Eps 153
154 S3 - Eps 154
155 S3 - Eps 155
156 S3 - Eps 156
157 S3 - Eps 157
158 S3 - Eps 158
159 S3 - Eps 159
160 S3 - Eps 160
161 S3 - Eps 161
162 S3 - Eps 162
163 S3 - Eps 163
164 S3 - Eps 164
165 S3 - Eps 165
166 S3 - Eps 166
167 S3 - Eps 167
168 S3 - Eps 168
169 S3 - Eps 169
170 S3 - Eps 170
171 S3 - Eps 171
172 S3 - Eps 172
173 S3 - Eps 173
174 S3 - Eps 174
175 Eps 175
176 Eps 176
177 Eps 177
178 Eps 178
179 Eps 179
180 Eps 180
181 Eps 181
182 Eps 182
183 Eps 183
184 Eps 184
185 Eps 185
186 Eps 186
187 Eps 187
188 Eps 188
189 Eps 189
190 Eps 190
191 Eps 191
192 Eps 192
193 Eps 193
194 Eps 194
195 Eps 195
196 Eps 196
197 Eps 197
198 Eps 198
199 Eps 199
200 Eps 200
201 Eps 201
202 Eps 202
203 Eps 203
204 Eps 204
205 Eps 205
206 Eps 206
207 Eps 207
208 Eps 208
209 Eps 209
210 Eps 210
211 Eps 211
212 Eps 212
213 Eps 213
214 Eps 214
215 Eps 215
216 Eps 216
217 Eps 217
218 Eps 218
219 Eps 219
220 Eps 220
221 Eps 221
222 Eps 222
223 Eps 223
224 Ending Part
225 The End
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
S2 - Eps 14
15
S2 - Eps 15
16
S2 - Eps 16
17
S2 - Eps 17
18
S2 - Eps 18
19
S2 - Eps 19
20
S2 - Eps 20
21
S2 - Eps 21
22
S2 - Eps 22
23
S2 - Eps 23
24
S2 - Eps 24
25
S2 - Eps 25
26
S2 - Eps 26
27
S2 - Eps 27
28
S2 - Eps 28
29
S2 - Eps. 29
30
S2 - Eps 30
31
S2 - Eps 31
32
S2 - Eps 32
33
S2 - Eps 33
34
S2 - Eps 34
35
S2 - Eps 35
36
S2 - Eps 36
37
S2 - Eps 37
38
S2 - Eps 38
39
S2 - Eps 39
40
S2 - Eps 40
41
S2 - Eps 41
42
S2 - Eps 42
43
S2 - Eps 43
44
S2 - Eps 44
45
S2 - Eps 45
46
S2 - Eps 46
47
S2 - Eps 47
48
S2 - Eps 48
49
S2 - Eps 49
50
S2 - Eps 50
51
S2 - Eps 51
52
S2 - Eps 52
53
S2 - Eps 53
54
S2 - Eps 54
55
S2 - Eps 55
56
S2 - Eps 56
57
S2 - Eps 57
58
S2 - Eps 58
59
S2 - Eps 59
60
S2 - Eps 60
61
S2 - Eps 61
62
S2 - Eps 62
63
S2 - Eps 63
64
S2 - Eps 64
65
S2 - Eps 65
66
S2 - Eps 66
67
S2 - Eps 67
68
S2 - Eps 68
69
S2 - Eps 69
70
S2 - Eps 70
71
S2 - Eps 71
72
S2 - Eps 72
73
S2 - Eps 73
74
S2 - Eps 74
75
S2 - Eps 75
76
S2 - Eps 76
77
S2 - Eps 77
78
S2 - Eps 78
79
S2 - Eps 79
80
S2 - Eps 80
81
S2 - Eps 81
82
S2 - Eps 82
83
S2 - Eps 83
84
S2 - Eps 84
85
S2 - Eps 85
86
S2 - Eps 86
87
S2 - Eps 87
88
S2 - Eps 88
89
S2 - Eps 89
90
S2 - Eps 90
91
S2 - Eps 91
92
S2 - Eps 92
93
S2 - Eps 93
94
S2 - Eps 94
95
S2 - Eps 95
96
S2 - Eps 96
97
S2 - Eps 97
98
S2 - Eps 98
99
S2 - Eps 99
100
S2 - Eps 100
101
S2 - Eps 101
102
S2 - Eps 102
103
S2 - Eps 103
104
S2 - Eps 104
105
S2 - Eps 105
106
S2 - Eps 106
107
S2 - Eps 107
108
S2 - Eps 108
109
S2 - Eps 109
110
S2 - Eps 110
111
S2 - Eps 111
112
S2 - Eps 112
113
S2 - Eps 113
114
S2 - Eps 114
115
S2 - Eps 115
116
S2 - Eps 116
117
S2 - Eps 117
118
S2 - Eps 118
119
S2 - Eps 119
120
S2 - Eps 120
121
S2 - Eps 121
122
S2 - Eps 122
123
S2 - Eps 123
124
S2 - Eps 124
125
S2 - Eps 125
126
S2 - Eps 126
127
S2 - Eps 127
128
S2 - Eps 128
129
S2 - Eps 129
130
S2 - Eps 130
131
S2 - Eps 131
132
S2 - Eps 132
133
S2 - Eps 133
134
S2 - Eps 134
135
S2 - Eps 135
136
S2 - Eps 136
137
S2 - Eps 137
138
S2 - Eps 138
139
S2 - Eps 139
140
S2 - Eps 140
141
S2 - Eps 141
142
S2 - Eps 142
143
S2 - Eps 143
144
S2 - Eps 144
145
S2 - Eps 145
146
S2 - Eps 146
147
S2 - Eps 147
148
Eps 148
149
S3 - Eps 149
150
S3 - Eps 150
151
S3 - Eps 151
152
S3 - Eps 152
153
S3 - Eps 153
154
S3 - Eps 154
155
S3 - Eps 155
156
S3 - Eps 156
157
S3 - Eps 157
158
S3 - Eps 158
159
S3 - Eps 159
160
S3 - Eps 160
161
S3 - Eps 161
162
S3 - Eps 162
163
S3 - Eps 163
164
S3 - Eps 164
165
S3 - Eps 165
166
S3 - Eps 166
167
S3 - Eps 167
168
S3 - Eps 168
169
S3 - Eps 169
170
S3 - Eps 170
171
S3 - Eps 171
172
S3 - Eps 172
173
S3 - Eps 173
174
S3 - Eps 174
175
Eps 175
176
Eps 176
177
Eps 177
178
Eps 178
179
Eps 179
180
Eps 180
181
Eps 181
182
Eps 182
183
Eps 183
184
Eps 184
185
Eps 185
186
Eps 186
187
Eps 187
188
Eps 188
189
Eps 189
190
Eps 190
191
Eps 191
192
Eps 192
193
Eps 193
194
Eps 194
195
Eps 195
196
Eps 196
197
Eps 197
198
Eps 198
199
Eps 199
200
Eps 200
201
Eps 201
202
Eps 202
203
Eps 203
204
Eps 204
205
Eps 205
206
Eps 206
207
Eps 207
208
Eps 208
209
Eps 209
210
Eps 210
211
Eps 211
212
Eps 212
213
Eps 213
214
Eps 214
215
Eps 215
216
Eps 216
217
Eps 217
218
Eps 218
219
Eps 219
220
Eps 220
221
Eps 221
222
Eps 222
223
Eps 223
224
Ending Part
225
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!