Still Tika POV.
Setelah tiga malam kami melewati hari di pulau ini, aku mulai merasa bosan.
"Sayaaang, banguun.. Hari ini kita ngapain lagi?" manjaku didada Jefri yang masih bermimpi.
"Hm," jawabnya dengan dehaman.
Aku melotot menatapnya yang masih memejamkan mata. Semenjak honeymoon di pulau ini, Jefri jadi semakin sulit untuk bangun di pagi hari. Seperti pagi ini, sudah berkali-kali aku mencoel hidungnya, menjepit hidungnya agar susah bernafas, tapi tetap saja dia tidak membuka matanya. Cukup dipegangnya kedua tanganku erat, dia kembali tertidur lagi.
Tiba-tiba ide jahil ku kembali muncul. Ku turunkan selimut yang menutupinya. Ia merasa kedinginan dan kembali meraba, mencoba mencari selimut dengan kakinya sambil mata yang masih terpejam.
"Emh." desahnya dengan refleks.
Aku semakin nakal. Ku gerakkan jemariku disekitaran daun telinganya. Menggelitikinya. Lalu dengan cepat dia mengangkat kepalaku untuk sejajar menatapnya. Yes! Dia membuka matanya! Batinku.
Aku tertawa senang.
"Kamu pagi-pagi nakal banget ya!" sewotnya.
"Kamu sih aku tanyain malah jawabannya gitu," sahutku tak mau kalah, "aku bosen keliling, bosen masak, bosen joget tengah malam di bar, bosen duduk di sana trus ketemu sama pasangan-pasangan lain, bosen baca buku, bosen foto-foto, pokoknya bosen."
Jefri melipat satu tangannya di bawah kepalanya, menyangga kepalanya agar sedikit lebih tinggi, menatapi ku sambil satu tangannya lagi mengusap lembut rambutku.
"Gimana kalo kita scuba diving hari ini? Kemaren aku denger pasangan lain ada yang mau juga," tawarnya.
Aku mengerucutkan bibirku, "Aku emang bisa renang, tapi enggak scuba diving. Pake tabung oksigen lagi," sewotku.
"Masa gak bisa?"
"Belum pernah, apa lagi kalo dalemnya berpuluh-puluh kilometer."
"Aku ajarin, gimana?" tawarnya.
Aku berpikir sejenak sambil memutarkan kedua bola mataku pelan.
"Kalo gak mau ya mending kita gulat aja di ranjang seharian ini," godanya sambil menggerakkan sebelah alisnya berkali-kali.
Aku refleks bangkit dari leyeh-leyeh ku didadanya lalu duduk, "Oke aku mau coba scuba diving!" tegasku.
Jefri terkekeh geli melihat tingkahku.
---------------------------------------------
Jefri POV.
Setelah kami selesai mandi dan sarapan, kami langsung pergi menuju satu-satu nya bar yang ada di pulau kecil ini. Aku langsung menghamburkan pandanganku, mencari sesosok barista yang ku kenal sejak beberapa hari lalu kami minum disini.
"Hei bro," sapaku.
Tika langsung duduk di kursi bar. Menatap sekelilingnya.
"Kemarin malam gua denger ada salah satu pasangan yang mau diving kan ya? Bener gak?" tanya ku setelah tos dengan barista bar itu.
"Iya, tapi mereka nyari pasangan lain nya, soalnya lumayan mahal kapal nya, kalo bisa sharingkan lumayan. Lu mau?"
"Emang satu kapal harga sewa nya berapa?"
"Dua juta lima ratus untuk dua pasangan, udah include perlengkapan divingnya sama driver juga," jelas barista itu.
Aku langsung melirik Tika, "Swimsuit kamu gak seksi banget kan?" tegasku.
"Ntar kamu yang pilihin deh," jawab Tika sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Bro, kalo sewa kapalnya private ada juga gak? Yang buat sepasang aja," tanyaku lagi.
"Ada, sewanya dua juta, fasilitas tetep sama, perlengkapan sama driver."
Aku berpikir sebentar. Tika memegang lenganku, aku menoleh padanya.
"Join aja, lebih murah," ucapnya. Aku kembali berpikir.
"Janji deh ga pake yang seksi, lagian kan kamu yang pilihin swimsuit nya ntar di rumah, ya ya?" rengek Tika lagi.
"Ya udah Bro, gua ambil yang join deh. Nih." Aku menyodorkan debit card ku untuk transaksi pembayaran.
Transaksi pembayaran memang dilakukan di bar ini. Tidak hanya scuba diving, masih banyak wahana air lainnya yang disediakan disini.
"Trus ntar balik kesini nya jam berapa?" tanyaku lagi.
"Sekitar jam sepuluh udah disini ya? Ntar gua kabarin pasangan yang satunya lagi. Oh iya, ga usah bawa apa-apa ya, cuman pakaian di badan aja. Sisanya di sediain. Oh iya, mba nya ga usah pakai sunblock ya, ntar air nya tercemar. Sorry," jelasnya sambil mengembalikan debit card ku.
"Oki dokki," sahut Tika gembira.
Aku tersenyum melihatnya, "Makasih ya Bro!"
Kami berdua pun kembali ke villa. Lalu dengan excited-nya Tika membongkar kopernya, mencari swimsuit yang dengan sengaja memang dibawanya. Aku kaget!
"Berapa banyak swimsuit yang kamu bawa, yang?" tanyaku sambil meangkat satu persatu swimsuit yang di tariknya dari beberapa tumpukkan pakaian.
"Aku bawa lima aja kok, dua swimsuit, tiga bikini. Nih!" unjuk Tika.
"No no! Ga ada pake bikini ya. Terlalu seksi!" protesku.
Tika cemberut mendengar protesku. Aku kembali fokus melihat dua model swimsuit yang ada di tanganku. Ku angkat dan ku bolak balik kan, kedua nya sama-sama mengekspose semua bagian tubuh. Aku menghembuskan nafas panjang.
"Kamu ga bawa tanktop sama celana ketat yang panjang apa?" tanyaku gusar.
"Legging?"
"Ya apalah itu nama nya, bawa gak?"
"Kalo tanktop ada, nih! Tapi kalo legging mana aku bawa."
Aku memijit pelan puncak kepalaku, tanktop yang dibawanya itu adalah yang model tali ikat ke leher dan itu ga cocok dibawa diving, "Kalo kamu pake swimsuit ini, trus luaran nya pake apa? Masa dari sini ke bar pake ini aja?" tanyaku lagi.
"Pake ini?"
Aku mengangguk pelan, pasrah. Nyesel ngajak dia diving kalo gini, batinku. Ntar pasti di pelototin cowok orang, apes! Batinku lagi.
Setelah waktu menunjukkan pukul sembilan lewat, Tika bergegas mendatangiku dan menarikku untuk segera berangkat.
"Kamu semangat banget sih, bisa juga enggak!" remehku.
"Bukan semangat, tapi penasaran. Dari pada di rumah aja, bosen!" sahutnya sambil merangkul sebelah lenganku.
Begitu sampai di bar, kami menunggu sepasang kekasih yang sudah dijanjikan oleh barista bar. Sepasang kekasih yang sangat ingin scuba diving. Aku dan Tika mengunggu sambil menikmati orange jus dan sepiring kentang goreng.
"Kenapa tadi gak pake short pants dulu sih?" bisikku pada Tika.
"Loh memang kenapa kalo ga pake?" bisik ya tak mau kalah.
"Cowo-cowo pada liatin. Kamu seksi banget."
Tika menoleh melihat ke sekeliling nya, "Perasaan kamu aja deh. Mereka kan udah pada punya pasangan masing-masing. Lagian disini pulau, Sayang, pantai. Jadi wajar aja kalo kayak gini," sahut Tika kembali santai.
"Kamu pikir orang yang dateng kesini selalu sama pasangannya?"
"Loh emang enggak ya? Kan kata Papa ...."
"Masih aja percaya kata Papa, jelas-jelas dari awal kita di kibulin," selaku lalu menyedot minumanku.
Tak berapa lama berselang, ada dua orang lelaki yang mendekati meja bar. Terlihat seperti lelaki dari Eropa, entah dari negara mana. Jaraknya hanya selisih dua kursi dari tempat kami duduk.
"Has our spouse rented a boat come?" tanyanya.
"Yes, here they are. You are ready?"
Dua lelaki itu menoleh pada kami, lalu tersenyum. Aku dan Tika membalas senyum mereka.
"Yes, we are ready. Come on!"
"Ayo Bro, Mba, silahkan," ucap barista itu mengajak kami beranjak dari sana menuju dermaga sekitar sana.
Gawaaattt!
Tika sendirian cewenya.
Drivernya juga cowo.
Gua mesti extra jagain ini.
Salah deh, salah berat hari ini.
Itu yang ada di otakku.
"Kamu kenapa sih? Kayaknya ngelamun terus," tanya Tika memecah konsentrasiku.
"Hm? Enggak kok, enggak kenapa-kenapa," sahutku sambil tersenyum.
Kami mulai memasuki kapal satu persatu. Aku langsung mengambil posisi duduk untuk Tika agar dempet ke belakang kursi driver. Jadi kedua lelaki itu tidak bisa mendekati istriku!
Perjalanan yang kami tempuh dengan speedboat ini memakan waktu kurang lebih sekitar dua jam untuk sampai di titik scuba diving. Aku sengaja merangkul Tika dengan sebelah tanganku karena ku lihat kedua lelaki itu terus saja melihat ke arahnya.
Lalu ku geser posisi dudukku, aku mengajak Tika untuk mengobrol. Memberitahu step-step diving nanti. Sesekali aku mengeluarkan jokes ku hanya untuk membuat Tika tertawa, jadi aku bisa dengan sombong mencium pipi Tika di depan kedua lelaki itu. Memberitahukan secara tidak langsung, bahwa Tika adalah milikku, istriku!
Tika pun terlihat santai menikmati pemandangan lautan. Saat ku cium pun dia tidak merasa risih, biasa saja. Bahkan dia membalas ciumanku. Baguslah! Batinku.
Sesekali ku lihat kedua lelaki itu, mereka bicara namun dengan cara berbisik. Aku pun berbincang dengan Tika juga saling berbisik. Karena bunyi mesin speedboat ini memang terbilang cukup membisingkan dan membuat pengak telinga.
Setelah kami melewati waktu kurang lebih dua jam, akhirnya kami sampai pada titik peluncuran untuk diving. Ku lihat ada beberapa kapal juga yang sedang berhenti disekitaran titik ini.
Sang driver mematikan mesinnya lalu menurunkan jangkar dengan perlahan. Kemudian membagikan baju selam pada kami semua. Aku membantu Tika untuk menggunakannya.
"Astaga, ternyata tabung gasnya sisa tiga, yang satu nya habis. Bagaimana ini?" gumam sang driver.
"Kenapa, Pak?" tanyaku yang mendengar sedikit omelannya.
"Oh ini, Pak, tabungnya sisa tiga. Saya lupa buat di tuker tadi."
Aku terbelalak, "Wah terus gimana dong, Pak? Saya kesini buat ajarin istri saya, masa saya mesti gantian? Mereka aja yang pakai satu tabung trus gantian." tunjukku.
"What's up dude? Why are your fingers pointing at us?" sahut salah satu lelaki itu.
"There are only three tubes. I'm here to teach my wife to dive. So it is not possible if we use the tubes alternately," jelasku.
"It's oke dude! We will use the tube in turn. No problem," sahutnya lagi.
Aku merasa lega. Aku kembali membantu Tika menggunakan perlengkapan yang disediakan.
"Are you on your honeymoon?" tanya lelaki yang satunya lagi.
"Yeah!" jawabku singkat lalu tersenyum paksa.
"Congratulations to you, hopefully we will also catch up quickly like you."
Aku terperangah mendengar ucapannya. Tika cekikikan pelan melihat kelakuanku.
"I'm Khole and he is my soulmate, Greig." Mereka menyodorkan tangan nya untuk bersalaman.
Aku dan Tika pun membalas salaman tangan mereka. Kemudian mereka duluan terjun bebas ke lautan hanya dengan menggunakan satu tabung.
"Kok kamu ketawa?" tanyaku.
"Kelakuan kamu tuh, dari awal juga udah keliatan kalo mereka pasangan gay, malah mau bikin mereka cemburu segala pake cium-cium aku terus," protes Tika.
"Trus kalo kamu udah tau kenapa ga ngasih tau? Suami dibiarin keliatan konyol."
Tika menertawakanku keras. Pak driver juga ikut tertawa.
"Hati-hati loh, ntar jangan-jangan mereka naksir kamu trus kamu di ajakin gangbang. Hahahahha!" Tika meledakkan tawanya, puas!
Aku dengan kesal memasang pelengkapan divingku. Lalu menarik tangan Tika, membawanya hanyut dalam ciumanku.
"Jangan nakal ya, lelaki ini udah jadi suami kamu loh!" tegasku lalu mengajak Tika untuk terjun dari kapal.
Pemandangan dibawah lautan ini begitu indah. Lumayan jauh jaraknya dari permukaan air untuk melihat keindahan yang Tuhan ciptakan ini. Lalu aku segera bergegas menyembulkan lagi badanku ke permukaan. Aku masih melihat Tika yang belajar mengambil nafas menggunakan tabung.
Setelah Tika merasa bisa, aku langsung membawanya berenang ke dalam dasar lautan ini. Ku pegangi terus tangannya. Berkali-kali dia takjub akan keindahan dasar laut, aku menyadarinya karena berkali-kali pula dia terdiam dan lupa mengambil nafas.
Aku terus membawanya berkeliling. Dan dibawah dasar laut ini ada seorang fotografer yang berkeliaran. Ia sengaja berada disana untuk memoto-moto kegiatan kami.
Aku dan Tika juga sempat beberapa kali di foto olehnya sebelum Tika memberi kode ingin mengakhiri diving ini secara tiba-tiba.
Kami pun kembali ke permukaan laut, mencari kapal kami lalu menaikinya.
"Kenapa kok udahan?" tanyaku saat membuka perlengkapannya.
"Perut aku kram!" ucapnya panik.
Aku yang mendengar itu segera bergegas membukakan baju diving yang sudah makin ketat ditubuhnya begitu kena air.
"Pak, kita bisa balik ke pulau sekarang?" tanyaku panik.
"Waduh ga bisa Pak, ga mungkin kita tinggalin mereka tadi. Sebentar coba saya contact kapal lain," izin Pak driver lalu dia sibuk dengan alat penghubungnya. Entah apa namanya.
Tika duduk sambil menekan-nekan perutnya. Wajahnya pucat. Aku semakin panik melihat keadaannya. Aku duduk di sampingnya, menyuruhnya bersander pada tubuhku sambil ku bantu ia memegangi perutnya.
Tubuhnya berkeringat dingin. Untunglah sepasang kekasih gay tadi menyembulkan kepalanya di permukaan laut tak jauh dari kapal. Aku yang melihat itu langsung panik berseru.
"Guys! Khole! Greig! Can we go back to the island now?" teriakku.
Mereka yang mendengar nama nya di panggil langsung segera menoleh dan berenang cepat menuju kapal. Begitu mereka sudah berada di buritan kapal, berusaha untuk naik, aku kembali memohon pada mereka.
"Can we go back to the island now? My wife's stomach suddenly cramps," panikku.
"Oh oke, no problem. Sir, come on! We go back to the island now," sahutnya sambil menatap pasangannya.
Pak driver pun bergegas menyalakan mesin dan mengangkat jangkarnya, lalu melaju pesat membelah ombak lautan menuju kembali ke pulau.
Disepanjang perjalanan Tika hanya mengeluh sakit dan meremas-remas perutnya, menekan-nekan bagian perut bawahnya. Pak driver juga segera menghubungi Pak Sani atas permintaan dariku.
Begitu sampai di pulau, Pak Sani dan beberapa orang lainnya sudah menunggu kami didermaga dan dengan cepat aku menggendong Tika, mengikuti arahan dari Pak Sani untuk membawanya cepat ke rumah lalu mengobatinya disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Wati_esha
Tika phobia air, atau kelelahan?
2020-10-22
0
es dawet
wkwkwk....masa jefry yg ditaksir😁😁😁
2020-06-27
1
Regunda Emilia Leltakaeb
ada mslh sm rahimnya kali
2020-02-18
1