Bab 19

Ia kembali fokus pada pekerjaannya, namun orang itu malah berteriak keras dari arah jendela samping.

Damian langsung mengacuhkan suara menggema didalam ruangannya, tetapi perlahan suara itu berubah menjadi suara menegangkan karna sebuah senjata api ditembakkan dengan peluru yang tepat mengenai jendela sampinya, jaraknya pun tak jauh dari meja kerja Damian.

Ceklekk... Darr...

Trangg...

Kaca jendela rusak parah akibat peluru berdiameter kecil yang hampir mengenai dirinya, untung saja Damian sedikit memundurkan kepala dengan tenang.

"Ada apa? Katakan saja, jangan membuat keributan kecil diruangan ku. Aku terlalu sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk menyambut kedatangan mu!" sahut Damian seraya masih membuka lembar map nya dengan teliti. Ia mencatat sedikit demi sedikit setiap map itu.

Merasa diabaikan, sosok misterius itu tampak berdecak kesal, "Ckck,, dasar menyebalkan," desis pelan.

Sosok misterius yang diduga merupakan mata-mata memegang senjata api ditangannya itu pun perlahan muncul dari balik bayangan tirai jendela, masuk dengan melompat masuk dan memasang wajah smirk nampak tidak senang kearahnya.

"Ayolah, kau benar-benar menyebalkan. Aku hanya ingin mengatakan padamu, apa kau sudah menemukan gadis kecil itu?" tukas dengan dingin. tanpa basa-basi sambil melipat kedua tangan di depan dadanya, ia langsung berdiri didepan Damian. Sosok itu terus menatap kearah Damian dengan serius, "Jika kau sudah menemukannya, berikan aku data-data nya sekalian, sebagai bukti,"ujarnya dengan tatapan menyipit tajam.

Damian perlahan membuang napas nya, dan menggeleng pelan kepalanya sekali lagi dengan acuh, "Belum. Aku belum mendapatkan data-data yang kau mau, Daniel,"ungkap Damian seadanya, sembari perlahan ia mulai beranjak berdiri dari tempatnya lalu mengambil beberapa buku di rak belakang. Tak disangka jika sosok misterius itu merupakan Daniel asisten Kenichi, ia terdiam sejanak dan merasa tidak senang sesat mendengar jawaban dari Damian hingga meremas puntung rokok elektriknya.

Perlahan Daniel mendekatkan diri didepan Damian, maju selangkah untuk menggenggam kerah baju Damian dengan erat, dan mendekatkan wajahnya kewajah Damian, ia menatap tajam lekat-lekat.

"Jangan bercanda. Aku serius mengatakan itu padamu! Apa kau ingin mati diwaktu yang singkat!" amarahnya kini sudah naik pitam dengan seringai lebar diwajahnya. Sementara itu, Damian masih tetap super tenang, berdiam diri dan hanya memandang tanpa ekspresi. sekilas ia hanya menghembuskan napasnya sekali lagi. pikirannya saat ini memang tau segalanya, tapi juga sulit ditebak. "Sudahlah, hentikan saja perdebatan ini. Aku sudah bilang jika aku belum mengetahui apapun, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaannya," ungkap Damian seraya menepis kedua tangan Daniel yang menggenggam terlalu erat. Ironisnya, Daniel enggan dan mempererat kembali genggaman dibaju kerahnya itu.

Daniel membalasnya dengan terkekeh sinis, "Huh... Aku tau apa yang kau inginkan? kau pasti menyembunyikan sesuatu dibelakangkukan. Tidak apa-apa, paling-paling kalo bos tau, keluarga mu yang terkurung itu langsung dilenyapkan seluruhnya!" Daniel tau apa alasan mengapa Damian tidak mau membeberkan infromasi penting padanya, sebab Damian merupakan orang yang peka tapi dia sudah lama dekat dengan Raymond. Kejadian itu cukup lama, hubungannya juga sangat erat dengan kejadian 17 tahun lalu.

Damian mulai sedikit mengerutkan alis dan menggenggam erat pergelangan Daniel saat ini, ia sudah berusaha menahan tapi ia sudah diambang batas, dengan acuh ia membalas tatapannya yang gak kalah mematikan, "Apa hubungannya dengan mereka? Jika kau sampai berani menyentuh mereka jangan harap tangan mu masih utuh" katanya yang penuh ancaman, nyali Daniel perlahan sedikit menciut hingga mundur perlahan.

"Cih. Jangan mengancamku! "tukas Daniel, tapi Damian langsung menggenggam pundaknya semakin erat, jauh dari ekspresi nya yaitu senyum hangat tapi genggamannya semakin lama semakin erat membuat Daniel merintih kesakitan.

"Apa? kau menolak untuk melepaskan mereka. Baiklah, sekarang apa kau bisa lolos dari ku?" Damian perlahan tersenyum sinis sambil terus menekan titik lengan kebelakang punggung Daniel.

Ughh... Ckckck...

"Sial! "decak Daniel menekuk pasrah.

.

.

.

Saat jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, pukul 01:30. Di rumah sakit, area resepsionis. Seluruh pengawal yang dikirim oleh William tengah mengantarkan beberapa barang yang Raymond minta, mulai dari pakaiannya dari walk in closet di kediamannya sampai pakaian wanita yang baru saja diantarkan oleh beberapa suruhan miss Joanna.

"Kalian sudah menyiapkan semuanya, antarkan semua itu kedalam kamar pasien no. 23, cepat! Tuan tidak suka jika kita mengulur waktu!"

"Baik!"ucap serempak.

Seluruh pengawal berhambur, semua yang dibutuhkan sudah siap namun mendadak William mendapat sebuah panggilan darurat dari perusahaan N.E Group. William pun sedikit terkejut saat mendengarnya, wajahnya yang pucat itu tak bisa lagi ia sembunyikan. Sulit rasanya ia menelan saliva, William sedikit terhuyung duduk dikursi putar memegang sandaran kursi.

"Bagaimana aku harus menjelaskan semuanya pada tuan muda?" ucapnya yang seraya meringkuk pasrah,mengacak-acak rambut nya dengan berlebihan. Panjang umur, saat William sedikit mendongak, ia melihat bayangan Bos nya itu berjalan keluar kearahnya.

"Bagaimana? Apa sudah semuanya?"tutur Ray seraya memastikan, dengan satu tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!