Bab 12

Sesampainya meraka dikantor, benar saja ruangan Lea seketika kosong seperti ada yang memindahkan barang-barangnya keruangan lain. Dia pergi kekantor itu hanya untuk mengambil beberapa barang yang tak sengaja tertinggal.

"Hummph,, sudah kuduga kalo barang-barang ku bakal dipindahin, untung saja gelang ini belum diambil mereka," ucap Lea dalam hati yang langsung mengambil sebuah gelang tali miliknya dari dalam laci meja kantor. Gelangnya berwarna hitam hanya satu di tangannya karna yang satu lagi di tangan Adrian.

Biarpun gelang itu hanyalah gelang tali biasa tapi gelang itu sangat penting baginya karna merupakan simbol persahabatannya dengan Adrian saat masih TK, gelang itu juga termasuk pemberian seseorang yang sangat didambakannya, siapa lagi selain Adrian sahabat masa kecilnya. Biarpun gelang itu sudah terlihat usang sekarang, tapi Lea tetap menyimpannya sebagai kenangan terindahnya saat dirinya pertama kali bertemu dengan Adrian. Kenangan dan kilas balik itu masih membekas di ingatannya bahkan tak lupa ia menuliskannya di buku. Lea juga tersenyum sendiri saat tak sengaja mengingatkan kejadian hal memalukan tentang dirinya, ia bahkan tidak mau mengingatnya tapi jika bersama dengan Adrian ia tak keberatan sekalipun harus berada dimemorinya.

Lea perlahan menundukkan kepala tersenyum teduh, "Hmm, sudah lama sekali ya aku tidak memakai gelang ini, lagipula gelang ini juga akan tertutup dengan jam tangan" ucap nya dengan sangat pelan sembari memakai gelang tali itu ditangan kirinya.

"Lea, itu gelang apa? wow, kok aku baru melihatnya, apa kau diam-diam menyembunyikan nya dariku... " tanya Zana dengan tiba-tiba seraya mendekati Lea dan menaruh tangan dibahu Lea.

Lea menggeleng dengan senyum tipis kearah Zana, "Gak kok, ini cuma gelang biasa dari seseorang, gada spesialnya dari gelang ini hanya saja... gak jadi deh, hehe"

"Heeehhh kok gitu sih... " Zana cemberut dan memanyunkan bibirnya. "Cih, biar gue tebak, pasti dari Adrian!" ucap nya dengan optimis.

"Bwahahahaha, salah, ayo tebak lagi"

"Hiihh kok salah sih, harusnya bener loh kalo soal Adrian, Lo kan paling tau soal dia" ucap Zana dengan ekspresi kecewa, tak mau menerima kekalahan.

"Mwehehe rahasia, heeehhh gak semuanya gue tau loh kalo soal Adrian ada juga yang gue enggak tau"

"btw Lo gak kangen nih ama gue kan gue udah pindah ruangan. hiks masak gue yang temen deket Lo ini gak ada rasa rindu atau apa kek" ucapnya seraya memeluk Zana. Tapi Zana hanya membuang napasnya dengan pasrah, "Hey kasih tau dulu rahasia Lo yang tadi, kan Lo bilang kita temen deket kalo temen deket ya gak boleh ada rahasia diantara kita. ish... ishh.. ishh... " Zana memanfaatkan perkataan Lea yang sebelumnya, hingga Lea pun terkejut dengan mata yang membalalak, "Ihh jangan curang, tebak dulu dong, Lo kan masih kalah" ucap Lea membela diri.

"Oke, fine, gue nyerah. apa jawabannya?" Zana angkat tangan.

Lea tersenyum simpul dan meledeknya, "Yee gitu aja nyerah, padahal gampang loh"

"GAMPANG NDAS MU, GUE UDAH JAWAB 'ADRIAN' TAPI LO MALAH BILANG SALAH, TERUS JAWABANNYA APA, NENG? ORANG GUE CUMA TAU ADRIAN, LO SIH MAEN RAHASIA-RAHASIAAN DIBELAKANG GUE" ucap Zana sembari membalas dengan senyum kecut ke arahnya, masih menahan sabar.

"Hehehe, iya deh, gue gak akan maen rahasia an lagi dibelakang Lo, sini gue kasih tau Lo mau denger gak nih?" memberi isyarat untuk mendekat.

Zana menurut, mendekatkan pada Lea, "Ya lah, gue pengen tau kalo gak sih, dari dulu gue biarin"

"Heehh jangan kek gitu, iya, iya, maafin gue, Lo kan anak baik"

Zana menatap Lea dengan datar, "Udah diem, cepet kasih tau, katanya mau kasih tau nieh"

Lea masih terkekeh sendiri melihat tingkah temannya itu, dia langsung mendekatkan mulutnya pada telinga Zana dan berbisik dengan pelan, "Jawabannya... tentu saja Adrian, dia kan temen masa kecil gue" katanya dengan nada pelan hingga membuat tawa Lea pecah setelah membisikannya. Zana hanya terdiam ngelus dada, berusaha menahan kesabaran yang udah berada diujung tanduk, "Sabar, sabar, gak jelas emang, dasar sinting, untung Lo temen gue kalo bukan mah dari dulu Lo udah gue gantung di tiang jemuran" ucap Zana dalam hati.

***

Tutt... Tutt...

Suara telpon kantor yang berada di atas meja resepsionis bergetar, diangkat telpon itu langsung oleh wanita resepsionis.

"Ya, halo! saya Aina dari perusahaan Black Butler, ada apa ya? " Ungkap Aina.

Pria misterius itu mulai menghembuskan napasnya yang memburu, dan bertanya. "Saya kenalan dekatnya Lea Aurelia Fujisawa, kau pasti mengenalnya'kan? " ucap pria misterius itu yang membuat wanita bernama Aina Mengiyakannya dengan rasa penasaran muncul dibenaknya langsung.

"Iya, tapi sekarang Nona Lea sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kalo ada masalah atau kepentingan bisa saya sampaikan nanti setelah jam makan siang" sahut Aina yang masih terdengar dari telinga pria asing itu. Pria itu pun berdehem dan membalasnya.

"Baiklah kalau begitu, kau bisa memberikan alamat perusahaan Black Butler pada Emailku, ini sangat penting karna aku harus bertemu dengan nona Lea secepatnya! kau bisa memenuhi sedikit permintaan ku kan?" tuturnya tegas dari suara namun terdengar berat.

"B-baik, tuan, saya akan mengirimkannya untuk Anda tapi tolong Anda berikan alasan yang jelas karna kami tidak akan sembarang memberikan sebuah Email manager kami pada seseorang yang tidak kami kenal" ucap Aina dengan jelas dari telpon.

Pria misterius itu sedikit tertegun dan mengucapkannya dalam gumam, "A-alasan?"

"Baiklah, saya adalah rekan bisnisnya manager Lea dari perusahaan XXX, saya membutuhkannya untuk pertemuan antar karyawan, tidak ada yang lain. Apakah itu sudah jelas?" ungkap dari pria misterius dengan terus terang, namun penuh kebohongan.

Wanita itu menoleh dari kejauhan, lalu mengetik alamat hingga email perusahaannya di komputer, ia percaya dan hanya berpikir mungkin memang itu urusan bisnisnya karna Lea sudah menjadi manager sekarang wajar saja jika dia punya banyak kenalan dengan klien dari perusahaan lain.

Selesai mengirim alamat itu pada emailnya, "Baiklah tuan, Alamat perusahaan sudah saya kirimkan pada Email anda, anda bisa bertemu nona Lea saat sampai di perusahaan, " ungkapnya ramah.

Sementara pria asing paruh baya itu menyunggingkan senyumnya dari kejauhan, "Baiklah, Terima kasih atas bantuanmu. Saya sangat berhutang budi mendengarnya, " balasnya, tidak yakin tapi juga tidak menyangka jika sebuah siasat dapat berhasil dengan mudahnya.

"Tidak apa-apa tuan, tidak perlu membalas budi segala, oh ya akan saya akan tutup telpon ini" ucap Aina dan langsung menutup telponnya sepihak. Pria misterius itu tampak senang, masih tersenyum menyeringai dibalik telponnya.

"Baiklah dan terimakasih nona~" ucap pria misterius setelah sambungan terputus.

Tutt...

Ditempat lain, Lea disibukkan dengan pemindahan barang-barang di kantor barunya. Sampai selesai membersihkan ruangannya tiba-tiba saja ponselnya bergetar tapi dia mengacuhkan lantaran melihat nama dari sipenelpon itu.

"Cih , dasar pria tua, bisakah kau berhenti menelpon ku terus! " ketus dalam hati.

Pura-pura tidak mendengar karena ingin mengabaikan ayahnya yang terus menelpon hingga telpon itu tiba-tiba berganti nama menjadi Adrian yang menelpon, dia menelpon lantas sudah membuat janji tunggu untuk memperkenalkan teman barunya namun tak kunjung diangkat.

Dirinya hanya bisa menghela napas berat ketika sampai didepan perusahaan tempat Lea bekerja. Bergegas langsung dan bertanya pada resepsionis didepan pintu.

"Permisi, mbak. maaf, saya temannya Lea yang sudah membuat janji tunggu secara pribadi padanya. Bisakah Anda mempertemukan saya dengannya sebentar" ungkap Adrian pada Aina yang termasuk teman kerja Lea.

Wanita resepsionis itu menggeleng pelan kepalanya, "Maaf tuan, anda bisa liat jam sekarang. Untuk saat ini mungkin tidak bisa karena Lea sekarang sedang mengikuti pertemuan dengan beberapa klien dari perusahaan lain dengan Tuan Rangga"

"Oh, b-baiklah,kalo gitu terimakasih atas informasinya" ucapnya tercengang dengan ekspresi kecewa yang terlihat jelas pada raut wajahnya tapi berusaha ia tutup dengan senyum ramah.

Adrian pasrah dan mengkatup wajahnya sebagian dengan satu tangannya, "Haiss kenapa hal seperti ini terjadi padaku? Padahal hanya karena janji untuk memperkenalkan mereka tapi kenapa harus serumit ini, dia hanya bilang akan bertemu hari ini di jam tujuh lewat tiga puluh menit tapi Lea juga sama, jika aku melanggarnya seperti kemarin akan lebih buruk lagi keadaannya" batinnya yang merasa terpuruk. Dirinya langsung membalikan badan kembali ke basement, didalam mobil dia terlihat frustasi tidak tau harus berbuat apa.

Sampai seseorang pria misterius berkacamata hitam menghampirinya mengetuk-ngetuk kaca mobil.

Tukkk... Tukkk...

Adrian yang merasa terganggu itu langsung membuka kaca mobilnya, "Ada apa?"

"Permisi tuan, maaf jika saya mengganggu kepentingan Anda tapi saya ingin bertanya pada Anda sebentar"

"Tanya apa?" balas Adrian dengan lugas.

Sesaat ditanya pria miaterius itu berdehem dan mengambil sebuah foto dari saku jas nya lalu menanyakan keberadaan Lea dari foto itu, melihat foto itu alis Adrian menjadi semakin berkerut, matanya sedikit menyipit mengenai wajah seseorang yang tidak asing terpampang difoto itu.

Dengan rasa penasaran yang kuat ia justru bertanya balik, "Permisi, saya ingin bertanya. Apa hubungan anda dengan wanita itu? "

Pria misterius hanya terdiam sejenak setelah mendengarnya, dirinya menghela napas pelan dan memberikan alasan yang cukup kuat untuk membuatnya percaya hingga setelah memberikan beberapa penjelasan yang seperti kebenaran namun terselimuti oleh kebohongan membuat Adrian sepenuhnya percaya.

.

.

Hingga sampai dikantor Lea, pria misterius itu berjalan tergesa-gesa sampai didepan pintu kantornya, ia mengetuk pintu.

Tokk... Tokkk...

Suara ketukan itu berbunyi cepat sampai membuat Lea kebisingan, Lea yang sedari tadi sedang merapihkan beberapa sisa-sisa berkas yang ada. Alih-alih ia mengurungnya dan membukakan pintu, sampai saat pintu dibuka Lea sempat terkejut dengan kedatangan sesosok pria misterius yang tampak tidak asing baginya.

Setelah melihatnya wajahnya kini semakin pucat, tenggorakan sesak. Belum sempat ia berteriak, tiba-tiba saja sosok pria misterius itu membekap nya dengan obat tidur dan membawanya secara diam-diam bersama rekannya ketempat parkiran mobil. Karna suasana saat itu masih pagi, jadi tidak seseorang pun yang melihat. Pria misterius itu memanfaatkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!