Dikamar Apartemen.
Lea baru saja keluar dari kamar mandi, ia masih berbalut bathrobe ditubuhnya dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur, seketika sebuah notif pesan langsung muncul ratusan pesan yang membuat ia terbelalak sejenak pada saat sedang mengaktifkan ponselnya.
Tapi herannya. Baru kali ini ia mendapatkan segitu banyaknya pesan dalam waktu singkat.
"Astaga! Banyak sekali pesan-pesannya dan kebanyakan malah dari bisnis klien baru. Ughh,, Kapan aku bisa beristirahat dengan tenang! " keluhnya, seraya membuang napas dengan berat.
Baru saja libur sehari sudah harus tersiksa lagi dengan pekerjaannya dihari lain, tapi bagi Lea yang termasuk pekerja paruh waktu sudah terbiasa ia mengalaminya, semenjak ia kabur dari rumah keluarga kandungnya, keluarga Fujisawa akibat perjodohan paksa dari kedua orang tua yang dia anggap egois. Karna keluarga Lea merupakan keluarga konglomerat, dia sudah tidak mau memikirkan statusnya sebagai 'Putri Keluarga Fujisawa' yang dianggap paling membuatnya bahagia tapi kenyataannya justru malah membuatnya terkena malapetaka.
Dia juga sedikit berhutang budi dengan Adrian yang sudah mau membantunya dikala ia sedang jatuh, Karna perjodohan itu Lea harus tinggal sementara di villa rumah mewah milik Adrian sebelum ia menyewa apartemen baru. Biarpun apartemen yang baru itu terlihat biasa saja dan harga yang tidak terlalu mahal tapi dia merasa jauh lebih baik daripada harus tetap tinggal dirumah mewah milik orang tuanya yang jauh dari kata surga.
Sesaat kemudian, ketika Lea sibuk membalas pesan dari klien satu persatu. Mendadak ponselnya bergetar, dan raut wajahnya langsung berubah gusar saat melihat nama dari si penelpon itu.
"Cih. Ayah ngapain nelpon aku lagi! Hmm... lebih baik angkat saja dulu, terus ganti nomor biar gak diteror mulu sama ayah sial*n itu." ungkapnya mencibir dengan sinis.
Ketika dirinya mengangkat telpon dari seseorang ayah namun tidak ingin menganggap dirinya ayah. Terdengar suara berat pria paruh baya dari kejauhan dengan nada suara yang terdengar lembut dan kebahagiaan namun baginya suara lembut itu hanya iming-iming supaya dia menerima perjodohannya yang termasuk bisnis bukan karna cinta yang tulus dengan keluarga Sanjaya dan justru dia dijodohkan dengan pria yang jauh lebih brengs*k dari Adrian yang merupakan Play boy akut, yaitu Davian Sanjaya.
Pasalnya banyak rumor aneh tapi benar-benar terjadi yang beredar di keluarganya mengenai Davian Sanjaya yang sudah memperk*sa lebih dari dua puluh wanita dan merupakan langganan pria berduit banyak dirumah bordil, bahkan jika dibandingkan dengan Adrian yang punya banyak pacar tapi Adrian tidak sampai mencari simpanannya dirumah bordil apalagi berhubungan yang begitu dalam. Intim.
"Lea sayang! Ayah kangen padamu Lea. Hiks, akhirnya Lea anak kesayanganku mau mengangkat telpon dari ayahmu yang malang ini," ungkapnya dengan nada yang terdengar menyedihkan.
Mendengarnya Lea langsung tersenyum sinis, "Cih.. Pandai sekali orang tua itu berpura-pura. Seolah-olah aku sangat mudah dibujuk dimatanya?! Maaf ayah, biarpun aku mudah dibujuk tapi aku bukan kucing yang mudah terlena dengan perkawinan mendadak bersama pangeran keluarga Sanjaya." Ucap dalam hati dengan raut wajah yang datar, hingga dapat menebak seseorang dengan mudah.
Lea langsung menundukkan kepalanya, lelah karna harus mengengarnya yang terus berpura-pura manis dan membalas ucapannya dengan lugas, "Yah, kau tau kan anakmu ini sudah dewasa, kau tidak perlu memperlakukan aku seperti anak kecil lagi. Apalagi saat kau dan ibu yang tarus saja bersikeras untuk menjodohkanku dengan sibrengs*k Davian! aku juga punya hak, biarpun itu keuntungan kenapa ayah tidak membatalkannya saja, kan ayah juga punya banyak koneksi dengan perusahaan lain yang lebih maju diluar sana!" tukasnya tegas dengan dalih dalam bentuk penolakan awal untuk mempersiapkan dirinya disituasi yang sama.
Mendengar ucapan Lea yang tidak bisa dipungkiri lagi. Ayahnya yaitu Kenichi, hanya bisa terdiam sejenak lalu memijat pelipisnya, terasa pusing baginya disisi lain dia juga tidak mau kehilangan keuntungan besar dalam bisnisnya dengan keluarga Sanjaya, Karna perusahaan keluarga Sanjaya sangat berpengaruh besar dalam dunia bisnis di Seluruh negara Asia.
Kenichi perlahan tersenyum ramah, "Aihh... Lea, kau benar-benar sudah terbiasa ya. Tapi untuk kali ini jangan membuatku pusing. Seharusnya kau menerima perjodohan itu, jika kau bersikeras untuk menolaknya terus menerus, ayah tidak akan segan-segan untuk membawamu kembali kerumah Ayah!" ucap nya dengan nada yang tegas, seakan dirinya sudah kehilangan kesabaran tapi Lea tetap pada pendiriannya. Tidak runtuh.
"Ayah, kalo mau jodohin anak dari keluarga ini kenapa tidak ayah jodohkan saja kak Marissa dengan Davian, lagipula mereka juga cocok dan kecantikan kak Marissa juga melebihi kecantikanku, kenapa harus aku yang dijodohkan?!" Ketus sembari menahan air mata yang ingin luruh. Bukan sekedar tangisan biasa, hanya tangisan lelah karna selalu dipaksa.
Kenichi langsung menarik napas dan menghembuskannya dengan berat. dia sudah tidak mau berdalih, tapi perjodohan harus sudah ditetapkan olehnya. Tidak bisa digugat lagi.
"Cukup, Lea! Ini demi keuntungan bisnis keluarga dan juga keuntunganmu. Marissa sudah bertunangan dengan Reinhard Elliot. Davian juga tidak menginginkannya, dia hanya menginginkan mu, dia juga bukan orang seburuk itu dimata mu masih ada kesetiaan didalam hatinya. Seharusnya kau belajar bagaimana cara melihat luar dalam seseorang!" suaranya meninggi dengan nada yang penuh pembelaan. Hanya membela orang lain tapi tidak dengan anaknya dan nasib anak yang seperti perdagangan manusia berkedok kepentingan bisnis.
Mendengarnya lagi dan lagi membuat Lea tidak tahan, bibirnya bergetar dan giginya terus saja bertumpu, rasanya dia ingin mematikan ponselnya langsung.
"Aku benci padamu, kau memang ayah yang egois!" nada pelan dengan acuh nya langsung mematikan ponsel sepihak. Sementara disisi lain Kenichi, pria paruh baya itu hanya mendesah berat dan lagi dia memijat pelipisnya yang masih terasa sakit baginya. Dia pun menunduk menggertak giginya yang saling bertumpu. Namun hal tentang keuntungan besar. kerjasama antar perusahaannya tetap akan dijalankan.
"Hmm. Lea, jangan salahkan aku jika aku harus menggunakan cara yang lebih ketat untuk mencarimu dan membawamu pulang segera!" ujar nya dalam hati dengan tegas. Lalu menoleh pada asisten yang ada didepannya.
"Segera. Jalankan pencarian putriku, Lea, dan bawa dia pulang!! " titahnya tegas.
"Baik, Tuan besar! " balasnya dari bawahan itu yang langsung tunduk. Dan langsung membawa seluruh pengawal untuk mengerahkan semua pencarian ketat pada Lea.
***
Masih dikamar, setelah memutuskan sambungannya sepihak tadi.
Lea langsung membantingkan ponselnya ke tembok, tidak peduli apakah akan rusak atau tidak.
Brakk...
Dia langsung membanting tubuhnya juga ke ranjang dengan posisi tengkurap, dan menangis tiada henti sambil menggenggam erat bantal yang ditempati wajahnya. Air matanya luruh seketika membasahi bantal. Niatnya tadi ingin melanjutkan pekerjaannya malah tertunda.
"Hikss.. Hikss... Dasar orang tua egois! Aku benci mereka berdua, hikss.." tuturnya yang terus menangis tersendat-sendat, tenggorokannya tercekat dan bibirnya bergetar, hingga dirinya terus menerus meremas bantal itu hingga koyak. Emosi dan kesakitan hanya bisa diluapkan dalam bentuk tangisan dengan suasana kamar yang sepi dan gelap. Serta lampu kamar yang memang sudah dimatikan olehnya sejak awal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments