Bab 5

Hanya melihat sekilas saja, Lea langsung mengacuhkannya tidak peduli biarpun masih ada sedikit rasa perasaan yang mengganjal dihatinya. Entah itu perasaan apa sampai membuatnya tidak asing dan pernah bertemu dengan Raymond disuatu tempat.

Dia ingin melupakannya sejenak dengan menutup tirai jendela kantornya, dan menyibukkan diri didepan komputer.

Cttak... ctakkk....

"Lupakan, Gue sama sekali tidak pernah bertemu dengannya, dan gak mungkin gue ngerasa gak asing, Lea udah lupain aja lah, lagipula mungkin suatu hal yang membuat tidak asing sejenak hanya sekedar delusi ku yang gak sengaja lewat. Toh itu cuma kebetulan!" batin Lea acuh.

***

Keesokan harinya.

Di bandara Udara Internasional XXX, Lea menunggu dikursi yang memang sudah disediakan untuk orang-orang yang sedang menunggu untuk pesawat selanjutnya datang, namun Lea datang tidak sedang berpergian tapi hanya untuk menunggu seseorang tiba dari pesawat ditumpangi. Dia hanya mengenakan kaos putih polos dibalik jaket tebalnya yang berwarna Krem dengan syal coklat tipis yang terlilit di lehernya, dan celana legging panjang hingga sepatu sneekers yang selalu ia kenakan disaat urusan Informal, sambil memantau chatnya dengan Adrian, ia melilit memainkan sehelai rambut panjangnya yang ikal dijarinya.

.

.

Menggertak giginya yang saling berpacu, sudah lebih dari dua jam yang lalu ia menunggu. Seharusnya pesawat yang ditumpangi Adrian sudah cepat sampai di tiga puluh menit yang lalu, sengaja Lea datang telat lima menit hanya untuk melihat Adrian yang sudah sampai menunggunya atau tidak namun kenyataannya berbanding terbalik.

"Ckck.. Adrian! Kumohon. Balas pesanku!" ucapnya sambil mengetuk-ngetuk ponsel dengan kuku jarinya.

Dirinya terhenyut, apakah janjinya kali ini dianggap penting atau sama seperti janji yang sebelumnya? Bayangan-banyangan negatif itu mulai bermunculan memenuhi pikirannya. Apa dia sengaja melakukannya, terus membohongi sahabat lamanya? Tapi untuk apa aku khawatir, aku bukan siapa-siapanya, biarpun aku sedikit menyukainya sejak lama, tapi dia hanya menganggap ku sahabatnya, tapi biarpun itu, harusnya dia tetap menghargai sahabatnya yang sudah lama menunggu bukan mengingkari janjinya selama ini!

Kepala menunduk dan tangan mengepal tapi dirinya tetap menunggunya di bandara sesuai yang dijanjikan.

"Aku akan menunggunya sekali lagi!" gumamnya serius dan antusias.

"Sekarang masih siang pukul dua belas lewat tiga puluh menit, sampai pukul lima sore pas aku akan pergi," lanjutnya sambil melihat jam klasik dari pergelangan tangan kiri.

***

Tapi sudah sampai pukul lima sore pun, Adrian tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Dirinya hanya bisa menunduk dengan derai air yang perlahan membasahi pipinya. Janji? Itu hanyalah omong kosong sebagai dalih untuk bertemu pacar barunya! Apa arti pertemanan jika janji kecil saja tidak ada yang ditepati? Lagi-lagi dia berbohong.

Suasana senja terlihat menawan dari kaca besar raksasa di bandara yang kian berwarna kuning kemerahan, suasana sudah mulai semakin sepi dan tidak ada siapapun disana, hanya ada dirinya, dan juga beberapa Cleaning servis yang menyibukkan diri, tapi salah satu dari mereka merasa terus memperhatikan gadis yang sedang terduduk melamun di ruang tunggu.

"Permisi mbak! Maaf bandara sebentar lagi akan ditutup, anda sedang menunggu siapa ya? Disini sudah sepi, tidak ada siapapun orang yang ada di bandara kecuali mbak'nya sendiri!" sahut dari Cleaning Servis yang menepuk pundaknya.

Dengan setengah sadar, Lea mengangguk kecil kepalanya, dirinya bangkit dari kursi layaknya mayat hidup. Bekas air matanya pun ia hapus sebisa mungkin ia menutupinya.

"Saya mengerti mas! Saya akan pergi dari sini sebentar lagi!" Jawabnya.

Pemuda Cleaning Servis di depannya itu hanya menghela napas ringan, mungkin hanya menunggu sebentar lalu pergi. Pikirnya.

"Baiklah! Tapi lebih baik mbak pulang secepatnya, tidak ada orang lain yang sama sekali mau tinggal disini!"

"Wokey!" senyumnya profesional yang sambil menahan luka sebak didadanya, biarpun janji kecil itu remeh tapi jika berulang juga akan menimbulkan luka.

Dirinya tetap tersenyum sampai Cleaning servis itu berbalik arah, dirinya langsung melepaskan topeng yang membuat wajahnya sakit. Memandangi punggung Cleaning servis itu yang kian menjauh dari pandangannya dengan tatapan kosong menerawang, apa yang dipikirkan saatnya ini benar-benar membuatnya terbebani.

"Adrian! Sepertinya kau memang selalu menganggap remeh janjiku," terisak nya sampai mendekap wajahnya dibalik syal.

Dirinya berdiri dan langsung bergegas untuk keluar dari bandara, namun sesaat masih ditengah lorong. Dirinya dikejutkan dengan kedatangannya seseorang yang terlihat familier, terengah-engah sampai berkeringat deras akibat lari tergesa-gesa.

"Andrian...?! Kenapa, kenapa bisa dia..? Kupikir dia sedang bersama pacar barunya sekarang." Batinnya tersentak seketika tapi ada rasa ingin marah meluap-luapkan segalanya karna dirinya yang selalu dibohongi terus menerus.

"Le-lea, dengarkan aku dulu, aku tadi─ "

Adrian yang merasa bersalah, dirinya kalang kabut, berusaha untuk menjelaskannya tapi terpotong perkataanya.

"Cukup! Aku gak mau kau bahas pacarmu didepanku kalo cuma jadi alesan!" ujarnya melengos, dan langsung berjalan cepat kearah pintu luar tapi.

Greppp...

Pergelangan tangannya mendadak saja dipegang olehnya, langkah Lea jadi terhenti karna kaget dan jantungnya tiba-tiba merasa berbeda dari sebelumnya, berdetak lebih kencang tapi dirinya masih tetap bisa mengaturnya.

"Lea! Kumohon dengarkan penjelasanku sebentar, kalo kau tidak keberatan aku akan mengajakmu ke restoran yang kau mau!" ucap nya tegas.

Untuk mempertimbangkan ajakannya, Lea mengangguk kecil.

"Warung soto! Aku mau makan soto ayam, mau itu di restoran sekalipun aku cuma mau soto ayam!" Jelasnya.

Adrian hanya menatap nanar sekilas lalu tersenyum tipis.

"Ba-baiklah, akan ku bayarkan atas keterlambatan ku sebagai seorang sahabat, kita pergi ke restoran yang menyediakan soto ayam!" sahutnya sambil membenarkan posisi kacamatanya, karna Adrian sudah terbiasa makan di restoran sejak kecil saat dirinya masih tinggal di Inggris, berbeda dengan Lea yang biarpun dia anak konglomerat Jepang tapi budaya lokal dari ibunya tidak lepas begitu saja, dia masih tetap menyukai jenis makanan Indonesia terutama soto ayam biarpun dirinya lebih sering beli diwarung soto, tapi baginya makanan warung jauh lebih enak tapi ekonomis daripada di Restoran yang kadang menyediakan menu tak biasa namun harganya luar biasa.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Hokben kek😅

2023-12-14

0

Ayano

Ayano

Semakin coba dilupakan akan semakin terkenang nanti

2023-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!