Bab 14

Haahhh... Haahh...

Tubuhnya yang sudah lemah tetap tak luput dari usahanya untuk kabur dari tempat mengerikan, kotor dan penuh tikus hingga kecoa. Lea bahkan sempat merasa sedikit kesulitan saat bangun, kakinya benar-benar tidak bisa menopang tubuhnya untuk saat ini, dia berusaha keras dengan menumpu kedua lututnya dan langsung duduk, lalu meraih besi karat berjenis tongkat itu dengan kedua kakinya yang masih terikat kencang, tersayat oleh tali membuat kakinya mengeluarkan sedikit cairan merah kental.

Srettt....

Setelah sekian lama ia menggeser posisi tongkat besi itu akhirnya sampai juga didekatnya, "Ukhh, dapat! tinggal menggesernya sedikit lagi" ucap dalam batin,yang sempat merasa senang.

Ia langsung menggeser sekali lagi tongkat besi yang berukuran tidak terlalu besar itu dari kakinya menuju tangannya. Ukurannya dari tongkat itu hanya seukuran tongkat pemukul base ball hanya saja lebih kecil.

Klangg... Ackhhh....

Rintihnya kesakitan hingga tongkat itu hampir bergeser menjauh, tapi langsung dipegang oleh tangan kirinya hingga tubuhnya tersungkur jatuh.

Clankk... Dukk...

Dirinya benar-benar letih dan wajahnya pun tampak terlihat pucat ingin pingsan, ia bangkit lagi untuk duduk didekat kasur. Lea langsung menggenggam besi dengan kuat dengan kedua tangannya dari belakang punggung dan menggesek-gesek tali secara bersamaan ditangannya itu dengan bagian besi yang berkarat secara berulang.

Srekk.... Srekkk.... Ctakk...

Akhirnya tali itu sedikit putus, Lea merasa senang dan melanjutkannya lagi sampai benar-benar terlepas . Setelah sebagian tali itu terlepas Lea langsung meregangkan paksa sampai tangannya bebas dan langsung membuka isolatip yang membekap mulutnya. sungguh membuatnya tersiksa, akhirnya dirinya bisa bernafas dengan lega.

"Bebas! Tapi gue ga boleh lengah, gue ga mau dijodohin dengan si brengsek itu" gumam kecil setelah membuka isolatip. Lea langsung mengatur napasnya yang tidak beraturan hingga memijat pelipisnya sejenak.

.

.

Sesaat kemudian setelah tenaga Lea mulai membaik, Lea juga langsung membuka ikatan tali dikakinya, ruangan yang gelap itu sempat membuatnya merasa kesulitan hingga dirinya baru ingat jika masih ada ponsel disakunya tapi sayangnya ia lupa mengisi daya diponselnya. Kecewa berat? pasti, belum lagi penerangan ponsel sangat dibutuhkan di situasinya saat ini.

"Sial, kenapa gue lupa ngecas hp gue sendiri? Tau gini harusnya gue cas dulu dari rumah" gumam Lea bermonolog, kesal sendiri dengan tindakan bodohnya hingga memukul-mukul kepala sendiri. Mau tidak mau dia harus meraba-raba kedua kakinya yang terikat kencang lalu perlahan tangannya mulai menggenggam tali yang mengikat kedua kakinya dan melepaskannya dengan pelan.

.

.

.

Setelah memakan banyak waktu akhirnya terlepas, Lea langsung bangkit berdiri dengan tertatih-tatih memegangi besi yang sedikit melengkung di kasur sebagai pegangannya.

Sesaat Lea menghela napas pelan, "Syukurlah, tapi pintu itu sepertinya dikunci, pakai tendangan beladiri juga mustahil rasanya dengan tenagaku yang sudah lemah ini, belum kakiku juga udah mati rasa begini"batin Lea sembari melihat kedua tangannya sendiri hingga kakinya yang sudah berlumur darah , dia lalu berpikir sejenak.

***

Ditempat lain. Adrian masih berada disebuah Kafe terkenal di Jakarta, dia datang sendirian hanya untuk memesan minuman jus tapi minuman itu tak kunjung disentuh olehnya sedari tadi, niat awalnya ke kafe untuk menjernihkan pikirannya tapi kenyataannya malah bertambah parah. Adrian masih memikirkan janji mereka padanya, ia menunduk sejenak dikarenakan masih sulit berpikir. Sudah lebih dari dua kali ia menghela napas hingga tiba-tiba saja ponsel didekatnya bergetar.

Drttt....

Pandangannya kini tertuju pada ponsel yang bergetar, "Zana..? Tumben Zana yang menghubungiku bukannya Lea" alisnya berkedut setengah heran dan langsung diangkatnya panggilan itu untuk menyapa, tetapi justru yang ia dengar hanyalah suara cemas dari Zana.

"Heii, Zan. Ada apa ya? kok kamu kek cemas gitu suaramu" tanya Adrian yang masih mengerutkan kening. Mendengarnya Zana langsung mengatur napas dan air matanya yang sudah tidak tertahankan akibat terkejut setelah mengetahui sesuatu hal buruk tentang Lea.

"Adrian, apa kau bersama Lea sekarang? " belum sempat menjawab pertanyaan tadi Zana langsung bertanya balik.

"Nggak, Zan. Dia tidak bersamaku sekarang, memang ada apa? "

"Lea,,, Menghilang karena diculik, kupikir dia sekarang sedang bersamamu " ucap Zana pelan dengan suara yang terdengar serak.

"Diculik...?! Maksud Lo apa, Zan?" ungkap Adrian tiba-tiba, dengan spontan secara tidak langsung. Zana mengangguk dan menjelaskan semuanya kepada Adrian secara singkat dan jelas.

Setelah mendengarkan semua penjelasan tadi, Adrian merasa cemas sampai menebak-nebak pikirannya jika Lea dibawa paksa kerumah oleh orang tua kandungnya hanya karena masalah perjodohan , Adrian sudah mengetahui bahwa hubungan Lea dan ayahnya jauh dari kata akur karena Lea selalu menceritakan seluruh masalah kepada sahabatnya, Lea juga sudah percaya sepenuhnya pada Adrian. Bahkan sorotan mata Lea saat bercerita pun tampak terlihat gusar dengan tatapan kosong.

"Maaf Zan, aku harus pergi ke suatu tempat, bye! " ucap nya singkat langsung memutuskan percakapan sepihak membuat Zana heran hingga berkedip. Sebatas khawatir dengan keadaan sahabatnya itu, Adrian langsung menaruh uang diatas meja, "Pelayan!"

pelayan itu menyaut dan menoleh dari arah lain saat dipanggil, "Iya ada apa? "

"Aku taruh uangnya disini, maaf jika makanannya masih tersisa karna aku sedang ada urusan mendadak" katanya lalu beranjak dari kursinya seraya membenarkan jaket dan langsung pergi tergesa-gesa menuju mobil yang terpakir diluar.

Pelayan itu hanya mengerjapkan matanya sekilas, "Ba-baik, tuan. tidak masalah anda tidak harus segera menghabiskannya sekarang tapi sepertinya memang sedang ada kesibukan mendadak" ucap pelayan seraya menghembuskan napas, lalu segera ia berjalan kebangku Adrian yang sudah kosong, ia langsung mengutip beberapa makanan yang masih terlihat utuh.

"Haiss... sayang banget kalo di buang, padahal dark chocolate nya enak banget loh~ mending kuambil aja lagipula dia sudah membayarnya" gumam kecil.

sampai diluar. Adrian langsung berjalan cepat berjalan cepat kearah mobil didepannya sembari menghubungi seseorang lewat panggilan misterius.

"Hmm, jika memang benar itu bawahan tuan Kenichi tebakanku tidak salah seharusnya, Lea bertahanlah" ungkapnya mendecak, langsung mengemudi dengan kecepatan tinggi menuju mansion milik orang tua Lea.

.

.

.

Sesaat di ruangan bawah tanah, mau tak mau Lea harus menghancurkan pintu dengan tendangannya sendiri . Dia tidak mau terlibat dengan perjodohan menyiksa. Mengatur napas dan perlahan dirinya mengambil kuda-kuda didepan pintu, ia sudah tak punya banyak waktu lagi biarpun tenaganya belum sepenuhnya pulih saat ini, bahkan kedua kakinya masih mengeluarkan cairan merah yang kental.

"Fuhh tenanglah, aku harus tenang" saat ditendang mendadak.

Brakkk....

Pintu itu hancur sampai membuat beberapa penjaga teralihkan dan langsung berlari memeriksanya cepat. Sampai ditempat kedua penjaga itu merasa heran dan langsung melaporkannya pada atasan tapi seketika dirinya kalang kabut dari arah belakang diam-diam Lea memukul kepala kedua penjaga itu dengan besi karat tadi sampai pingsan.

Ukhh... Brakkk..

Dukk...

Aaakkhhh....

Teriakan lantang dari penjaga, Lea membekap mulut mereka dan mengikatnya guna untuk menghentikan kejarannya saat mereka sadar. "Baguslah. Seharusnya mereka tidak akan bangun" ungkap Lea seraya mengusap kedua tangannya yang tampak kotor penuh debu.

"Aku harus kabur dari sini secepat nya! " ungkap Lea, dia langsung berlari keluar dari ruangan bawah tanah hingga dirinya sampai di area kebun mansion.

Haahh... Haahh...

"Ukh, aku baru tau ada kebun dimansion ini tapi baguslah, kesempatan kabur! tunggu. Dengan penampilan seperti ini pasti akan mudah tertangkap " pikirnya dan seketika mendadak sebuah ide cemerlang langsung keluar saat melihat beberapa pelayan dari jauh. Diam-diam Lea langsung menyambut satu orang pelayan yang lewat pingsan dengan teknik memukul diarea leher lalu mengambil bajunya untuk penyamaran.

Setelah memakai baju pelayan tadi di area semak-semak perkebunan, Lea keluar seraya memakai bando pelayan. "Uhm, nice, waktunya penyamaran. Ehh-- " setelah menelisik baju seketika pandangannya terpusat pada pintu keluar area belakang dikebun. Melihat sedikit celah, Lea mulai tersenyum berbinar.

"Nice sekali. Akhirnya Tuhan berpihak padaku, terimakasih Tuhan!" dalam hati senang kegirangan. Tapi dirinya merasa tertekan kecewa melihat ayahnya, Kenichi yang duduk didepan di kursi santai dekat dengan pintu keluar itu.

"Ahh sialan, kenapa si brengsek itu disitu sih?! Idih banget , aku tarik kata-kataku sebelumnya" ketus Lea membatin, Lea berpura-pura menjadi pelayan dengan memakai kacamata pelayan tadi hingga rambut gelombangnya yang berwarna jingga kekuningan diikat kuncir kuda.

"Dasar Kamprett!!" gerutu dengan kesal.

Mulai berbalik arah dan berjalan kearah dapur tapi seketika pandangan Kenichi terpusat pada Lea yang menyamar menjadi pelayan dan memberikan titah padanya untuk membuatkan beberapa jus kesukaannya.

"Baiklah, tuan. Saya akan membuatkan minuman kesukaan anda sekarang " sahutnya profesional tapi tidak dalam hatinya yang terus mengutuk pria paruh baya didepannya saat ini.

"Ya, cepatlah waktumu untuk membuat minuman tidak lama, jika lama aku akan memotong sebagian besar gaji mu! Cepat dan jangan mengulur waktu yang sangat berharga!" titahnya tegas menyuruh pelayan itu pergi ke dapur.

Tapi sebelum Lea yang menjadi pelayan itu pergi dia tak sengaja mendengarkan pembicaraan laporan dari asisten Kenichi .

"Tuan besar, ada laporan bahwa nona Lea menghilang dari ruangan bawah tanah. Saat itu saya sedang keruangan untuk melihat keadaan sekitar tapi yang kulihat justru beberapa bawahan yang terlihat pingsan diikat dan pintu yang rusak parah, tuan! tunggu apa jangan-jangan.... wanita itu berhasil kabur?" pekik dari asisten membuat Kenichi terkejut bak tersambar petir disiang bolong sementara Lea yang masih menjadi pelayan itu langsung diam-diam pergi ke dapur dengan terburu-buru.

Kenichi tak habis pikir dengan putrinya yang keras kepala itu, dengan tegas ia spontan langsung memberikan titah untuk mencari keberadaan Lea dimansion ini karena baginya Lea masih berada disekitar area mansion.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!