Setelah Ray masuk kedalam ruangan kamar pasien yang ditempati Lea.
Raymond melihat sejenak wajah Lea yang saat ini tengah dalam keadaan belum tersadarkan diri. Ia masih tertidur berbalut baju tidur pasien dan selang infus yang ditempelkan pada tangan hingga beberapa perban yang membalut dirinya di area kepala, tangan, kaki dan beberapa bagian tubuh terluka lainnya.
Sekilas Raymond memandanginya dengan sedikit khawatir hingga alisnya turun, ia lalu menarik kursinya untuk duduk tepat disamping tempat tidur pasien dan menatap Lea dari dekat dengan cemas. Ia menggumamkan perkataan sambil menyentuh dahi Lea.
"cepatlah sadar, Manager kecil. Sekalipun kita baru bertemu dan baru saling mengenal satu sama lain, tapi aku ingin kamu menceritakan sedikit saja apa yang sudah terjadi padamu sampai saat ini" ucap Raymond dengan sedikit tersenyum pahit.
Raymond menghela napas panjang dan mulai menarik tangannya kembali, "Apa yang terjadi padaku sebenarnya?"keluh Raymond saat tersadar dengan yang ia lakukan selama ini pada wanita terbaring didepannya, ia sampai mengkatup wajahnya dengan telapak tangan, ia terus menerus merasakan perasaan yang begitu janggal, lalu dirinya melirik gadis itu sekali lagi menatapnya lekat-lekat dan menggumamkan perkataan dengan pelan bertabrakan dengan kesunyian dari ruangan,"Heyy. Dengarlah, aku hanya ingin tahu apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa aku terus merasa tidak asing saat melihat wajahmu?"
Raymond terus menerus mendesah sejenak pada saat sebuah ingatan aneh terus muncul mendadak dikepalanya saat menatap wajah Lea tadi, Ray mengingat akan dirinya dibar bertemu seorang gadis namun ia tidak dapat mengingat kelanjutan dari ingatannya itu. Huh, benar-benar gadis yang aneh! batin Ray.
Ukhh... Dirinya sampai melihat langit-langit kamar dengan alis mengkerut tajam, "Astaga, sebenarnya siapa dia? Mengapa manager kecil itu benar-benar mirip dengannya?" ucap Raymond sedikit risih lalu menekankan kedua alisnya bersamaan. Detik pun berlalu, Ray mulai bangkit berdiri dari kursinya membuang napasnya dengan kasar, tapi ia tidak tega meninggalkan gadis itu sendirian saat ia melihatnya tidak tersadarkan diri dengan pandangan lesu. Perlahan ia mengambil ponsel androidnya, dan menelpon sang asisten yang saat ini berada diluar ruangan.
"Will, aku butuh bantuan mu sekarang!"
"Iya. Ada apa tuan muda menelpon saya?" Balas Will.
"Will, pergilah ke minimarket atau swalayan terdekat sekarang dan belikan beberapa makanan yang biasanya dimakan oleh orang sakit," titah Ray karna dia belum ada pengalaman apapun dalam menjenguk seseorang.
"Tuan,bukankah orang sakit tuh makanannya dari rumah sakit ya?" tanya Will.
"Sudahlah, patuhi saja. Kau mau aku potong gaji bulanan mu atau tidak?" sahut Raymond dengan mimik datar.
"Eehh... b-baik, baik, baik, tuan saya akan menurut sekarang! tapi tolong jangan potong gaji saya... hiks," ucap Will sedikit gelagapan, seketika langsung peka dan menurut, "hahh,,,kenapa harus selalu aku yang selalu kena, apa salahku, apa dosaku, hidupku dirundung atasan ku," ucap Will pasrah dalam hati.
hmm,,, Raymond menarik senyum tipis perlahan, "Baiklah, kalau begitu cepatlah. Aku tidak punya banyak waktu untuk terus berada dirumah sakit ini sekarang. Oh ya, sepertinya saat ini aku harus menginap sehari untuk menemani 'dia',"
Belum sempat berkata tapi sudah terpotong oleh Will yang berkerut penasaran, "Dia..? Siapa orang yang Anda maksut,tuan? Apa gadis Manager itu?"
"Ya, siapa lagi gadis lain yang terluka selain dia?" ucap ray dengan dingin , membuat Will bungkam kehilangan kata.
"Eh.. ti-tidak tuan, lanjutkan pembicaraanmu yang belum selesai tadi," kata Will sembari menarik senyuman penuh keringat. Raymond hanya menggapinya dengan dingin.
"Kau kenapa?"
"Ti-tidak, tuan," balas Will cepat.
"Baiklah kalau begitu, segera antarkan setengah dari pakaian ku yang ada di Walk in closet dikediaman ku sekarang. Entah sampai kapan aku harus menunggu wanita ini sadar, tapi jangan lupa untuk pergi sekalian ke butik pakaian langganan, beli semua pakaian wanita yang ada disana," ujar Raymond yang sesekali melirik kearah Lea yang masih terbaring diatas hospital bed.
"Baiklah, tuan. Tapi untuk siapa pakaian wanita?" tanya Will masih linglung dengan perkataannya membuat Raymond menepuk jidat frustasi.
"Untuk siapa? Jangan bercanda, kau ingin aku memotong 80% setengah dari gajimu?" ucap Ray dengan sedikit penekanan.
uhukkk... mendadak muntah darah, "tuan muda jangan gitu, dong, saya hanya bercanda saja, Hahahaha" kata Will dengan tawa sumbang mengibaskan satu tangannya ke atas.
"Tuan muda Raymond benar-benar lebih menakutkan dibandingkan sepupunya yang baru saja lulus Universitas, Tuan Alexander. Mereka sama-sama memiliki kepribadian yang sulit ditebak, jika mereka saling dipertemukan mungkin akan ada perang dingin antar kubu yang tidak akan terselesaikan diantara keduanya,,, merinding sekali, astaga," ucap Will dalam hati.
Hmm... aura yang ditekan mulai terlepas, "Kalau begitu jalankan perintahku sekarang, Will. Jangan membuang waktu berharga ku, aku tidak punya banyak waktu untuk membahas hal-hal yang tidak berguna," ucap Ray seketika memutuskan sambungannya sepihak.
Drapp... Will hanya menghembuskan napasnya dengan pelan, "Baik, tuan muda. Aihh pekerjaanku bertubi-tubi. Baru aja pengen nyantai dah dikasih pekerjaan baru aja sama tuan muda," keluhnya dalam hati.
Setelah pembicaraan itu berakhir sesingkat-singkatnya, Will langsung menghubungi Miss Joanna [Pemilik toko butik terkenal di seluruh dunia langganan Raymond]. Seraya melangkahkan kaki menuju pintu luar, Will menaruh benda pipih itu di telinganya sekali lagi.
"Ya, halo. Dari butik Flower O'sgwerd dan saya Miss Joanna pemilik toko, apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Miss Joanna seraya mengapit ponsel pada pundak dan lanjut melukiskan kuku-kuku cantik nya.
"Halo Miss Joanna, lama tidak bertemu!" balas Will dari kejauhan membuat Miss Joanna membulatkan matanya perlahan hingga membentuk senyum yang cerah merekah, tentu saja karna senyum yang cerah dan ramah itu hanya diperuntukan kepada pelanggan VVIP kelas atas saja termasuk Raymond sang pangeran pewaris satu-satunya di istana kerajaan Inggris.
"Ya, halo juga Will. ekhem... tumben Anda menghubungi saya, apa ada yang bisa saya bantu?" balas antusias langsung.
"Ah, ya nyonya, Sekarang saya sudah berada diluar ruangan tepatnya luar rumah sakit sekarang . Begini, Anda siapkan beberapa pakaian wanita nanti saya akan menyusul sekalian kesana. Untuk dana saya akan transfer ke rekening Anda!" sahut Will dengan ramah, ia sudah berjalan hingga keluar dari ruangan resepsionis rumah sakit dan mulai masuk kedalam mobil khusus asisten.
"Eeehh... B-baiklah, tuan asisten. Tunggu bagaimana dengan ukurannya? lalu anda berada dirumah sakit? apa tuan muda sedang sakit?"Miss Joanna langsung bertanya gercep membuat Will menghentikan aksi mematikan sambungan.
Will langsung mengalihkan topik dengan senyum tipis, " Bu-bukan tuan muda yang sakit tapi adik tuan muda" ucapnya dusta.
"Ouh, iyakah? aku baru tau jika tuan muda memiliki adik perempuan tapi aku merasa kasihan, sudah berapa lama dia dirumah sakit?" tanya Miss dengan sendu. Will merasa tidak enak, sejanak ia menghela napas pelan.
"Benar, adiknya baru saja masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas dipertigaan" ujar Will dengan senyum tipis.
"Astaga, bagaimana keadaannya? apa dia baik-baik aja? ada terluka ga?"
Will menggeleng dari kejauhan, "Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Miss, biarpun dia terluka dia akan sembuh setelah mendapatkan pengobatan"
Miss Joanna turut prihatin namun ia sedikit merasa lega, ia tersenyum tipis, "Baiklah, hmm bagaimana dengan ukuran pakaian?" balik ketopik utama seraya mengambil beberapa berkas didepannya dengan hati-hati.
"Ehm, tunggu apa maksut dari Ukuran?"
"Iya, ukuran dari adik tuan Raymond yang akan memakai pakaian itu? Jarang sekali atasanmu itu bersama adiknya... rasanya seperti melihat mereka reuni keluarga bersama... " antusias Miss Joanna membuat Will tersenyum kecut.
"Ya begitulah, mereka memang seperti sedang reuni, tapi reuni dirumah sakit~ hahaha, langsung ke intinya ukuran pakaian adiknya Anda sesuaikan saja dengan ukuran pakaian wanita dewasa lain yang bertubuh kurus dan tinggi sekitar 153-159 cm," jawab Will seadanya dengan tebakan nyelenehnya lagi tapi hatinya malah merasa tidak yakin. "Mau bagaimana lagi. Ini adalah salah satu hasil pengamatan super ku. Jadi sudah pasti benar! biarpun perbandingannya sedikit sekali, hahh... semoga saja tuan muda merasa tidak keberatan dengan ukurannya. maaf, saya hanya menebak bukan peramal" ujar Will dalam hati dan menunduk pasrah.
"Ehh... kok disamain dengan pakaian wanita lain? memangnya tuan muda baru pertama kali bertemu dengan adiknya kah?" tanya Miss Joanna lagi.
"Ya, begitulah terkadang tuan muda memiliki banyak kesibukan sampai tidak pernah mengunjungi adiknya sendiri... " ucap dengan yakin, namun hatinya merasa sedikit bersalah, Miss Joanna hanya terdiam dan memutuskan sambungannya, "Sudah berapa banyak dosaku, Lagi-lagi aku berbohong, maaf Miss saya terpaksa melakukan ini, jika tidak pasti anda akan salah paham" batin Will sembari menutup telpon.
***
Di dalam suatu ruangan kantor seorang dokter forensik yang sangat terkenal, ruangan itu adalah milik Damian. Seorang pria yang tak asing lagi namanya duduk di kursi kantor tengah melihat lembaran berkas-berkas map, pandangannya begitu fokus, tenang, dan jeli pada map sampai sebuah notif pesan dari benda pipih disampingnya itu membuyarkan kefokusannya.
'Tuan Damian. masih ingat saya,sekarang silahkan Anda melihat kearah samping dibalik tirai yang menutupi jendela kantor Anda. sedikit catatan, jangan sebarkan apa yang Anda lihat dan dengar jika Anda masih ingin ada kehidupan dihari esok'
Sejenak Damian langsung mematikan ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments