Kami berjalan keluar ruangan putih itu, dan langsung disambut oleh beberapa penjaga yang mencegah kami. Tapi, Dewi segera mengangkat tangan, dan membuat para penjaga mundur, mempersilahkan kami.
Seorang penjaga wanita dan pria datang ke arah kami, dan menjadi pemandu. Aku yakin mereka bukanlah penjaga biasa, dan pangkatnya sudah tinggi.
Namanya Rina, dan yang pria adalah Gilbert. Dan seperti yang aku duga, mereka memiliki jabatan yang tinggi sebagai penjaga kerajaan.
Gilbert sebagai kapten seluruh divisi, dan Rina wakil dari divisi wanita. Aku yakin mereka adalah orang yang baik dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan meraka. Tapi apakah mereka dapat bekerja sama dengan kami, itu masih dipertanyakan.
Sesaat ketika kami berkenalan dengan Gilbert dan Rina, Dewi menghilang. Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia menyerahkan kita pada Gilbert dan Rina untuk membimbing kami.
Itu membuat kita bisa berbincang sesaat dengan mereka berdua. Yahh, aku bilang kami, tapi itu adalah Shia dan Leon kebanyakan.
"Yahh, sebenarnya kami memang sedikit menentang ide ini, karena ini adalah tindakan yang agak tidak manusiawi. Oleh karena itu, Dewi Atla juga keberatan melakukannya." Rina mulai memberi pengertian.
"Tapi tampaknya Dewi Atla melihat berapa mengerikannya medan perang, dan sosok menyedihkan kami yang lemah saat berperang. Mungkin itu membuat Dewi harus menanggung beban untuk memanggil kalian semua." tambah Gilbert.
Gilbert tersenyum pelan, sambil menatap kami semua. Di dalam matanya juga tergambar sebuah tekad, mungkin untuk kami semua.
"Bukan seperti Dewi Atla mengorbankan kalian. Tapi, Dewi percaya dengan kekuatan kalian semua akan membantu kami melewati krisis dunia ini!" sambungnya dengan senang.
Itu adalah motivasi yang luar biasa dari mereka berdua, aku tampaknya mengerti kenapa Dewi menyerahkan kami pada mereka berdua.
Semua orang saking menatap, dan kemudian tersenyum.
"Yahh, jika memang seperti itu, pasti kami sangat kuat, bukan? Baiklah kalau begitu." jawab Leon dengan percaya diri.
"Kalau Leon berkata begitu, maka semua akan baik baik saja!" tambah Miyami dengan wajah bersemangat.
Dan bersamaan dengan itu, kami dihadapkan dengan pintu besar, tampak seperti sebuah gerbang yang memisahkan kami dengan ruangan yang sangat penting di depan sana.
"Kita akan masuk." ucap Gilbert sambil menarik nafas. Dan jujur saja, aku sendiri juga tidak bisa tidak menahan nafas karena tegang disini.
"Rombongan para Pahlawan telah tiba!!" teriak Gilbert, yang diikuti dengan membukanya pintu gerbang besar itu sambil diiringi sebuah musik. Terlihat karpet merah digelar di jalan yang akan kami lewati, menuju ke sebuah tempat dengan tangga dan singgasana indah di hadapan kami.
Ruangan itu sangat besar, dengan interior yang megah pula. Banyak cahaya matahari yang masuk melalui jendela jendela kaca yang tampak mahal. Tidak hanya itu, ornamen ornamen yang digantung di langit langit dan ditempel di dinding juga menambah kesan luar biasa.
Tapi, bagaimana mengatakannya.... Itu terlalu banyak elemen Dewi disini. Sepertinya mereka semua adalah orang yang sangat mengagung-agungkan Dewi... Aku harus berhati hati.
Banyak orang di pinggir jalan kami, sepertinya para mentri dan petinggi kerajaan.
Di tujuan kami, ada 2 singgasana besar. Satu diduduki oleh seorang laki laki yang sudah tampak tua dengan mahkota di kepalanya, dan satu lagi lebih besar diduduki oleh Dewi Atla.
Dan jujur saja, setelah melihat ekspresi mata Dewi Atla tadi, penilaian ku padanya sedikit turun, dan aku sedikit menduga bahwa Raja yang ada di hadapan kami hanyalah Raja boneka, dan yang mengendalikan semuanya di belakang adalah Dewi Atla itu sendiri.
Ups! Jangan begitu, jangan begitu! Aku belum tahu kalau kalau Dewi itu punya kemampuan membaca pikiran!!
"Selamat datang, orang orang yang dianggap pahlawan. Kalau kau semua bisa berasa di sini, berarti kalian kuat, bukan? Pergi kalian kalahkan Raja Iblis!" kata Raja itu ketika kami sampai di depan singgasana.
Ahh, itu tidak terdengar seperti sambutan bagiku, dan bahkan lebih terdengar seperti cemoohan. Dan bukan hanya aku, hampir semua mengubah ekspresi mereka menjadi tidak senang.
"Apa apan sikap itu? Bukankah kalian yang seenaknya memanggil kami? Kenapa kami terlihat seperti berada di bawah kau?!!" sanggah Miyami cepat.
Itu adalah kata kata yang kasar untuk mengatakannya, tapi kami semua setuju dengan itu.
"B-Bajingan ini... HEI KALIAN PARA PENJAGA!! CEPAT TANGKAP DAN PENGGAL KEPALA ORANG BODOH ITU!! ANTARKAN KEPALANYA PADA-"
"Mohon maaf akan kekasaran mereka, Yang Mulia. Memang benar bahwa kita yang memanggil mereka, dan sudah sepantasnya kita memperlakukan mereka lebih baik. Dan yang memanggil mereka juga saya. Berarti saya yang harus bertanggung jawab tentang ini." kata Dewi Atla cepat, menyela.
Banyak orang yang terperangah, dan berwajah sulit. Mungkin karena Dewi yang mereka sembah meminta maaf untuk kami.
"T-tidak tidak! Ada sedikit masalah, tapi akan baik jika kita mendapat penjelasan sekarang." jawab Shia cepat.
Dia pasti mengerti keadaan kita sekarang, dan segera menjawab dengan formal.
?!!
Apa itu tadi?!!
Tidak, bukan sosok Shia yang bisa cepat tanggap keadaan! Aku sedang membicarakan sebuah perasaan kejam mengerikan yang aku rasakan hanya dalam beberapa detik!
Itu adalah perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan sebelumnya, sebuah sifat jahat yang ada dalam diri manusia, keinginan membunuh.
Aku melihat sekeliling, dan tidak menemukan apapun. Aku juga mencurigai Raja, tapi tampaknya dia adalah sosok yang sedang diintimidasi. Dengan kata lain, perasaan ini berasal dari Dewi Atla?!!
Perasaan merinding ku kembali bertambah!
"Baiklah. Mungkin tidak perlu berlama lama. Jadi, saya ingin mengukur kekuatan kalian semua. Dengan kata lain, kita akan melihat siapa pahlawan sebenarnya." ucap Dewi seraya tersenyum.
"Siapa pahlawan sebenarnya?" tanyaku pelan. Aku tidak bisa tidak merinding ketika melihat senyum Dewi. Aku yakin, sesuatu hal yang buruk sepertinya akan terjadi.
Tanpa ada yang menjawab, seorang wanita dengan tudung dan pakaian putih berjalan masuk di antara kami. Beberapa laki laki yang ada di depan segera berjaga, siapa tahu ada yang terjadi.
Tapi, perempuan tadi tidak peduli, dan hanya berjalan tenang, sambil membawa sebuah bola di tangannya. Bola kaca itu lantas ditaruh di sebuah wadah, dan dia menunduk dan pergi kembali ke tempatnya.
"Seperti yang kalian ketahui, disana ada sebuah bola kaca. Apa fungsinya? Itu untuk melihat status kalian." jelas Dewi.
Ruangan sedikit bising ketika itu dikatakan. Beberapa orang saling memandang dan bertanya, tampak bingung.
"Semua orang akan menyentuh bola itu, dan hasilnya akan ditunjukkan di papan yang ada di sana. Kami akan mengelompokkan kalian semua dari sana. Dan, saya sarankan untuk berdoa." kata Dewi dengan senyum di wajahnya.
Ini terdengar mengada ada, dan semua orang saling berpandangan tidak percaya. Tapi, ini sudah kupastikan dan benar adanya.
Semua orang punya status di dunia ini. Aku bahkan bisa melihat kemampuanku sendiri dan sekelasku. Aku bisa menyebut ini [Appraisal] atau penilaian.
Kemampuan ini bisa digunakan untuk orang dengan level dan kekuatan yang sama, atau yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Sebagai contoh, aku sempat mencoba menilai Gilbert dan Rina. Tapi hasilnya menampilkan Error dan membuatku tidak bisa melihat status mereka.
Aku sedikit menantikan ini.
"B-baiklah. Kalau begitu. Aku akan menjadi yang pertama. Setelah itu, Amano Kitaka, tolong maju kedepan." kata Bu Leona dengan tegas. Dia mungkin memang agak keras, tapi dia benar benar menyayangi muridnya. Yahh, tipe tipe guru yang sulit bergaul....
Baiklah. Bagaimana itu bekerja? Aku tidak mengerti, tapi ketika Bu Leona menyentuh bola kaca itu, bola itu bersinar. Dan entah bagaimana, tiba tiba muncul beberapa angka di papan yang sempat dijelaskan.
Status:
Nama: Leona Anataka
Ras: High Human
Title: -
Class: Semi-Mage
HP: 75
MP: 20(A)
ATT: 7 (B)
AGI: 5 (C)
DEF: 2 (C)
INT: 5 (B)
RANK: B
Humm? Apa itu? Kenapa huruf huruf A, B, dan C muncul di sana? Saat aku menilai Bu Leona, itu tidak muncul.... Yahh, mungkin itu perbedaan nya, kah? Hanya saja, angka angka itu tetap sama.
Tapi, itu sangat kecil. Aku ingin tahu apakah standar dunia ini memang kecil. Karena, aku melihat milikku bahkan lebih kecil dari punya Bu Leona. Dan seperti yang aku duga, HP dan MP untuk nyawa dan kemampuan sihir, sedangkan ATT, AGI, DEF, dan INT secara berurutan adalah Attack, agility, defense, dan intelegency.
"Humm. Cukup baik. Kemarilah.." sambut sang Dewi.
Setelah dari sana, murid absen pertama, maju untuk dinilai. Amano Kitaka, seorang wanita dengan stat yang tinggi di bagian MP, dan ATT, serta INT yang tinggi. Tapi, ada keseimbangan yaitu DEF dan AGI, serta HP nya sangat rendah.
Dia jelas adalah seorang pure mage, dengan rank yang sama, Rank B.
Dan dari sana semua berjalan lancar, ada beberapa Rank C yang muncul, dan belum ada yang lebih baik muncul lagi. Beberapa class juga bermunculan, seperti Tank, Fighter, Assasin, Magic Fighter, dan lain lain. Ini benar benar membingungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments