"Sayang, Ibu masuk rumah sakit," berita Yazid pada Heliza yang kini sedang mencuci wajahnya dengan face tonic.
"Terus maksudnya kita gimana, Kak? Kita pulang dan nengok Ibu ke RS?" tanya Heliza tanpa rasa khawatir.
"Besok pagi kita langsung ke RS ya," ujar Yazid yang diangguki Heliza.
Besoknya pagi sekali Yazid dan Heliza berpamitan pada kedua orang tua Heliza. Sebetulnya Heliza sedikit keberatan pulang terlalu pagi. Minimal sarapan dulu baru pulang. Itu maunya Heliza. Akhirnya merekapun pulang pagi dengan rasa was-was yang bergelayut di dalam dada Yazid. Sedangkan Heliza di dalam hatinya menyimpan kesal pada Yazid.
Tiba di rumah, Yazid segera menyiapkan diri untuk pergi ke RS menengok Ibunya. Heliza masih duduk santai di meja makan setelah tadi dia menyeduh teh lemon untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa dingin.
"Sayang, apakah kamu tidak akan ikut jenguk Ibu?" tanya Yazid seraya menghampiri Heliza yang tengah minum teh lemon dengan santai.
Heliza tidak menjawab, dia masih meneguk teh lemonnya. Yazid tersenyum hambar dengan sikap Heliza yang masih belum bisa memaafkan Ibunya.
"Kamu saja dulu Kak. Aku nanti pas Ibu sudah pulang saja," jawab Heliza membuat Yazid dilanda kecewa.
"Ya sudah kalau begitu aku berangkat sekarang, ya," pamit Yazid dengan perasaan yang berkecamuk, antara kecewa dan kesal. Dengan segera Yazid menghidupkan mesin motornya dan berlalu.
Saat Heliza berbalik, motor Yazid sudah menghilang, padahal dia mau pesan sesuatu. "Duhhh, Kak Yazid ini. Padahal aku ingin pesan makanan," gumannya menyesal karena Yazid sudah pergi. Lantas Heliza mengirimkan pesan WA pada Yazid.
"Kak, nanti pas pulang dari RS, tolong mampir ke kedai pengkolan, ya. Belikan rujak dan seblak!" pesannya terkirim. Meskipun Heliza bukan orang hamil, namun ia suka makan rujak dan yang segar lainnya.
Yazid tiba di RS tepat di ruang rawat Bunga Mawar. Di situ Bu Aryani di rawat. Bu Aryani punya riwayat penyakit jantung. Entah kenapa penyakit jantungnya kini kambuh lagi, padahal sudah enam tahun yang lalu penyakitnya tidak pernah kambuh lagi.
"Bu, bagaimana? Sudah terasa baikan sekarang?" Yazid menghampiri Bu Aryani yang kini terbaring dengan selang infus. Menyalami tangan dan menciumnya. Bu Aryani tersenyum bahagia melihat Yazid datang sembari masih melihat ke arah belakang Yazid. Mungkin Bu Aryani mengharapkan Heliza menantunya datang, namun nihil.
"Ibumu sudah mendingan, sakit di dadanya sudah tidak terasa lagi. Sekarang tinggal menunggu tensinya normal kembali. Besok kata Dokter sudah bisa pulang jika tensi darahnya sudah normal," ujar Pak Angga menceritakan kondisi istrinya.
Pak Angga yang sejak kemarin menunggui istrinya dengan setia, kemarin sempat berdua dengan anak perempuannya Kiana, berhubung Kiana ada panggilan kerja, Kiana pulang lebih dulu.
"Istrimu tidak datang?" tanya Pak Angga melihat ke seluruh ruangan.
"Tidak, Pak. Tadi habis pulang dari rumah orang tuanya sepertinya Heliza sedikit masuk angin," jawab Yazid memberi alasan, padahal setahunya Heliza baik-baik saja.
"Ohhh ya sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula Ibumu sudah agak mendingan. Besok kata Dokter sudah boleh pulang," ucap Pak Angga dengan raut wajah yang sedikit terselip lega.
"Alhamdulillah dong, Pak," seru Yazid senang.
Siangnya tepat setelah Lohor, Yazid terpaksa harus pulang walaupun hatinya masih ingin di sini.
"Zid, pulanglah ini sudah siang. Di RS kan sudah ada Bapak yang nungguin. Pulanglah istrimu pasti sedang menunggu," desak Bu Aryani menyuruh Yazid pulang. Yazid mendongak sebetulnya dia berat hati, namun melihat kondisi ibunya yang sudah mendingan, akhirnya Yazid pamit pulang.
"Kalau begitu Yazid pulang, ya, Bu, Pak," pamit Yazid menyalami Bu Aryani dengan penuh rasa sayang juga menyalami Pak Angga. Pak Angga mengikuti Yazid mengantar kepulangan anaknya.
"Zid, jangan terlalu pikirkan Ibumu, kan di sini ada Bapak. Kalian masih pengantin baru, pandai-pandailah raih hati istrimu. Jangan membuat istrimu berpikir bahwa kamu lebih mentingin keluargamu," nasihat Pak Angga sebelum Yazid pergi. Yazid sejenak diam untuk mencerna ucapan bapaknya barusan.
"Yazid paham, Pak. Ibu dan Heliza penting bagi Yazid, tapi Ibu juga lebih penting," tukas Yazid.
"Bapak tahu, Zid. Tapi sekarang kamu punya istri yang juga harus jamu jaga perasaannya. Kalau masalah Ibumu, masih ada Bapak dan adik-adikmu. Sekarang pulanglah, baik-baik dengan istrimu, ya," ucap Pak Angga sedikit menasehati Yazid. Pak Angga setidaknya paham sikap menantunya Heliza, yang masih belum melupakan masa lalunya yang tersakiti oleh sikapnya dan istrinya.
"Kalau begitu Yazid pulang, ya, Pak. Assalamualakum." Yazid pamit diiringi lambaian dari Pak Angga.
"Waalaikumsalam," balas Pak Angga seraya masuk kembali ke dalam ruang rawat istrinya.
Tiba di rumah, Yazid sudah mendapati Heliza yang menyambutnya. Sudah cantik dengan balutan dress selutut. Yazid tahu Heliza pasti sudah mandi dan sholat Lohor kalau cantik begini. Saat libur bekeja, Heliza memang biasa mandi siang menjelang Lohor.
"Assalamualaikum!" salam Yazid yang langsung disambut Heliza dengan senyum dan cinta. Sebetulnya keadaan Heliza yang cantik dan penuh sambutan ini membuat Yazid gemas dan ingin memeluknya, namun karena sikap Heliza yang seakan tidak peduli dengan Ibunya, Yazid sedikit kecewa.
"Waalaikumsalam," jawab Heliza sembari meraih tangan Yazid dan membawanya ke dalam.
"Mana seblak sama rujaknya, Kak?" tanya Heliza sembari membawa tubuh Yazid duduk di meja makan. Yazid sudah tahu Heliza pasti mempersilahkan makan, karena ini jam makan siang seperti biasanya kalau libur di rumah.
"Seblak dan rujak! Kapan kamu pesannya, Sayang?" heran Yazid sembari menatap Heliza.
"Aku sudah WA Kakak, masa Kakak nggak baca?"
"Aduhhh, seharian di RS aku nggak buka HP. Tadi ngobrol sama Ibu dan Bapak, lalu saat Ibu sudah tidur, aku keterusan ngobrol menemani Bapak sampai Lohor," tukasnya memberi alasan. Heliza yang mendengar itu, langsung merengut dan sedih.
"Ya ampun Kak, masa seharian Kakak nggak sempat buka HP. Tega sekali Kakak ini. Giliran dari atasan saja cepatnya minta ampun." Heliza merajuk, mukanya berubah muram dan sedih.
"Lupa Sayang, aku sama sekali nggak buka. Tadi keterusan ngobrol sama Bapak. Lagian HP selama di ruangan Ibu, aku silent. Jadi saat ada pesan WA masuk, aku tidak tahu. Memangnya kamu sedang ngidam, ya, sampai minta dibelikan rujak sama seblak?" ujar Yazid sembari merogoh Hpnya di dalam saku celananya dan membuka pesan WA. Benar saja saat dia buka WA ada beberapa pesan WA termasuk dari Heliza.
Heliza menatap Yazid kesal, wajah kecewa nampak dipasangnya. Dengan sedih dia pergi menuju kamarnya dan mengurung diri di sana.
Yazid sedikit merasa bersalah. Lagipula hari ini benar-benar dia tidak membuka HP selama di RS, sebab ruangan rawat ibunya melarang suara HP keras-keras terdengar di sana. Jadi saat itu Yazid langsung mesilent bunyi HP.
Dengan rasa bersalah Yazid mengejar Heliza ke kamar. Di sana istrinya sedang terbaring menelungkup dengan wajah yang basah.
"Duhhh, Sayang, gara-gara seblak dan rujak yang lupa saja, kamu sampai kecewa begini. Aku minta maaf, ya." Dalam hati Yazid menyadari kesalahannya. Yazid duduk di tepi ranjang kemudian meraih bahu Heliza dan mengusapnya lembut.
"Maafkan aku, Sayang," ucapnya.
"Kakak ini tega, aku hanya meminta makanan murah saja tidak dipedulikan. Aku tahu, aku bukan orang penting bagi Kakak. Bukan Ibu atau Komandan di kesatuan Kakak. Jadi nggak akan dihiraukan oleh Kakak," ucap Heliza sembari bangkit dan meninggalkan Yazid di kamar.
Dengan menghentak dan linangan air mata Heliza meninggalkan kamar dengan kecewa.
"Sayang, bukan kamu tidak penting. Kamu jangan bandingkan sama Ibu atau Komandan. Aku tadi hanya tidak buka HP, jadi tidak tahu ada pesan WA darimu," ujar Yazid hendak mengejar Heliza yang menuju taman belakang. Yazid tahu Heliza pasti ke taman belakang untuk meratapi kesedihan dan kekecewaannya.
Yazid tidak menyusul, untuk memberi ruang pada istrinya menumpahkan segala kecewanya di taman belakang dan bukan dia bermaksud tidak peduli. Ketika mata Yazid memindai kamar, dia melihat kamar yang sudah rapi dan baju PDH untuk kerjanya besok yang sudah tergantung di kastop. Lalu Yazid keluar kamar, keadaan rumah sudah sangat bersih dan wangi, lalu menuju dapurpun keadaan dapur sudah bersih dan di meja makan sudah tersedia makanan untuknya disantap. Melihat ini semua Yazid jadi merasa menyesal karena telah melalaikan pesan WAnya yang lupa dibuka.
"Ya ampun Sayang, betapa besar perjuanganmu menyambut aku. Tapi aku malah lupa membuka HP. Aku minta maaf," gumannya menyesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lita Pujiastuti
Rasain luh, Yazid. apa yg kamu pilih tdk sesuai ekspektasi....berkat sikapmu yg tdk tegas....rela dijodohkan.
2025-01-04
1