Mendengar ucapan Heliza seperti itu, semua yang ada di ruangan itu saling tatap bahagia satu sama lain. Yazid tiba-tiba dirangkul ayahnya saking bahagia mendengar jawaban dari Heliza.
Heliza hanya diam dan sesekali melihat reaksi semua orang. Mereka bahagia dan bersuka ria. Namun ada sesuatu yang mengganjal dari dalam hati Heliza, luka lama yang pernah ditorehkan keluarga Yazid justru kini makin menganga disaat dirinya menerima lamaran laki-laki itu.
"Enam tahun yang lalu apakah ada yang masih ingat seorang gadis muda kecewa karena ditinggal menikah oleh kekasihnya karena perjodohan? Dan kini setelah enam tahun kemudian, di sini tiba-tiba kalian datang dan melamarnya? Lamaran itu diterima karena merasa tidak enak melihat kedua orang tua yang berharap besar anak gadisnya segera memiliki pendamping hidup? Padahal dengan begitu luka lama itu kini menganga kembali," ucap Heliza di depan Yazid dan kedua orang tuanya, sesaat sebelum mereka beranjak dari halaman rumah orang tua Heliza.
Yazid dan kedua orang tuanya saling tatap, mereka bertiga sama-sama paham kalimat itu ditujukan untuk siapa.
"Bapak dan Ibu tidak akan jadi mertua yang zolim bukan jika saya sudah berada di tengah-tengah kalian? Tentang orang tua saya, mereka sama sekali tidak tahu bahwa laki-laki yang dulu telah membuat saya patah hati adalah Kak Yazid, jadi kalian tenang saja, akan saya simpan rapat-rapat rahasia kita ini," lanjut Heliza dengan nada rendah dan lembut namun menusuk jantung. Heliza tidak ingin melakukan kekerasan verbal pada calon mertuanya di hadapan kedua orang tuanya yang kini masih melambaikan tangan di teras rumah mengantar kepulangan calon besan. Mereka menduga Heliza masih berbincang-bincang seru bersama kedua calon mertuanya.
"El, kami tidak akan melakukan itu. Kita buktikan nanti," balas Yazid sembari masuk mobil dan memberi kode sama Bapak dan Ibunya supaya masuk juga.
"Lihat saja nanti Kak, jika kalian membantaiku, maka aku akan lebih sakit membantai kalian," bisik Heliza penuh ambisi. Luka yang makin menganga itu membuat matanya berkaca-kaca mengantar pilu kepergian keluarga Yazid.
***
"Bagaimana El, sebentar lagi kamu akan menikah. Persiapkan diri kamu untuk menjadi seorang istri yang baik. Harus patuh pada suami, jika suami meminta kamu berhenti bekerja, maka kamu harus turuti," nasihat Bu Hira di kala senggang. Karena sebulan lagi menurut calon besannya, pernikahan antara Heliza dan Yazid akan segera digelar.
Satu Bulan Kemudian
Di kediaman Yazid nampak kedua orang tua Yazid tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan pernikahan anaknya yang akan digelar pagi ini sekitar jam sembilan pagi di rumah Heliza.
"Zid, apakah kamu siap dengan berbagai kemungkinan yang terjadi diantara kalian? Sepertinya calon istrimu Heliza masih menyimpan kecewa atas luka lama yang ditorehkan kami enam tahun yang lalu. Ini memang salah kami, sekarang kamu kena imbasnya." Begitu keluh kesah dan kalimat penyesalan yang keluar dari mulut Bu Aryani disaat sebentar lagi akan melepaskan Yazid menikah lagi dengan seorang gadis yang dulu pernah tersakiti.
"Ibu tenang saja, Yazid janji akan membuat Heliza bahagia dan menjadikan Heliza istri yang baik serta menantu yang hormat sama Ibu dan Bapak. Yazid tahu, Heliza hanya kecewa dulu pernah tersakiti oleh kita," ungkap Yazid menenangkan ketakutan Ibunya.
"Ibu yang salah, Zid. Dulu meminta kamu menikah dengan Nita karena ibu sedang sakit dan meminta kamu menyanggupinya dan menganggap itu permintaan ibu terakhir," sesal Bu Aryani sedih. Pak Angga menghampiri dan mengusap bahu Bu Aryani, Pak Angga tahu ketakutan istrinya, sebab Heliza calon istrinya Yazid sebulan yang lalu memperlihatkan sikap yang kecewa akibat luka lama enam tahun yang lalu.
"Ibu jangan takut begitu, kita serahkan semua pada Yazid. Dan kita hadapi bersama sikap calon menantu kita. Kita buat dia bisa menyayangi kita dan memaafkan kesalahan kita dulu," hibur Pak Angga sembari memeluk bahu istrinya memberi kekuatan.
Persiapan pernikahan telah lengkap, keluarga Pak Angga beserta rombongannya sudah siap menuju kediaman Heliza yang cuma beberapa desa dari kediamannya.
Tiba di sana kedatangan mereka disambut baik pihak keluarga Pak Hanafi dan Bu Hira. Mereka nampak bahagia menerima banyak bingkisan sebagai seserahan.
Ruman Pak Hanafi kini disulap bak sebuah gedung perhelatan pernikahan yang megah dan meriah. Sebetulnya Heliza sudah ditawari acara resepsi di gedung saja, namun dia menolak dan tidak ingin ribet harus bolak-balik ke gedung untuk proses resepsinya. Dan alhasil kini rumah orang tua Heliza setelah disulap menjadi sebuah perhelatan pernikahan, nampak begitu megah, terlebih halaman rumah Pak Hanafi memang luas.
Acara ijab qabul pun segera dimulai, karena tidak lama dari itu Pak Penghulu tiba dan acara segera dimulai.
"Saya terima nikah dan kawinnya Heliza Hanafiah binti Hanafi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set perhiasan emas, dibayar **TUNAI**." Satu tarikan nafas, Yazid berhasil mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lancar. Semua yang di dalam sana berteriak serentak dengan kata yang sama.
"Sah, sah?" tanya saksi pada hadirin yang hadir.
"Sahhhhhhh," semua menjawab dengan riang gembira, sembari mengucapkan kalimah hamdallah sebagai bentuk syukur.
Heliza yang masih di kamar pengantin, melihat proses ijab qabul yang dilakukan Yazid dari rekaman vidio kamera yang sengaja dihubungkan melalui HPnya. Semua prosesnya lancar bahkan ada yang sedikit membuat Heliza terharu, setelah Yazid mengucapkan ijab qabul, Yazid yang kini telah menjadi suaminya nampak meneteskan air mata. Ada kesungguhan yang tersimpan di mata itu.
Kini pengantin wanita digiring menuju meja ijab qabul dan disandingkan dengan Yazid yang sangat tampan dengan setelan pakaian pengantin adat Sunda warna putih keemasan. Sang pengantin wanita mendapat tatapan dan sorotan kamera baik kamera HP maupun kamera digital yang canggih. Jeprat-jepret beberapa orang mengambil gambar mereka berdua yang melakukan proses cium tangan, penyematan cincin, penandatanganan buku nikah, serta pamer jari dan buku nikah. Semua itu tidak luput dari dokumentasi para hadirin yang sebagian saudara dan sebagian para tamu undangan khusus pihak mempelai.
Kedua mempelai kini diarahkan untuk mencium kedua orang tua kedua belah pihak. Semua rangkaian acaranya berjalan lancar dan penuh khidmat.
Wajah Heliza yang nampak sangat cantik mendapat decakan kagum dari teman-teman maupun tamu undangan lainnya. Memang Heliza menjelma bak ratu di sana, kecantikannya sungguh mempesona. Setelah rangkaian proses ijab qabul dan tahapan lainnya sudah selesai, kini kedua mempelai digiring ke atas pelaminan.
Suara deburan musik dari grup band berbaju loreng yang khusus sebagai tamu undangan dari pihak Yazid, kini diperdengarkan. Beberapa buah lagu sanjungan dan ucapan selamat untuk pengantin dipersembahkan. Yazid nampak sangat bahagia, dia meremas jemari Heliza yang sejak tadi tidak bersuara, hanya senyuman yang dilemparkan sebagai bentuk penyambutan tetamu.
Heliza nampak kaget dan tersipu malu. Wajahnya yang cantik ditatap dalam oleh Yazid. Heliza menundukkan kepalanya, ada rasa sedih di sana yang berusaha dia sembunyikan dari siapapun, namun Yazid berhasil mendeteksinya. Heliza sedih, Yazid yakin karena dia ingat masa lalu yang sempat menyakitinya.
"Aku janji akan membahagiakanmu dalam keadaan apapun. Mencintaimu setulus hati dan segenap jiwa raga. Aku akan selalu berada di sampingmu untuk memelukmu dan menjagamu dari segala rintangan hidup. Aku akan jadi pundakmu saat kamu sedih dan ingin menangis. Aku mencintaimu, Sayang," ucap Yazid tulus dari dalam hati sembari mengecup jemari Heliza dalam dan penuh kasih sayang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lita Pujiastuti
rumit....perasaan jd campur aduk, seolah ada dendam di hati Heliza...
2025-01-04
0
Senajudifa
sebenarx tdk semudah itu melupakn masa lalu
2023-11-08
1
mom mimu
sampe sini dulu nyicilnya ya Kak, semangat terus 💪🏻💪🏻💪🏻 satu iklan dan setangkai 🌹 mendarat untukmu...
2023-06-27
0