Setelah acara pernikahan selesai dengan lancar dan sukses, Yazid segera memboyong Heliza pindah ke rumahnya. Kedua orang tua Heliza, Pak Hanafi dan Bu Hira ikut mengantar, terlebih jarak rumahnya dengan rumah anak menantunya hanya berbeda beberapa desa. Dua puluh menit sudah bisa ditempuh.
"Kami pamit dulu ya, Nak. Kalian baik-baik di sini. Kalian yang akur ya, usahakan jangan ada pertengkaran. Jika ada masalah, kalian harus selesaikan baik-baik," ucap Bu Hira menasihati sebelum benar-benar pergi.
"Jangan lupa sering-sering tengokin Ibu dan Bapak, biar kami tidak kesepian dan merasa kehilangan kamu," sambung Bu Hira lagi menatap sedih Heliza.
"Insya Allah, Bu," balas Heliza seraya menyalami tangan Bapak dan Ibunya diikuti Yazid.
"Kami pamit, ya, besan. Titip anak kami, jika Heliza melakukan kesalahan, maka kasih tahu dia dan tegur dia dengan baik-baik. Kami percaya kalian pasti akan menyayangi Heliza seperti kalian menyayangi anak sendiri. Kalian enak masih ada dua anak yang lain yang menemani kalian. Sedangkan kami, setelah Heliza diboyong Nak Yazid, maka rumah kami sepi, tiada lagi teriakan bawelnya atau rajuk manjanya," ucap Bu Hira berpamitan dengan wajah yang nampak sendu.
Pak Angga dan Bu Aryani cukup memahami kesedihan besannya setelah anaknya dibawa tinggal ke rumah Yazid.
"Kami akan menyayangi Nak Heliza seperti kami menyayangi anak-anak kami. Kalian jangan khawatir. Kalian sering-sering datang kemari. Atau Yazid dan Nak Heliza yang ke sana. Kalian bisa bergantian saling mengunjungi," tukas Bu Aryani tersenyum bahagia.
Kedua orang tua Heliza pun kembali pulang dengan membawa rasa bahagia sekaligus sedih karena kini mereka sudah tidak serumah lagi dengan Heliza anak semata wayangnya.
Yazid membawa Heliza masuk ke dalam rumahnya yang beberapa bulan yang lalu baru direnovasi. Heliza mengikuti Yazid dengan mata yang celingukan. Melihat kesana kemari seisi ruangan. Nampak di ruang tengah foto Yazid dan keluarga besarnya. Ada juga disamping kirinya foto Yazid bersama seorang anak kecil. Heliza yakin itu adalah anak semata wayang Yazid yang sempat diceritakannya meninggal karena kecelakaan.
"Nah ini, Sayang kamar kita. Maaf, kamarnya sederhana. Rumah ini memiliki kamar dua untuk sementara. Nanti jika kita sudah memiliki anak, maka kita perluas lagi rumah kita, dan bikin lagi kamar untuk anak kita," ucap Yazid sembari membalikkan badan. Rupanya Heliza tengah melihat-lihat sudut ruangan di rumah ini. Sepertinya tadi Heliza tidak mendengarkan dirinya berbicara, buktinya Heliza fokus dengan salah satu foto yang terpajang di dinding, yaitu foto Yazid bersama Ghani anak semata wayang.
Yazid menghampiri Heliza dan berbicara, "itu Ghani anakku yang meninggal dua bulan yang lalu karena kecelakaan, kini dia sudah tenang di surga sana," berita Yazid sembari merangkul pundak Heliza.
"Mirip," balas Heliza pendek.
"Iya, Ghani mirip banget sama aku. Dia pandai ngaji dan hapalan suratnya sudah banyak," ujar Yazid bangga.
"Ayo, kita simpan dulu barang-barangmu di kamar kita," ajaknya sembari menarik tubuh Heliza menuju kamar utama. Heliza mengikuti Yazid dengan perasaan yang campur baur.
"Ini kamar kita, Sayang. Maaf, kalau kamarnya tidak luas," kata Yazid meminta maaf. Heliza tidak merespon, dia meletakkan kopernya di bawah.
"Ini lemari milikmu, Sayang. Kamu bisa menempatinya sekarang. Di dalamnya juga sudah tersedia berbagai kebutuhanmu. Sabun dan sampo juga skincare sudah tersedia, termasuk pakaian dinas kamu nanti malam," jelas Yazid menunjukkan lemari Heliza. Lemari berbahan jati yang menurutnya mewah.
Heliza menghampiri lemari yang ditunjukkan Yazid, lalu membukanya. Dia menatap dan mengamati isi lemari yang sudah ada di dalamnya.
Heliza meraih sebuah kain satin yang kebetulan terlipat rapi di tahapan lemari. "Apa ini?" tanyanya sambil membeberkan kain satin itu. Saat benda berbahan satin itu terpampang jelas, sontak Heliza terbelalak tidak percaya.
"Itu baju dinas milikmu, Sayang. Malam nanti dipakai, ya," pinta Yazid.
"Untuk apa?" tanyanya lagi membuat Yazid sedikit tersenyum. Yazid berpikir, apakah istrinya ini benar-benar tidak paham atau pura-pura tidak paham?
"Untuk malam pertama kita, masa kamu tidak paham?" jelas Yazid balik bertanya. Wajah Heliza berubah suram setelah Yazid menyebutkan malam pertama.
"Jadi, lemari aku yang ini, Kak?" Heliza mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya, Sayang," jawab Yazid seraya mengikuti Heliza yang menuju lemari. Heliza membuka kopernya hendak memasukkan baju yang sebagian dibawa dari rumah orang tuanya ke rumah baru yang akan ditinggali bersama Yazid.
Yazid membantu membuka kopernya, kemudian Heliza mengambil satu persatu baju itu yang dilipat dengan rapi dulu lalu dimasukkannya dan disusun dengan rapi di sana.
Saat Heliza berdiri menyimpan baju ke dalam lemari, Yazid serta merta beraksi. Dia memeluk Heliza dari belakang, melingkarkan tangannya melewati Heliza. Heliza spontan menahan dekapan tangan Yazid sehingga tangan Yazid tidak menempel langsung di dadanya.
Heliza nampak malu-malu dan enggan diperlakukan seperti itu. Saat Yazid berusaha melabuhkan ciuman di pipi Heliza, Heliza menunduk dan mengalihkan pipinya ke arah lain.
"Tidak usah malu-malu. Aku suami kamu," godanya sembari menciumi pipi Heliza yang masih berusaha di tepis Heliza.
Malamnya tiba, setelah makan malam bersama, Heliza masuk kamar duluan. Sementara Yazid masih menghabiskan sebatang rokok di ruang tamu dengan pintu dibuka lebar-lebar.
Sepuluh menit kemudian, setelah bersih-bersih dulu ke kamar mandi, Yazid segera bergegas menyusul Heliza yang sudah nampak berbaring tanpa memakai pakaian dinas yang Yazid harapkan siang tadi. Raut wajah Yazid nampak kecewa. Yazid mematikan lampu utama, diganti dengan lampu lima watt yang berwarna kuning. Suasana kamar pun menjadi sedikit redup.
Yazid berbaring di samping tubuh Heliza yang memunggunginya, dia tahu Heliza belum terlelap. Untuk itu Yazid akan berusaha merayunya untuk bisa didapatkannya malam ini.
Tanpa banyak bicara Yazid ikut masuk ke dalam selimut yang sama, merangkulnya dan mencium wajah dan leher Heliza berusaha membuat Heliza terbuai.
Heliza merasa terganggu, badannya bergerak dan beurubah posisi menjadi tengadah menghadap langit-langit rumah.
"Kak, jangan malam ini, aku ngantuk dan lelah. Bagaimana jika malam pertamanya kita tunda dulu. Aku benar-benar lelah," bujuk Heliza memohon. Yazid tidak tega melihat Heliza memohon dengan memasang wajah lelah. Akhirnya malam ini Yazid melewati malam pertama yang hampa karena Heliza keburu ngantuk.
Besok tiba, hari ini Yazid merencanakan akan ke kuburan Ghani untuk berdoa di sana dan memperkenalkan Heliza pada anaknya meskipun Ghani telah tiada.
Di kuburan anaknya, Yazid berdoa sesekali matanya berkaca-kaca. Heliza ikut berjongkok dan mendoakan almarhum Ghani.
Sepulang dari kuburan, Yazid segera menyiapkan keperluan nanti sore dalam perjalanannya ke Bali untuk bulan madu bersama Heliza.
"Ini, buat apa, kok banyak?" tanya Heliza terkejut.
"Ini baju dinas kamu saat bulan madu kita di Bali nanti." Heliza terkesima mendengar jawaban Yazid, terlebih baju dinas yang dibawa Yazid lumayan banyak dengan berbagai warna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lita Pujiastuti
Yazid benar² gk paham bhw Heliza masih terbelenggu rasa sakit hati sejak 6 th yg lalu ..jgn harap bisa romantis sprti sblm putus ..
2025-01-04
1
Senajudifa
baju dinas melulu zid..mampir y thor
2023-11-08
1
mom mimu
cieee yg otw bulan madu, rayu terus zid... biar Liza kelepek2 lagi sama kamu 😁😁😁
2023-10-04
1