Bab 4 Pindah Rumah

Yazid berdiri di muka pintu rumah dinasnya, dia memandori para pegawai angkut mengangkuti barang-barang milik pribadinya. Seperti Televisi, lemari dan dipan. Barang lainnya yang masih di biarkan di sana merupakan barang ventaris dari pemerintah. Sebetulnya masih ada hak Yazid untuk tinggal di rumah dinas ini, namun karena kejadian tragis menimpanya, terlebih kini hidupnya sudah menduda, Yazid memilih pindah dan menempati rumah miliknya sendiri yang sudah dibangun setahun yang lalu hasil keringatnya bertugas di daerah konflik.

Beruntungnya rumah itu dibangun dekat dengan tanah orang tua Yazid. Yazid berhasil membeli tanah kosong milik tetangganya, yang tanahnya bersebelahan dengan milik orang tuanya Yazid.

Rumah dinas itu hanya menyisakan barang ventaris dan beberapa barang milik Nita. Yazid hanya mengangkut semua barang miliknya dan milik almarhum anaknya, Ghani. Tidak secuilpun dia mengambil barang milik Nita, walau hanya untuk sekedar kenang-kenangan. Sejenak sebelum melepas rumah itu Yazid menatap sedih, bulir bening tiba-tiba saja sudah ingin keluar dari sudut matanya. Yazid benar-benar terpukul jika mengingat kembali kenangan pahit di hari tragis meninggalnya sang anak.

"Ayah akan pindah dan tidak akan mengingat kenangan kita lagi di rumah ini." Yazid berguman dengan hati yang sangat sedih.

"Om, pindah ke mana Om?" tanya salah satu tetangga komplek yang sudah sangat dekat.

"Ke kampung sebelah Bu Anton, tidak jauh kok," jawab Yazid berusaha tersenyum.

"Berarti masih dekat dengan ibunya Om Yazid ya, kita masih dekatan dong Om, cuma beda kampung doang," ujar Bu Anton.

"Iya Bu Anton, saya pindahnya dekat, hanya ke kampung sebelah."

"Orang-orang komplek dan anak-anak komplek pasti akan sangat kehilangan Om Yazid. Kapan-kapan saya nanti main sama anak-anak ke rumah baru, ya." Bu Anton nampak sedih saat Yazid akan segera beranjak pergi.

"Main-mainlah Bu Anton, sekalian ajak anak-anak," ujar Yazid menyambut baik niat Bu Anton jika suatu waktu main ke rumah baru Yazid.

"Terimakasih Om, dan semoga setelah ini Allah mengirimkan jodoh lagi yang lebih baik," ucap Bu Anton mendoakan Yazid yang tiba-tiba diam tanpa merespon ucapan Bu Anton. Bu Anton paham, iapun merasa bersalah telah membuat hati Yazid sedih.

"Saya pamit ya Bu Anton, saya juga mau menjumpai tetangga lainnya di komplek ini." Yazid beranjak meninggalkan Bu Anton dan beberapa anak kecil, dia hendak berpamitan pada penghuni komplek lainnya. Setelah berpamitan, Yazid bersiap menaiki motornya dan mengikuti mobil pick up yang mengangkut barang-barangnya.

"Sampaikan salam saya pada Pak Anton," ucap Yazid pada Bu Anton yang kebetulan suaminya sedang kebagian piket dan tidak sempat dipamiti Yazid.

Akhirnya Yazid menempati rumah barunya yang beberapa bulan lalu telah dikosongkan dari sang penyewa karena mau ia tempati. Rumah ini nampak baru kembali lantaran ia renovasi kerusakannya. Hati Yazid mengucap syukur, proses kepindahannya berjalan lancar, meskipun di rumah baru ini dia hanya tinggal sendiri. Namun secara logika Yazid tidak akan kesepian, sebab rumahnya dengan rumah orang tuanya berdekatan.

"Zindar boleh nginap di sini kan Kak, selama Kak Yazid belum menikah lagi?" tanya Zindar tiba-tiba. Yazid diam, bukan masalah boleh atau tidak bolehnya menginap, namun pertanyaan Zindar yang menyangkut soal pernikahan menjadikan Yazid diam. Dia menjadi ingat dan trauma dengan pernikahan yang dijodohkan orang tuanya itu. Dan kini perjodohan dari orang tuanya sudah berakhir akibat perselingkuhan.

"Kamu boleh nginap sesuka hati kamu di sini Zin, kakakmu Kaina juga boleh kalau mau. Bapak sama Ibu juga kalau berkenan boleh nginap di sini," ujar Yazid mengijinkan adik-adiknya jika ingin menginap di rumahnya. Semua senang mendengar ucapan Yazid.

Yazid memasuki rumah yang baru akan ditempatinya ini. Bu Aryani, ibunya Yazid mengikuti Yazid dan ikut masuk ke dalam rumah anaknya dan duduk di sofa ruang tamu, yang rupanya semua perabotan dalam rumah itu sudah tersedia.

"Zid, duduklah!" perintah Bu Aryani sambil menepuk sofa di sampingnya. Yazid patuh, akan tetapi dia duduk di sebrang ibunya. Wajah muramnya masih kentara. Bu Aryani paham kenapa Yazid sampai kini masih bermuram durja?

"Ibu dan Bapak, minta maaf karena telah ikut menjadi salah satu penyebab kekecewaan kamu. Ibu dan bapak orang yang paling berdosa di sini. Sekali lagi kami minta maaf," ujar Bu Aryani penuh sesal. Bu Aryani juga mewakili suaminya, kini seakan baru disadarkan bahwa perempuan yang dijodohkan dengan anaknya hanya menyimpan luka. Mereka menyesal kenapa dulu memaksakan kehendak pada anaknya. Dan akibatnya kini Yazid kecewa.

"Sudahlah Bu, sekarang sudah terlanjur. Mungkin ini taqdir yang harus Yazid lewati. Percuma disesali toh semuanya sudah Yazid alami, semua derita dan pengkhianatan sudah Yazid rasakan."

"Mulai sekarang Yazid minta ibu dan bapak jangan pernah lagi jodohkan Yazid dengan perempuan manapun," lanjut Yazid tegas. Bu Aryani jelas merasa bersalah di sini, dia benar-benar menyesal. Bu Aryani menunduk, dia sadar dirinya dan suaminyalah yang salah.

Yazid hari ini bekerja seperti biasanya. Celotehan Ghani yang memenuhi seisi ruangan rumah kini sudah tidak terdengar lagi. Serta ciuman hangat saat akan pergi sekolah, juga tidak ada lagi. Yazid kembali terpuruk mengenang kembali kebersamaan dirinya bersama anak semata wayangnya.

Karena pagi ini nampak mendung, terpaksa Yazid menggunakan mobilnya untuk bekerja. Padahal dia paling malas menggunakan mobil untuk bekerja.

Mobil Yazid melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota itu menuju kantornya. Hanya cukup sepuluh menit, mobilnya sampai di kantor. Yazidpun kembali memulai aktifitas di kantornya seperti biasa.

Jam pulang kantor tiba, siang ini lumayan cerah. Yazid sedikit gembira karena hari tidak mendung. Mobilnya kini melaju dan keluar dari gerbang kantor kesatuannya. Saat mobil hendak belok, tiba-tiba Yazid dikejutkan dengan sesosok yang menyebrang. Yazid merasa tanggung dan hampir saja menabrak seorang perempuan yang menyebrang tanpa mempedulikan belokan.

Perempuan muda itu mendongak sembari menepuk mobil Yazid dengan telapak tangannya. Yazid merasa sedikit kesal dengan tingkah arogan perempuan muda itu. Kemudian Yazid keluar mobilnya untuk menegur perempuan muda arogan tadi.

"Mbak, kalau mau nyebrang harus diperhatikan belokannya dulu, apakah ada kendaraan atau tidak," ucap Yazid memberitahu.

Perempuan muda itu menoleh dan hendak membela dirinya. Saat wajahnya mendongak dan menatap Yazid, mendadak perempuan muda itu melotot.

"Kak Yazid," bisiknya sembari hendak berlalu.

"Heliza!" panggil Yazid menghentikan langkah Heliza mantan kekasih Yazid saat dulu. Perempuan muda yang bernama Heliza itu tidak peduli, dia berlalu dengan raut wajah kesal menuju motornya.

"Hel, Heliza!" panggilan Yazid sia-sia. Heliza berlalu tanpa mempedulikan Yazid lagi.

Terpopuler

Comments

mom mimu

mom mimu

dua bab dulu kak, biar tambah semangat aku daratkan setangkai 🌹 semangat 💪🏻💪🏻💪🏻

2023-05-23

0

mom mimu

mom mimu

ayooo kejar terus heliza, Zid...

2023-05-23

0

Senajudifa

Senajudifa

dijodohkan thoh aku mampir thor

2023-05-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!