Melihat Heliza yang berdiri kebingungan, Yazid segera berdiri dan mempersilahkan Heliza untuk menaiki ranjang.
"Naiklah, Sayang. Ini ranjang kita, kita sudah boleh tidur bersama," ujar Yazid segera memberikan ruang pada Heliza. Sebetulnya Heliza memang masih malu dan menghindar untuk tidur bersama dengan Yazid. Setelah resepsi malam itupun Heliza tidur tapi masih memeluk bantal dan membelakangi Yazid. Alasannya masih malu.
Heliza segera beranjak dan kini mulai membaringkan badannya di samping Yazid, akan tetapi Heliza segera memeluk guling dan segera menguap.
"Sayang, ini bulan madu kita. Bisa, kan, kita memulainya?" tegur Yazid sembari mendongak dan menatap wajah cantik Heliza yang tanpa make up.
"Tapi, aku sudah ngantuk Kak. Waktu juga sudah sangat larut," alasannya sembari membenahi diri dan berselimut. Yazid tidak bisa memaksa lagi, terpaksa dia mengikuti maunya Heliza. Yazid akan sabar menunggu sampai Heliza bisa ditaklukannya.
Besok menjelang, setelah sarapan pagi ala hotel bintang lima, Heliza sudah mempersiapkan diri untuk pergi jalan-jalan ke pantai. Hari ini semua pantai ingin dia singgahi. Kuta, Pandawa, Sanur, Jimbaran, bahkan Danau Bedugul yang harus ditempuh dengan kendaraan dari pantai-pantai yang bisa dilalui dengan jalan kaki saja pengen disinggahi.
"Kapan lagi, Kak, aku hanya saat ini saja bisa kemari. Karena kita sedang bulan madu." Heliza memberi alasan. Bukan Yazid tidak mau tapi kenapa sepertinya Heliza tidak ada lelahnya menghabiskan waktu dengan jalan-jalan. Padahal ada kalanya siang hari setelah jalan-jalan dan panas-panasan di pantai, mata sepet dan ngantuk. Akan tetapi Heliza seakan tidak merasa lelah.
Saat itupun waktu berlalu begitu saja untuk sekedar bermanja berdua. Heliza seakan sengaja menghindari Yazid. Yazid sadar, ini semua bisa saja kesengajaan Heliza membalas perbuatannya dahulu yang memilih menikah karena perjodohan.
Heliza malam ini juga sudah terkapar karena ngantuk. Yazid sangat kecewa, akan tetapi ia harus tetap bersabar dan tidak mau marah sama sikap Heliza. Yazid akan ikuti sampai di mana Heliza akan terus menghindarinya.
Hanya satu hari lagi waktu bulan madu akan habis. Sementara Yazid belum mendapatkan apa-apa dari rencana bulan madunya. Dia sudah memuaskan keinginan Heliza, cuci mata dan jalan-jalan. Membeli kain khas Bali dan oleh-oleh lainya.
Malam nanti Yazid bertekad tidak ingin gagal lagi, dia harus berhasil dalam mendapatkan madu Heliza.
"Sayang, besok kita pulang. Bagaimana menurutmu, apakah liburannya menyenangkan?" tanya Yazid tanpa diembel-embeli kalimat bulan madu. Dia sengaja tidak mengungkitnya dan berharap Heliza mengingatnya. Namun sepertinya Heliza memang tidak mau membahas masalah bulan madu.
"Sangat menyenangkan," jawab Heliza pendek. Sudah Yazid duga Heliza memang tidak mau membahas masalah bulan madu.
"Malam nanti malam terakhir kita di sini. Aku ingin malam nanti adalah malam paling berkesan untuk kita," ucap Yazid membahas nanti malam. Namun tetap saja Heliza seakan tidak mau membahasnya, dia melengoskan wajahnya ke arah lain tanda tidak suka.
Dan malampun tiba. Makan malam juga sudah sampai diantar Pelayan hotel. Menu yang sangat menggiurkan sudah terpampang di depan mata. Yazid tidak ingin malam ini gagal lagi. Saat makan malam, Yazid sengaja menyuapi Heliza, Heliza yang gugup nampak malu-malu.
Makan malam yang dibuat romantis itu berakhir. Waktu masih belum larut malam. Yazid sudah bersiap-siap tidak mau gagal lagi malam ini. Melihat Heliza segera ke kamar mandi, Yazid segera menuju wastafel dan gosok gigi di sana.
Yazid segera menangkap pinggang Heliza, lalu membawanya ke dalam pelukannya. Kali ini Heliza benar-benar berada dalam cengkraman Yazid. Yazid menatap teduh wajah Heliza yang semakin cantik malam ini. Heliza berusaha berontak dengan meletakan tangannya di dada Yazid.
"Jangan menghindar lagi. Aku mohon malam ini malam terakhir kita di sini di pulau Bali. Malam terakhir kita untuk bulan madu," mohon Yazid semakin lekat menatap wajah Heliza.
Heliza menghembuskan nafasnya gugup. Sudah Yazid duga pasti Heliza ingin menghindarinya. "Sayang, tolong jangan menghindar. Aku mohon malam ini aku meminta hakku, kamu jangan menolaknya lagi," pinta Yazid sendu.
"Nanti saja di rumah saat kita pulang dari sini," ujar Heliza berusaha menolak secara halus.
"Jangan lagi menolak, Sayang. Dengan kamu menolak sudah beberapa kali, itu dosa dan malaikat akan membencinya.
Heliza diam dan berusaha melepaskan dekapan Yazid. "Tapi," ucapnya tertahan saat Yazid sudah melabuhkan sebuah ciuman hangat di bibir Heliza.
Malam ini Yazid tidak ingin gagal lagi. Langkah demi langkah sudah dia lewati dengan susah payah. Heliza akhirnya pasrah menyerahkan segalanya pada Yazid.
. Yazid terduduk kecewa, rupanya malam pertama di hari ke tiga bulan madunya harus gagal karena Heliza kesakitan. Heliza yang tegang membuat semua mood Yazid berantakan. Heliza menangis histeris saat Yazid benar-benar akan melakukannya. Yazid berdiri dan keluar kamar hotel.
Tiba hari kepulangan bulan madu mereka. Mereka cek out dari kamar hotel dengan muka yang sama-sama kusut. Yazid kecewa dengan kegagalannya, Helizapun begitu, merasa tidak enak dengan Yazid.
Akhirnya mereka tiba dengan selamat di kediaman Yazid. Kedatangan mereka disambut bahagia oleh keluarga Yazid. Yazid berusaha menutupi kekecewaannya dengan bersikap biasa. Helizapun begitu, meskipun sikapnya masih tetap dingin pada keluarga Yazid.
Kekecewaan Yazid berlanjut selama seminggu. Dia tidak pernah lagi meminta haknya pada Heliza. Namun masih bersikap lembut dan perhatian di hadapan Heliza meskipun hatinya kecewa.
Kejutan Dari Heliza
Malam ini tepatnya seminggu sejak kepulangan mereka dari Bali. Seperti biasa Yazid akan menghabiskan waktu di ruang tamu dengan sebatang rokok setelah pulang dari masjid. Rasa penat dan lelah seminggu yang lalu karena pekerjaan membuat dia malam ini melepaskan semua dengan duduk santai menghadap keluar. Pintu ruang tamu yang sengaja dia biarkan terbuka mengundang angin sepoy-sepoy masuk. Yazid sangat menikmatinya.
Beberapa batang rokok sudah Yazid habiskan. Asbak rokok saja hampir penuh, dan asap rokok masih mengepul memenuhi ruangan itu. Yazid membiarkan asap itu hilang lalu menutup kembali pintu ruang tamu. Dia menuju kamar untuk melepaskan lelah dan tidur seperti biasanya tanpa kehangatan dari Heliza.
Yazid memasuki kamarnya perlahan, lampu kamar sudah temaran. Suasana kamar berubah romantis, namun seperti yang diyakini Yazid, meskipun dia merasakan suasana kamar romantis, Heliza masih belum mau disentuhnya. Diapun masih belum bisa melupakan saat Heliza menangis histeris di kamar hotel Nirwana seminggu yang lalu.
Yazid berdiri di tepi ranjang sebelum tubuhnya benar-benar terbaring. Heliza yang belum ada di atas ranjang yang biasa memeluk gulingnya, belum terlihat. Yazid sudah tidak heran lagi, Heliza pasti masih di kamar mandi.
Ketika Yazid akan menaiki ranjang, tiba-tiba tubuhnya dipeluk seseorang. Pelukan manja yang membuat batin Yazid bergejolak.
Yazid membalikkan badannya, kaget sekaligus bahagia langsung menyergap dadanya. Heliza menjelma seperti apa yang dibayangkannya Yazid ketika masih di Pulau Bali. Lingeri yang transparan warna merah marun melekat di tubuh Heliza dengan menggoda. Heliza menatap Yazid dengan penuh cinta dan gairah.
Gayung bersambut, Yazid yang memang sudah seminggu menginginkannya langsung membawa Heliza ke atas ranjang. Kali ini suasana romantis begitu mendominasi sehingga keduanya larut dalam buaian keindahan yang tiada tara.
Heliza menyerahkan jiwa dan raganya malam itu pada Yazid yang sangat memperlakukannya lembut dan penuh cinta. Keduanya menyatu dalam buaian gelora cinta yang membara, meskipun diselingi jeritan kecil yang ditimbulkan Heliza, akan tetapi Yazid mampu mengimbangi dan mengatasinya.
Sesaat sebelum Yazid masuk kamar tadi, Heliza melihat Yazid di ruang tamu tengah menyesap sebatang rokok dengan wajah kusut. Dia tahu penyebabnya, Heliza yang belum bisa menyerahkan jiwa dan raga sepenuhnya pada Yazidlah yang menjadi pemicunya.
Heliza sadar dia salah dan kini rasanya dia ingin menebus semua kesalahannya. Dia akan melayani Yazid dan menyerahkan jiwa raga sepenuhnya pada Yazid, sosok suami yang sebenarnya sangat dia cintai. Namun ketakuatan Heliza sedikit beralasan, rasa sakit yang masih dia rasakan saat di Pulau Bali menyebabkan Heliza enggan melayani Yazid.
Tapi kini Heliza bertekad akan memenuhi kewajibannya sebagai istri, meskipun harus mengalami sakit yang pastinya akan dia rasakan, sebab ini hal yang pertama dalam hidupnya. Dan akhirnya, malam tadi tepatnya di malam minggu, Heliza menyerahkan jiwa raganya pada Yazid setelah hampir dua minggu Heliza puas menghukum Yazid karena luka masa lalu.
Pagi menjelang, Yazid terbangun lebih dulu. Tadinya dia ingin sekalian membangunkan Heliza untuk mandi dan sholat Subuh berjamaah bersama. Akan tetapi melihat Heliza masih dalam keadaan terlelap karena kelelahan akibat gempuran semalam, Yazid membiarkan Heliza masih bergelung selimut.
Yazid nampak bugar pagi ini, dengan sigap Yazid sudah menyiapkan nasi goreng spesial untuk berdua. Menunggu Heliza yang mandi dan sholat Subuh belakangan.
"Selamat pagi sayang," sambut Yazid sembari meraih tubuh Heliza dan mencium keningnya mesra. Heliza tersipu malu dengan perlakuan manis Yazid. Yazid membawa Heliza duduk di kursi makan, mereka duduk berdekatan dengan sepiring nasi goreng spesial buatan Yazid. Tentunya semua ini dibuat Yazid dengan penuh cinta.
Yazid merasa bahagia ketika di sampingnya sudah ada Heliza yang duduk penuh binar senyum tidak seperti seminggu yang lalu masih bermuram durja. "*Terimakasih sayang atas segalanya untuk malam tadi dan untuk seterusnya. Kamu benar-benar menjaganya dan aku yang merasakannya untuk pertama kali. Kesetianmu yang besar itu, akan aku balas setimpal dengan cinta kasih yang tulus dariku untukmu. Aku akan selalu membahagiakanmu*," batin Yazid sambil menatap Heliza dengan ujung mata.
Sarapan pagi spesial buatan Yazid kini terasa semakin spesial setelah Heliza menyerahkan jiwa dan raganya tadi malam.
"Kak, nanti kita ke rumah Bapak dan Ibu, ya!" ajak Heliza yang disambut setuju oleh Yazid.
"Baik, Sayang," sahut Yazid tersenyum manis pada Heliza. Heliza berdiri meraih piring bekas mereka berdua makan kemudian dibawanya ke wastafel untuk dicucinya.
Kesempatan manis ini tidak disia-siakan Yazid, dia menyusul Heliza dan memeluk Heliza dari bekakang dengan tangan yang melingkar di perut Heliza. Heliza tersipu malu menatap Yazid yang sengaja memberikan serangan mendadak di pagi hari yang indah dan cerah ini. Keduanya kini terlibat pagutan yang sama-sama diresapi.
"Aku mencintaimu, Sayang," ungkap Yazid seraya kembali melabuhkan ciuman bergeloranya di bibir Heliza, yang disambut Heliza dengan suka cita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lita Pujiastuti
syukurlah Heliza sdh bisa menerima kembali....aq bisa merasakan jika posisi Heliza....sakit hati krn ditinggal begitu saja ...sulit utk hilang
2025-01-04
2
mom mimu
akhirnya... kalian uwu uwu juga 😍😍😍
2023-10-04
1