Bab 10 Mendapat Restu

Heliza menarik lengan Pak Hanafi ke dalam, seraya menutup pintu ruang tamu rapat-rapat.

"Bapak, kenapa Bapak setuju dengan keinginan lelaki di depan itu? Heliza, kan, belum tentu mau. Kenapa Bapak percaya begitu saja dengan ceritanya. Jangan-jangan dia mengarang telah menjadi duda karena ditinggal pergi anaknya dan ditinggal istrinya," protes Heliza tidak suka dengan raut wajah tidak suka.

"Sabar dulu, Nak. Bapak bukan menyetujui lamarannya tapi Bapak menghargai niatnya. Itu sebabnya Bapak tadi bilang sama Nak Yazid bahwa keputusan semuanya ada di kamu. Bapak belum mengambil keputusan dan menerima lamarannya untuk kamu. Lagipula dia ke sini masih mempertanyakan kesanggupan Bapak, jika seumpama kamu dilamar olehnya. Tapi, kalau kamu benar-benar dilamar, Bapak setuju-setuju saja. Nak Yazid kelihatannya baik kok, meskipun dia berstatus duda," tukas Pak Hanafi diiringi senyum.

Heliza sudah bisa menebak senyuman apa yang disunggingkan Bapaknya. Sebuah kebahagiaan dan harapan yang kini seakan dipikulkan padanya. Heliza menjadi bingung, di saat kedua orang tuanya sudah tidak sabar ingin punya menantu, tiba-tiba Yazid laki-laki yang sangat dia benci malah datang ingin melamar. Dunia rasanya kini begitu sempit bagi Heliza.

"Sudah, jangan cemberut seperti itu. Ayo, temui dulu dia. Jangan ditinggalkan begini, tidak enak lho. Kalau kita yang bertamu ke rumah orang, pastinya kita tidak akan senang bukan jika dicuekkin?" saran Pak Hanafi seraya mendorong tubub Heliza menuju ruang tamu. Heliza dengan terpaksa menemui Yazid dengan muka ditekuk.

Yazid melihat Heliza seperti risih dan ogah-ogahan, sementara Pak Hanafi seakan memberi kesempatan pada Yazid untuk berbicara dengan Heliza.

"Kenapa Kak Yazid datang ke sini lagi? Mau minta bayaran atas motor aku yang diperbaiki di bengkel satu bulan yang lalu itu?" cecarnya yang langsung mendapat gelengan kepala dari Yazid. Kali ini Yazid sedikit kaget campur bahagia, sebab Heliza kembali memanggil dirinya dengan sebutan Kakak, seperti yang biasa dia lakukan dulu saat bersama.

"Lantas apa?"

"Aku ingin melamarmu, El. Kalau kamu siap, minggu depan aku bersama orang tuaku akan datang melamarmu. Aku harap kamu persiapkan diri kamu."

"Aku tidak mau, kamu jangan memaksa. Masih ingat, dulu saat kamu meninggalkan aku demi perjodohan dari orang tua kamu, apakah kamu memikirkan perasaanku yang hancur saat itu?" Heliza kembali mengungkit masa lalu yang baginya sangat menyakitkan, panggilannya pun kini berubah, dari Kakak menjadi aku kamu.

"Aku mohon, El. Maafkan aku. Dulu aku tidak bisa membantah kemauan kedua orang tuaku. Saat itu Ibu sakit, dan Ibu meminta aku untuk mau dijodohkan sebagai bentuk ketaatanku, karena Ibu bilang anggap itu sebagai permintaan terakhirnya," ujarnya berlutut di hadapan Eliza dengan penuh permohonan.

Heliza menjadi tidak enak melihat Yazid berlutut di hadapannya. Saat mata Yazid tepat menatap matanya, Heliza melihat ada kesungguhan di mata itu. Lalu dengan cepat Heliza membuang muka ke arah lain, sebab semakin ditatap dia takut tidak sanggup menahan tatapan sendu yang kini dipenuhi cinta.

"*Aku tidak boleh luluh dengan semua sandiwaranya, bisa jadi ini hanya omong kosongnya belaka*," batin Heliza. Yazid masih dengan posisinya, dia berlutut sampai gadis cantik di hadapannya luluh.

"Lho, lho. Nak Yazid, ada apa ini, kok sampai berlutut begitu. Ayo, bangkit Nak, tidak baik seperti itu." Tiba-tiba Pak Hanafi muncul ketika Yazid masih dalam keadaan berlutut. Heliza maupun Yazid terkejut. Yazid berdiri lalu kembali ke sofa dan duduk seperti semula. Batinnya merasa tidak enak karena ketahuan Pak Hanafi.

"Ya ampun, Nak. Kenapa membiarkan Nak Yazid berlutut seperti itu. Jika Nak Yazid mau melamar, tidak perlu memintanya sampai berlutut segala. Itu tidak baik," sergah Pak Hanafi salah paham. Pak Hanafi tidak tahu bahwa yang berlutut adalah Yazid tanpa diminta Heliza.

Batin Yazid tersenyum mendengar Pak Hanafi seakan membelanya, padahal dia yang berinisiatif untuk berlutut.

"Tapi, Pak. Bukan El yang menyuruh dia berlutut, tapi dia sendiri yang sengaja berlutut untuk meminta El menerima lamarannya," kilah Heliza mendelik tidak suka.

"Ya, ampun, jangan bercanda dong, Nak. Kalau memang tidak akan menerimanya, jangan sampai biarkan Nak Yazid berlutut seperti itu, bapak tidak suka." Pak Hanafi balik tidak suka dengan sikap Heliza yang menurutnya tidak baik.

Karena Heliza merasa ditekan dan disalahkan, Heliza angkat kaki dari ruang tamu dan membiarkan Yazid ditemani Bapaknya. Heliza masuk kamarnya dengan marah. "Bapak ini, malah salah paham dan membela yang salah, kesal sama Bapak," omelnya kesal seraya menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Pak Hanafi menatap kepergian anaknya dengan gelengan kepala. Dia merasa anak gadisnya kali ini sudah kurang baik menghadapi tamunya. Ditolak ataupun diterima niatnya Yazid, Pak Hanafi maunya Heliza bersikap tenang dan tetap menghargai usahanya.

"Maafkan sikap anak saya Nak Yazid. El, memang kadang-kadang suka meledak-ledak, terlebih jika kami mengingatkan mantannya supaya bisa melupakan dan move on," tukas Pak Hanafi meminta maaf. Yazid sedikit terharu dan sedih mendengar pengakuan Pak Hanafi, bahwa Heliza sering meledak-ledak akibat belum move on darinya.

"*Maafkan aku El, aku hanya ingin menebus kesalahanku di masa lalu yang telah menghancurkan harapanmu. Dan kini, aku kembali dan berjanji akan mengembalikan kebahagiaan dirimu. Tapi, aku bingung harus dengan apa supaya niatku bisa diterima oleh dirimu? Cinta di hatimu aku yakin masih ada untukku, itu makanya kamu belum bisa move on dariku dan masih membenciku*," Yazid berkata-kata di dalam hatinya dengan rasa bimbang.

"Tidak apa-apa, Pak. Mungkin Heliza kini sedang sedih karena ingat akan masa lalunya. Saya juga minta maaf, mungkin kedatangan saya kali ini belum tepat." Yazid berusaha bersikap baik dan meminta maaf atas kedatangannya yang diduganya kurang tepat.

"Mengenai niat Nak Yazid yang tadi, apakah benar-benar serius?"

"Saya serius, Pak. Tapi .... "

"Jika memang serius, maka perjuangkanlah. Jalan masih panjang. Mengenai hasilnya, kita serahkan pada Yang Maha Kuasa," ujar Pak Hanafi seolah memberi jalan supaya Yazid meneruskan usahanya untuk melamar Heliza dan memberi restu.

"Kalau begitu, saya pamit dulu, ya, Pak. Insya Allah dua minggu ke depan saya akan datang lagi ke rumah Bapak dengan niat saya tadi. Sampaikan salam saya buat Heliza dan Ibu. Saya minta maaf juga karena telah mengganggu istirahat Bapak," ucap Yazid meminta maaf dan berpamitan.

Pak Hanafi mengantar kepergian Yazid dengan tatapan penuh simpatik. Dia merasa terharu dengan kegigihan anak muda itu.

Yazid meninggalkan halaman rumah Pak Hanafi dengan harapan besar. Di tangannya sudah ia kantongi restu dari Pak Hanafi. Yazid bertekad dua minggu ke depan atau bahkan seminggu lebih cepat dia akan kembali ke rumah ini membawa keluarganya untuk melamar Heliza.

"Tunggu aku, El. Aku janji akan datang melamarmu dan membahagiakanmu," janji Yazid sungguh-sungguh. Motor GLnya pun melaju meninggalkan rumah Pak Hanafi.

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Heliza...jika mmg menolak, jelaskan pada orang tuamu bhw laki² itulah yg telah menyakitimu 6 th yg lalu. siapa tahu ayahmu akan memahami sikap dan keputusanmu..

2025-01-04

0

Senajudifa

Senajudifa

kalau aku jd Heliza tetap nggak mau, skt tau

2023-08-13

2

mom mimu

mom mimu

masih ada hari esok Zid, ayo terus berjuang untuk luluhkan lagi hati El... 💪🏻💪🏻💪🏻

2023-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!