Bab 20 Perhatian Heliza

Setelah nangisnya reda, Heliza menuju kamarnya. Yazid yang tadi akan menyusulnya, tidak ada di rumah. Di kamar maupun di tengah rumah. Saat melihat teras rumah motornya sudah tidak ada, hanya mobilnya saja yang terparkir. Yazid sepertinya sedang pergi. Heliza kembali lagi ke kamar dan menenggelamkan diri. Sisa tangis tadi membuatnya lelah dan ngantuk.

Setengah jam kemudian Yazid pulang dengan membawa seblak dan rujak pesanan Heliza tadi. Dia meletakkan kantong kresek belanjaannya di dapur, lalu bergegas mencari Heliza yang tadi saat ditinggalkan masih di halaman belakang.

Yazid kembali ke dalam setelah tidak mendapati Heliza tidak ada di halaman belakang. Lalu dia mencari ke kamar, rupanya Heliza sedang di kamar dan tertidur pulas. Yazid tidak tega membangunkannya lantas dia duduk di tepi ranjang dengan menatap iba pada istri yang baru sebulan dia nikahi.

"Maafkan aku Sayang, aku tidak bermaksud melalaikan keinginan sederhanamu. Aku tadi benar-benar tidak membuka HP. Bukan maksudku tidak mementingkan keinginanmu," ujar Yazid sembari mengecup kening Heliza sehingga Heliza terbangun dan menggeliat.

"Sayang, kamu bangun? Aku sudah belikan kamu seblak dan rujak pesanan kamu itu. Ayo kita ke dapur, atau kamu mau dibawakan ke sini saja seblak sama rujaknya?" ujar Yazid gembira sebab Heliza terbangun.

Heliza hanya menatap sekilas pada Yazid, lalu dia kembali berbaring menghadap tembok dan membelakangi Yazid. Yazid menghela nafas dalam melihat Heliza yang sama sekali tidak menghiraukannya.

"Sayang!" tegur Yazid lagi sembari meraba pundak Heliza.

"Aku sudah tidak berselera, Kak. Makan saja kalau Kakak mau," balas Heliza masih membelakangi Yazid. Yazid mendesah kecewa, ada kesal yang menyelimuti dadanya. Namun dia harus tetap sabar dalam menghadapi Heliza.

"Ya sudah, kamu tidurlah dulu jika masih ngantuk," ucap Yazid seraya meninggalkan Heliza yang terbaring menghadap tembok.

Yazid beranjak dari kamar menuju ruang tamu. Heliza yang dicintainya keras kepala. Malah sekarang seakan memperlihatkan rasa tidak suka sama Ibunya. Semua ini memang tidak lepas dari kesalahan orang tua Yazid dimasa lalu, tapi kadang Yazid ingin Heliza melupakan semua karena dirinya kini telah menjadi suaminya.

Besoknya hari Senin, Heliza, bersiap untuk bekerja. Yazid juga sama sedang bersiap menggunakan pakaian PDHnya yang sudah siap. Tentu saja semua telah disiapkan Heliza. Dengan telaten dia menyiapkan keperluan Yazid. Sampai kaos kaki saja tidak lupa.

Sebelum berangkat kerjapun, Heliza selalu menyiapkan sarapan. Sudah sempurna sebetulnya Heliza di mata Yazid sebagai istri.

"Aku pergi ya, kamu nanti hati-hati pergi kerja. Assalamualaikum!" pamit Yazid sembari mengecup kening Heliza. Heliza diam saja dia pasrah apapun yang dilakukan Yazid. Sikap Heliza seperti ini diyakini Yazid sebagai bentuk protes kemarin. Seblak dan rujak yang lupa di beli membuat Heliza merajuk sampai pagi ini.

Jam empat sore tiba, saatnya Heliza pulang. Sebelum pulang Heliza mendapatkan paket dari temannya.

"El, ini paket pesanan kamu. Insya Allah sakit Ibu mertuamu lekas sembuh, soalnya sudah banyak terbukti bahwa madu alami ini menyembuhkan pasien serangan jantung," ujar Hena teman satu departemennya.

"Ok, Hen, makasih banyak ya, lain kali aku pesan lagi kalau bagus." Helizapun mengambil paket madu yang diserahkan Hena temannya itu.

Tiba di rumah, Heliza sudah disambut Yazid. Yazid menghampiri lalu meraih tangan Heliza dengan mesra. Heliza menyalami tangan Yazid seperti biasa. Mereka memasuki kamar.

"Sayang, nanti malam setelah Maghrib kita ke rumah Ibu, ya. Soalnya Ibu sudah pulang," berita Yazid yang tidak disambut ceria oleh Heliza.

"Apa ini, Sayang?" tunjuk Yazid pada paket yang diletakkan Heliza di meja kamarnya.

"Ini paket madu, Kak," jawabnya sembari membuka baju dan hendak ke kamar mandi. Yazid membiarkan Heliza membersihkan diri, lalu dia keluar kamar. Lagi-lagi Yazid mendesah kecewa dengan sikap Heliza yang sama sekali tidak respon akan beritanya tentang kepulangan Ibunya dari RS.

Ba'da Maghrib, Yazid mengajak Heliza ke rumah Ibunya. Niatnya supaya Heliza menengok mertuanya. Walaupun tidak disambut bahagia oleh Heliza.

Saat mereka mengucapkan salam di rumah orang tua Yazid yang lumayan besar, kedatangan mereka disambut bahagia oleh semua, termasuk oleh Bu Aryani yang nampak senang melihat kedatangan Heliza.

"Waalaikumsalam, masuk Nak," sambutnya tersenyum bahagia. Kebetulan mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga. Heliza duduk di kursi ruang itu berdekatan dengan Bu Aryani.

"Bu, bagaimana, Ibu sudah baikan? Maaf Heliza tidak bisa menjenguk Ibu ke RS kemarin. Kebetulan Heliza saat itu sedang tidak enak badan. Ini Heliza bawakan madu alami khusus sakit jantung. Kata teman Heliza ini bisa menyembuhkan sakit di dada Ibu," tukas Heliza perhatian. Sikap perhatian Heliza ini sungguh diluar dugaan Yazid. Dia tadinya menyangka Heliza akan diam dan cuek saja pada Ibunya.

"Kenapa sih Nak repot-repot segala belikan Ibu obat alami ini? Tapi, Ibu ucapkan terimakasih, nanti Ibu minum deh sebelum tidur," ucap Bu Aryani gembira menerima madu alami pemberian menantunya ini.

"Sama-sama, Bu." Heliza membalas ucapan terimakasih Bu Aryani diimbuhi senyum yang manis, membuat Yazid senang.

"Kebetulan Ibu tadi sudah masak banyak, makanan kesukaan Yazid dan kamu. Ayo makanlah dulu, mungpung masih hangat," ucap Bu Aryani mempersilahkan anak menantunya makan.

"Ibu kan baru pulang dari RS kenapa sudah sibuk di dapur?" heran Heliza.

"Tidak, Ibu tadi dibantu Mak Rani tetangga sebelah yang biasa kerja di sini. Cuma Mak Rani bantunya hanya siang saja kalau Ibu banyak kerjaan di rumah," tukas Bu Aryani sambil menggiring anak menantunya ke meja makan.

"Ya udah bareng Ibu dan Bapak saja kami makannya. Zindar sama Kiana juga makan bareng kita, ayo!" ajak Heliza. Namun mereka semua kebetulan sudah makan sebelum Maghrib tadi.

"Kebetulan kami sudah makan tadi sebelum Maghrib. Kalian berdua makanlah," ujar Bu Aryani mempersilahkan. Heliza dan Yazid segera menempati kursi makan. Heliza mulai menuangkan nasi dan lauknya ke piring Yazid dan dirinya.

"Sayang, kebetulan nih ada oseng toge, makanlah biar kandungan kamu subur dan kita segera punya anak," ceplos Yazid saat melihat oseng toge di sana sesaat sebelum Heliza menyudahi makannya.

"Walau kita makan oseng toge ini, percuma. Aku kan minum pil KB, Kak. Aku kan belum mau punya anak, lagipula sudah aku katakan Ibu sama Bapak Kak Yazid belum tentu menyayangi anak dariku," tukas Heliza tepat saat Bu Aryani sedang mengambil air bening di dispenser.

Sejenak Bu Aryani menghentikan mengambil air dari dispenser, ia melihat Heliza yang kebetulan membelakanginya karena sedang mencuci di wastafel. Bu Heliza tanpa bersuara meninggalkan dispenser dan ruang nakan. Yazid nampak kecewa dengan apa yang dikatakan Heliza barusan yang sedikitnya menyinggung hati Ibu Aryani.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!