Chapter 19 : Dia Hanya Mencari Kematian

Hanya satu tempat yang terpikirkan oleh Mavis saat membawa Mikaela dan yang lainnya pergi. Dia mengunjungi bar milik seorang pria bernama Hammer. Bar yang terletak di pinggiran ibu kota, dan jaraknya tidak jauh dari pasar. Itu terlihat ramai setiap harinya karena selalu dipenuhi para petualang yang keluar dan masuk bar.

Para petualang biasanya datang untuk beristirahat setelah menyelesaikan misi ataupun sekedar berbincang-bincang dengan sesama petualang. Mengingat jarak bar itu dengan guild petualang tidaklah jauh, mereka berpikir lebih baik beristirahat di bar daripada pergi jauh kembali ke rumah masing-masing.

Mereka mengaku itu lebih efisien bagi mereka jika pada saat pergi melakukan sebuah misi. Setelah misi itu selesai mereka bisa beristirahat di bar. Dan ketika energi mereka telah pulih, mereka bisa pergi lagi untuk menyelesaikan misi selanjutnya.

Gambaran itu Mavis dapat dari penjelasan Mikaela di sepanjang perjalanan. Awalnya dia bertanya tentang bar itu, dan Mikaela menjelaskan semua informasi yang dia tau.

Bagaimanapun juga Mikaela sudah lama hidup berdampingan dengan manusia di tempat ini. Bahkan jika Mavis menanyakan tentang sejarah awal dibentuknya kerajaan ini, Mikaela sanggup untuk menjawabnya.

"Aku hanya sedikit penasaran, mengapa kamu bisa tau banyak tentang guild itu? Yah, meski kamu sudah hidup lama, akan sangat aneh jika kamu tau tentang segala sesuatunya."

"Kecuali, jika kamu sering datang ke tempat itu," kata Mavis.

"Ya Tuan, aku beberapa kali mengunjungi tempat itu untuk mencari informasi dari para petualang."

Sampai setibanya di depan bar itu, Mavis melangkah masuk dan langsung disambut ramah oleh si pemilik bar.

"Oh, kau datang lagi. Itu bagus!" Hammer melempar senyuman kepada Mavis. Itu sangat hangat dan membuat Mavis merasa seperti telah kembali ke rumahnya.

Meski baru sebentar Mavis mengenal sosok Hammer, dia merasa sangat cocok setiap kali mengobrol dengan paman itu.

"Apakah Tuan mengenal manusia itu?" Mikaela bertanya setelah dia menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Mavis untuk duduk di kursi itu.

"Ya, aku kenal dia."

Setelah mengambil posisi duduk, Mavis merasa sesuatu ada yang aneh dan segera melihat ke arah belakangnya. Dan benar saja pata pelayannya itu hanya diam mematung di belakang Mavis dan mengambil jarak darinya.

"Sedang apa kalian semua di sana? Cepat duduk di kursi kalian," kata Mavis dengan wajah frustasi.

"Kalian ini sadar atau tidak? Lihat, kalian sudah menarik banyak perhatian!" batin Mavis. Dia mengedarkan pandangannya ke arah para pengunjung yang kini terfokus membicarakan Mavis dan lainnya.

Dengan cepat seakan menuruti perintah tuannya, Mikaela, Samantha, Sera, Ozzi, dan Akio kini sudah mengambil posisi duduk. Namun, satu sosok masih berdiri di tempatnya tanpa bersuara.

"Ada apa? Mengapa kamu masih berdiam di situ?"

"Maaf Tuan, aku tidak bisa," kata Giraldo dengan malu-malu.

Mavis mengerutkan kening. Apa dia terlalu kasar sebelumnya?

"Tuan, dengan tubuhnya yang besar seperti itu, tidak mungkin baginya duduk di kursi itu," kata Mikaela.

Mavis refleks tidak bisa menahan untuk tidak tertawa, tapi kemudian dia buru-buru tenang kembali.

"Maaf," kata Mavis. Dalam hatinya dia masih menertawakan Giraldo. Memang dia telah melupakan fakta tentang tubuh Giraldo yang sangat besar, kursi itu tidak akan kuat bila dia mendudukinya.

"Ini tidak akan lama. Apa kamu tidak apa-apa jika berdiri seperti itu sebentar saja?"

"Ya, Tuan," kata Giraldo sambil memasang senyuman tulus.

Tak lama, Hammer pun datang menghampiri.

"Ada yang bisa saya bantu?" kata Hammer sambil tersenyum, itu hanyalah untuk berbasa-basi.

"Paman, kau seperti sedang bicara dengan siapa saja."

"Yah, lagipula itu sudah menjadi pekerjaanku. Jadi, apa maksud kedatanganmu kali ini? Apa kamu ingin minum-minum lagi?"

"Bukan, aku hanya ingin bertanya apakah Paman tau di sekitar sini tenpat yang menyewakan ruangan untuk para petualang mengadakan pertemuan?" kata Mavis.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan mereka, dan itu rahasia."

"Mereka para petualang?" Hammer menatap Mikaela dan lainnya dengan cara yang aneh. "Aku sepertinya tidak pernah melihat petualang seperti mereka di  kerajaan ini. Dan lagi ... apa yang ada di sana itu?"

Hammer kaget saat pandangannya terhenti di Giraldo. Itu karena postur tubuh Giraldo yang hampir dua kali lebih besar dari tubuhnya.

"Ya, kamu tidak mungkin mengenali mereka. Lagipula mereka petualang dari kerajaan lain," kata Mavis.

Segala sesuatunya segera menjadi rusuh. Beberapa petualang yang sebelumnya diam-diam mengawasi Mavis kini beranjak mendekatinya.

"Hei bocah, kau bilang dia petualang dari kerajaan lain?"

"Kerjaan mana?"

"Hei, hei, kalian kembali ke tempat kalian atau jangan salahkan aku untuk menendang kalian keluar! Jangan membuat rusuh di tempatku!" Hammer memblokir orang-orang barbar itu.

"Hammer kau... sialan! Mengapa kau memihak mereka? Padahal Kau sendiri tahu kalau kita sering dipermalukan oleh petualang dari kerajaan lain!"

"Hei kalian! aku menantang kalian bertarung. Apa kalian berani?" Salah satu petualang yang kini sedang dipaksa oleh Hammer untuk pergi berteriak dengan maksud menghina.

"Hal memalukan apa, bahkan kalian tidak berani menunjukan wajah? Jadi petualang di kerajaan lain adalah pecundang di antara sampah?"

Dia tertawa keras.

Para petualang yang awalnya diam melihat kini mulai menyoraki dan menghujat Mavis dan yang lainnya. Seakan itu mencoba untuk memprovokasi.

"Aku sarankan kalian tidak mencoba membuat masalah yang nantinya tidak bisa kalian tangani," kata Mavis sambil memasang wajah jijik.

"Kau..." Petualang itu kehabisan kata-kata. Memang, dia hanyalah petualang yang tidak seberapa kuatnya. Dia hanya mencoba untuk menggertak karena dia tahu di bar itu terdapat banyak petualang lainnya, yang sama-sama membenci petualang dari luar kerajaan. Jika mereka bersatu, menjadi hal yang mudah untuk mengalahkan para petualang dari kerajaan lain itu.

Mavis malas mengurusi mereka sebenarnya, tapi itu akan menjadi masalah besar nantinya jika ini terus berlanjut.

Dia pun melirik ke arah Mikaela dan mengisyaratkan sesuatu padanya.

Mikaela segera mengerti maksud tuannya itu, dia mengangguk dan segera bangkit dari duduk. Kemudian dengan anggun dia berjalan ke arah tengah bar dan menurunkan tudung pakaiannya yang berwarna hitam.

Segera, terlihat sosok mempesona di tengah kerumunan. Para petualang yang sebelumnya mengejek kini mulai terdiam dan mematung. Mata semua petualang yang dominasi oleh para laki-laki ini mulai memelototi Mikaela dan mulai tidak sopan mengoreksi tubuhnya. Mereka mulai terhipnotis dan mulai terbuai dengan keindahan yang langka itu. Bahkan beberapa diantaranya ada yang memasang wajah cabul.

Namun, itu tidak berselang lama sampai Mikaela bertindak dan membuat semua orang bangun dari mimpinya.

"Hanya seorang lalat hina bahkan berani menantangku?" Mikaela memasang wajah jijik ke arah petualang itu. Dia menyangga kedua tangannya dipinggang.

"Apa kau bilang!" Petualang itu meledak sejadi-jadinya. Emosinya mencapai puncak.

"Kau...." Dia mendorong Hammer ke samping dan segera berlari ke arah Mikaela.

"Akan kuhabisi kau! Jalang sialan!"

Petualang itu menarik pedang dari sarung pinggangnya dan mengambil posisi hendak menebas ke arah Mikaela.

"Kau bahkan tidak pantas untuk berbicara padaku." Mikaela dengan wajah dingin menarik telunjuknya dan dengan gerakan menebas yang sama, dia arahkan pada petualang itu.

Tak lama, merasa sesuatu ada yang salah pada tubuhnya petualang itu menjerit kesakitan sebelum sampai setengah dari langkahnya dengan Miakaela. Dia melepas pedangnya dan mulai memegangi bagian paha dan dadanya.

Penonton sontak terkejut. Bagaimana bisa? Petualang itu bertingkah aneh seperti sedang merasakan kesakitan. Trik macam apa yang dilakukan Mikaela sampai bisa membuat petualang itu berubah kesakitan?

"Jalang sialan! Apa yang telah kau lakukan!" Seorang wanita yang sebelumnya juga ikut menyoraki dari arah penonton kini berlari menuju petulang itu. Dia memasang wajah jelek karena marah.

"Jack, ada apa denganmu?"

"Hei! Cepat! Lepaskan mantra itu!"

Wanita itu segera menyadari ada sesuatu yang salah pada kekasihnya. Seolah dia terluka, tapi itu tidak terlihat ada bekas sayatan ataupun darah sama sekali keluar dari tubuhnya itu. Ini sudah pasti sebuah mantra kutukan yang sangat keji! Begitu yang ada dipikirannya.

Mikaela tidak membalasnya dan malah berniat kembali ke tempat duduknya. Itu membuat dia semakin kesal dan muncul niat membunuh pada dirinya.

"Sialan!"

Wanita itu marah dan segera mengacungkan tongkat miliknya itu ke arah Mikaela, dan kemudian mengucapkan mantra, "Sihir pengendali api, Panah api!"

Kemudian beberapa panah tercipta dari kehampaan dan itu mulai bergerak menuju Mikaela dari arah belakang punggungnya. Itu melesat dengan sangat cepat. Namun, tiba-tiba saja itu menghilang seperti menabrak suatu penghalang tak kasat mata yang jaraknya satu meter dari tempat Mikaela berhenti melangkah.

Wanita itu syok berat, dan kehilangan kesombongannya.

"Cukup sampai sini. Jika ada yang mencari masalah denganku lagi, aku tidak akan menahan diri," kata Mikaela.

Terpopuler

Comments

Adryan Eko

Adryan Eko

good

2022-06-06

0

Alan Lao7

Alan Lao7

👍

2021-07-08

0

[ O 5 - 8 ] Mr. Rax

[ O 5 - 8 ] Mr. Rax

takuti mereka nunjukin wujud iblis tuh apain kutukan aplagi kutukan darah hanya saja pemilik bar punya hubungan dgn Mavis jadi ga bisa:v

2021-07-04

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Bangkitlah Buster
2 Chapter 2 : Pangeran Yang Baik Hati
3 Chapter 3 : Sebuah Konspirasi
4 Chapter 4 : Surat Dari Osaka
5 Chapter 5 : Menyelinap Pergi
6 Chapter 6 : Buku Misterius
7 Chapter 7 : Bar Hammer
8 Chapter 8 : Pria Yang Sombong
9 Chapter 9 : Kejutan Dari Bayangan Hitam
10 Chapter 10 : Kunjungan Yang Tidak Diharapkan
11 Chapter 11 : Reus Dan Darius
12 Chapter 12 : Pengikut Setia
13 Chapter 13 : Nama Hanyalah Nama
14 Chapter 14 : Menjadi Mata Tuanku
15 Chapter 15 : Malam Yang Melelahkan
16 Chapter 16 : Mencari Seorang Guru
17 Chapter 17 : Dia Tidak Berbakat
18 Chapter 18 : Keinginanannya Sederhana
19 Chapter 19 : Dia Hanya Mencari Kematian
20 Chapter 20 : Selamat Bergabung
21 Chapter 21 : Kegagalan Pertama
22 Chapter 22 : Kembalinya Legenda
23 Chapter 23 : Si Little Rookie
24 Chapter 24 : Keinginan Sigurd Kecil
25 Chapter 25 : Memikirkan Sesuatu Yang Tidak Perlu
26 Chapter 26 : Menuju Dungeon Dekat Menara Kembar
27 Chapter 27 : Makan Malam Keluarga
28 Chapter 28 : Hadiah Selir Juleaha
29 Chapter 29 : Sesuai Pesanan
30 Chapter 30 : Misi Penting Untuk Sera
31 Chapter 31 : Pasukan Ekspedisi Kekaisaran
32 Chapter 32 : Menyingkir Atau Kau Mati
33 Chapter 33 : Terimakasih Nona!
34 Chapter 34 : Raja Goblin
35 Chapter 35 : Pembantaian Sepihak!
36 Charter 36 : Alasan Dibentuknya Tim Ekspedisi
37 Chapter 37 : Serpihan Yang Jatuh Ke Tanah
38 Chapter 38 : Tunduk Padaku Atau Mati
39 Chapter 39 : Pengaturan Empat Bidang
40 Chapter 40 : Putri Yang Sombong
41 Chapter 41 : Rumor Hanyalah Rumor
42 Chapter 42 : Aku Lebih Memilih Mati
43 Chapter 43 : Penyambutan Murid Akademi
44 Chapter 44 : Sepertinya Ada Yang Salah Denganku
45 Chapter 45 : Seorang Master
46 Chapter 46 : Sebidang Tanah Perbatasan
47 Chapter 47 : Hadiah Raja Ragnar
48 Chapter 48 : Earl Edward
49 Chapter 49 : Si Iblis Penyembuh
50 Chapter 50 : Merebut Antrian
51 Chapter 51 : Tim Ekspedisi Baru
52 Chapter 52 : Serangan Dari Luar
53 Chapter 53 : Kemunculan Tim Ekspedisi Baru Kekaisaran
54 Chapter 54 : Sampaikan Pesanku
55 Chapter 55 : Bertemu Lagi Dengan Yennefer
56 Chapter 56 : Musuh Para Iblis?
57 Chapter 57 : Dia Bangsawan Yang Baik
58 Chapter 58 : Pertemuan Raja dan Ratu Dari Kerajaan Berafiliasi
59 Chapter 59 : Sebuah Peringatan
60 Chapter 60 : Iblis Es Dan Api
61 Chapter 61 : Bertemu Teman Lama
62 Chapter 62 : Perpisahan Iblis Lily dan Murid Ed
63 Chapter 63 : Kembali Untuk Menyembuhkan Sang Ratu
64 Chapter 64 : Awal Dari Pembantaian
65 Chapter 65 : Tarian Bunga Api
66 Chapter 66 : Kemunculan Makhluk Legenda Naga
67 Chapter 67 : Kekalahan Tim Ekspedisi Kekaisaran
68 Chapter 68 : Menyembuhkan Sang Ratu
69 Chapter 69 : Tabib Kerajaan
70 Chapter 70 : Kematian Misterius Tabib Kerajaan
71 Chapter 71 : Seorang Petinggi Menjadi Bawahan Tuanku
72 Chapter 72 : Sang Ratu Terbangun
73 Chapter 73 : Berbeda Dari Apa Yang Ada Diingatannya
74 Chapter 74 : Konflik Pencabutan
75 Chapter 75 : Kartu Truf Sang Raja
76 Chapter 76 : Rencana Diplomasi
77 Chapter 77 : Langkah Awal Dan Tujuan Baru Sang Pangeran
78 Chapter 78 : Kehadiran Yang Kuat
79 Chapter 79 : Darah Dibalas Dengan Darah
80 Chapter 80 : Melarikan Diri, Selir Juleaha Memilih Pergi
81 Chapter 81 : Merekrut Reus
82 Chapter 82 : Keraguan Dan Kembali
83 Chapter 83 : Kembalinya Ras Buas Ke Benua Utama
84 Chapter 84 : Keributan Yang Tidak Perlu
85 Chapter 85 : Kebodohan Yang Memuncak
86 Chapter 86 : Pengaturan Tugas Baru
87 Chapter 87 : Pangeran Julius
88 Chapter 88 : Berlatih Dan Bersantai
89 Chapter 89 : Saatnya Pergi
90 Chapter 90 : Pergi Bukan Berarti Berpisah
91 Chapter 91 : Kontrak Darah Prajurit Baru
92 Chapter 92 : Hadiah Kecil
93 Chapter 93 : Bertindak Gila Untuk Bertahan Hidup
94 Chapter 94 : Si Kecil Zahard
95 Chapter 95 : Tuan, Mohon Beri Perintah
96 Chapter 96 : Mustahil
97 Chapter 97 : Kembalilah Dan Berkemas
98 Chapter 98 : Kesempatan Kedua
99 Chapter 99 : Tuan Rumah Yang Sesungguhnya
100 Chapter 100 : Utusan Kekaisaran
101 Chapter 101 : Waktunya Kembali Dalam Rencana
102 Chapter 102 : Kau Pasti Bisa
103 Chapter 103 : Kedatangan Lily
104 Chapter 104 : Dia Seorang Master
105 Chapter 105 : Surat Yang Tidak Pernah Sampai
106 Chapter 106 : Tukang Pamer
107 Chapter 107 : Harapan Dan Kembali
108 Chapter 108 : Menjemput Kakak Dan Calonku
109 Chapter 109 : Kekecewaan Warga
110 Chapter 110 : Lupakan Saja Dia
111 Chapter 111 : Perkembangan Para Goblin
112 Chapter 112 : Membentuk Departemen Keuangan Goblin
113 Chapter 113 : Harga Yang Harus Dibayar
114 Chapter 114 : Lihatlah Di Mana Posisimu Berada
115 Chapter 115 : Sebenarnya Dialah Sang Putri
116 Chapter 116 : Berdirinya Kerajaan Binatang Buas
117 Chapter 117 : Kuil Suci Dan Anak Cahaya
118 Chapter 118 : Dalang Di Balik Semua Kekacauan
119 Chapter 119 : Pemberontakan Pangeran Philip
120 Chapter 120 : Perekrutan Hewan Peliharaan Baru
121 Chapter 121 : Dekrit Baru Sang Kaisar
122 Chapter 122 : Rapat Pertama Di Kekaisaran Menara Kembar
123 Chapter 123 : Pesan Penting Dari Ibu Kota
124 Chapter 124 : Si Penyusup dan Sang Pembawa Pesan
125 Chapter 125 : Eksistensi Misterius
126 Chapter 126 : Rantai Pengekang
127 Chapter 127 : Kepulangan Sang Pangeran
128 Chapter 128 : Rapat Dengan Utusan Kerajaan
129 Chapter 129 : Pengakuan Dosa
130 Chapter 130 : Tekat Dan Keyakinan
131 Chapter 131 : Percakapan Dua Bocah Kecil
132 Chapter 132 : Ras Dwarf
133 Chapter 133 : Kembali Ke Rumah
134 Chapter 134 : Perkembangan Sang Tuan Dan Makhluk Bayangannya
135 Chapter 135 : Jejak Kedatangan Seorang Ahli
136 Chapter 136 : Pertemuan Yang Tidak Disengaja
137 Chapter 137 : Bergabung Ke Barisan Terdepan
138 Chapter 138 : Bunyi Terompet Peperangan
139 Chapter 139 : Pertarungan Di Antara Para Ahli
140 Chapter 140 : Pasukan Pengalihan
141 Chapter 141 : Perburuan Master
142 Chapter 142 : Ilusi Penciptaan Scott dan Violet
143 Chapter 143 : Kematian Yang Menyakitkan
144 Chapter 144 : Seorang Kepala Cabang
145 Chapter 145 : Bergegas Kembali Ke Ibu Kota
146 Chapter 146 : Kegagalan Lainnya
147 Chapter 147 : Mengkhawatirkan Sesuatu Yang Tidak Perlu
148 Chapter 148 : Kedamaian Untuk Seluruh Seluruh Ras Di Daratan Benua
149 Selesai : I'M THE NECROMANCER KING
150 Pemberitahuan : Series Buku Kedua Sudah Tersedia
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Chapter 1 : Bangkitlah Buster
2
Chapter 2 : Pangeran Yang Baik Hati
3
Chapter 3 : Sebuah Konspirasi
4
Chapter 4 : Surat Dari Osaka
5
Chapter 5 : Menyelinap Pergi
6
Chapter 6 : Buku Misterius
7
Chapter 7 : Bar Hammer
8
Chapter 8 : Pria Yang Sombong
9
Chapter 9 : Kejutan Dari Bayangan Hitam
10
Chapter 10 : Kunjungan Yang Tidak Diharapkan
11
Chapter 11 : Reus Dan Darius
12
Chapter 12 : Pengikut Setia
13
Chapter 13 : Nama Hanyalah Nama
14
Chapter 14 : Menjadi Mata Tuanku
15
Chapter 15 : Malam Yang Melelahkan
16
Chapter 16 : Mencari Seorang Guru
17
Chapter 17 : Dia Tidak Berbakat
18
Chapter 18 : Keinginanannya Sederhana
19
Chapter 19 : Dia Hanya Mencari Kematian
20
Chapter 20 : Selamat Bergabung
21
Chapter 21 : Kegagalan Pertama
22
Chapter 22 : Kembalinya Legenda
23
Chapter 23 : Si Little Rookie
24
Chapter 24 : Keinginan Sigurd Kecil
25
Chapter 25 : Memikirkan Sesuatu Yang Tidak Perlu
26
Chapter 26 : Menuju Dungeon Dekat Menara Kembar
27
Chapter 27 : Makan Malam Keluarga
28
Chapter 28 : Hadiah Selir Juleaha
29
Chapter 29 : Sesuai Pesanan
30
Chapter 30 : Misi Penting Untuk Sera
31
Chapter 31 : Pasukan Ekspedisi Kekaisaran
32
Chapter 32 : Menyingkir Atau Kau Mati
33
Chapter 33 : Terimakasih Nona!
34
Chapter 34 : Raja Goblin
35
Chapter 35 : Pembantaian Sepihak!
36
Charter 36 : Alasan Dibentuknya Tim Ekspedisi
37
Chapter 37 : Serpihan Yang Jatuh Ke Tanah
38
Chapter 38 : Tunduk Padaku Atau Mati
39
Chapter 39 : Pengaturan Empat Bidang
40
Chapter 40 : Putri Yang Sombong
41
Chapter 41 : Rumor Hanyalah Rumor
42
Chapter 42 : Aku Lebih Memilih Mati
43
Chapter 43 : Penyambutan Murid Akademi
44
Chapter 44 : Sepertinya Ada Yang Salah Denganku
45
Chapter 45 : Seorang Master
46
Chapter 46 : Sebidang Tanah Perbatasan
47
Chapter 47 : Hadiah Raja Ragnar
48
Chapter 48 : Earl Edward
49
Chapter 49 : Si Iblis Penyembuh
50
Chapter 50 : Merebut Antrian
51
Chapter 51 : Tim Ekspedisi Baru
52
Chapter 52 : Serangan Dari Luar
53
Chapter 53 : Kemunculan Tim Ekspedisi Baru Kekaisaran
54
Chapter 54 : Sampaikan Pesanku
55
Chapter 55 : Bertemu Lagi Dengan Yennefer
56
Chapter 56 : Musuh Para Iblis?
57
Chapter 57 : Dia Bangsawan Yang Baik
58
Chapter 58 : Pertemuan Raja dan Ratu Dari Kerajaan Berafiliasi
59
Chapter 59 : Sebuah Peringatan
60
Chapter 60 : Iblis Es Dan Api
61
Chapter 61 : Bertemu Teman Lama
62
Chapter 62 : Perpisahan Iblis Lily dan Murid Ed
63
Chapter 63 : Kembali Untuk Menyembuhkan Sang Ratu
64
Chapter 64 : Awal Dari Pembantaian
65
Chapter 65 : Tarian Bunga Api
66
Chapter 66 : Kemunculan Makhluk Legenda Naga
67
Chapter 67 : Kekalahan Tim Ekspedisi Kekaisaran
68
Chapter 68 : Menyembuhkan Sang Ratu
69
Chapter 69 : Tabib Kerajaan
70
Chapter 70 : Kematian Misterius Tabib Kerajaan
71
Chapter 71 : Seorang Petinggi Menjadi Bawahan Tuanku
72
Chapter 72 : Sang Ratu Terbangun
73
Chapter 73 : Berbeda Dari Apa Yang Ada Diingatannya
74
Chapter 74 : Konflik Pencabutan
75
Chapter 75 : Kartu Truf Sang Raja
76
Chapter 76 : Rencana Diplomasi
77
Chapter 77 : Langkah Awal Dan Tujuan Baru Sang Pangeran
78
Chapter 78 : Kehadiran Yang Kuat
79
Chapter 79 : Darah Dibalas Dengan Darah
80
Chapter 80 : Melarikan Diri, Selir Juleaha Memilih Pergi
81
Chapter 81 : Merekrut Reus
82
Chapter 82 : Keraguan Dan Kembali
83
Chapter 83 : Kembalinya Ras Buas Ke Benua Utama
84
Chapter 84 : Keributan Yang Tidak Perlu
85
Chapter 85 : Kebodohan Yang Memuncak
86
Chapter 86 : Pengaturan Tugas Baru
87
Chapter 87 : Pangeran Julius
88
Chapter 88 : Berlatih Dan Bersantai
89
Chapter 89 : Saatnya Pergi
90
Chapter 90 : Pergi Bukan Berarti Berpisah
91
Chapter 91 : Kontrak Darah Prajurit Baru
92
Chapter 92 : Hadiah Kecil
93
Chapter 93 : Bertindak Gila Untuk Bertahan Hidup
94
Chapter 94 : Si Kecil Zahard
95
Chapter 95 : Tuan, Mohon Beri Perintah
96
Chapter 96 : Mustahil
97
Chapter 97 : Kembalilah Dan Berkemas
98
Chapter 98 : Kesempatan Kedua
99
Chapter 99 : Tuan Rumah Yang Sesungguhnya
100
Chapter 100 : Utusan Kekaisaran
101
Chapter 101 : Waktunya Kembali Dalam Rencana
102
Chapter 102 : Kau Pasti Bisa
103
Chapter 103 : Kedatangan Lily
104
Chapter 104 : Dia Seorang Master
105
Chapter 105 : Surat Yang Tidak Pernah Sampai
106
Chapter 106 : Tukang Pamer
107
Chapter 107 : Harapan Dan Kembali
108
Chapter 108 : Menjemput Kakak Dan Calonku
109
Chapter 109 : Kekecewaan Warga
110
Chapter 110 : Lupakan Saja Dia
111
Chapter 111 : Perkembangan Para Goblin
112
Chapter 112 : Membentuk Departemen Keuangan Goblin
113
Chapter 113 : Harga Yang Harus Dibayar
114
Chapter 114 : Lihatlah Di Mana Posisimu Berada
115
Chapter 115 : Sebenarnya Dialah Sang Putri
116
Chapter 116 : Berdirinya Kerajaan Binatang Buas
117
Chapter 117 : Kuil Suci Dan Anak Cahaya
118
Chapter 118 : Dalang Di Balik Semua Kekacauan
119
Chapter 119 : Pemberontakan Pangeran Philip
120
Chapter 120 : Perekrutan Hewan Peliharaan Baru
121
Chapter 121 : Dekrit Baru Sang Kaisar
122
Chapter 122 : Rapat Pertama Di Kekaisaran Menara Kembar
123
Chapter 123 : Pesan Penting Dari Ibu Kota
124
Chapter 124 : Si Penyusup dan Sang Pembawa Pesan
125
Chapter 125 : Eksistensi Misterius
126
Chapter 126 : Rantai Pengekang
127
Chapter 127 : Kepulangan Sang Pangeran
128
Chapter 128 : Rapat Dengan Utusan Kerajaan
129
Chapter 129 : Pengakuan Dosa
130
Chapter 130 : Tekat Dan Keyakinan
131
Chapter 131 : Percakapan Dua Bocah Kecil
132
Chapter 132 : Ras Dwarf
133
Chapter 133 : Kembali Ke Rumah
134
Chapter 134 : Perkembangan Sang Tuan Dan Makhluk Bayangannya
135
Chapter 135 : Jejak Kedatangan Seorang Ahli
136
Chapter 136 : Pertemuan Yang Tidak Disengaja
137
Chapter 137 : Bergabung Ke Barisan Terdepan
138
Chapter 138 : Bunyi Terompet Peperangan
139
Chapter 139 : Pertarungan Di Antara Para Ahli
140
Chapter 140 : Pasukan Pengalihan
141
Chapter 141 : Perburuan Master
142
Chapter 142 : Ilusi Penciptaan Scott dan Violet
143
Chapter 143 : Kematian Yang Menyakitkan
144
Chapter 144 : Seorang Kepala Cabang
145
Chapter 145 : Bergegas Kembali Ke Ibu Kota
146
Chapter 146 : Kegagalan Lainnya
147
Chapter 147 : Mengkhawatirkan Sesuatu Yang Tidak Perlu
148
Chapter 148 : Kedamaian Untuk Seluruh Seluruh Ras Di Daratan Benua
149
Selesai : I'M THE NECROMANCER KING
150
Pemberitahuan : Series Buku Kedua Sudah Tersedia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!