Terik matahari membakar kulit mulus pria yang kini sedang berjalan dengan riang dan gembira. Sambil menggigit makanan yang berada di gengamannya, dia melihat ke sana kemari toko demi toko yang berbaris rapi di sepanjang jalan.
Orang itu adalah Mavis, dia sedang berada di distrik pasar yang sebelumnya sempat dia kunjungi bersama Sasha. Dan kini dia kembali untuk memburu makanan-makanan lezat yang sebelumnya belum sempat dia cicipi.
"Ini sangat menyenangkan, dulu aku pernah bertanya-tanya bagaiamana rasanya menjadi orang yang serba berkecukupan, sehingga bisa memakan makanan yang lezat seperti ini."
"Dan sekarang aku tau rasanya."
Mavis menepuk kantung celananya sehingga menimbulkan suara,
cringg... cring....
Koin itu saling berbenturan di dalam kantung sakunya.
"Aku senang menjadi orang kaya!" Mavis jatuh dalam kegembiraan yang ekstrim. Dia tersenyum lebar sampai-sampai terlihat aneh di mata orang-orang yang melihat.
Dia terus berjalan menyusuri pasar dan memutarinya. Sampai pada suatu ketika dia memilih untuk istirahat sambil mencicipi sebuah minuman hangat khas kedai itu, minuman ale yang rasanya mint. Sekumpulan orang datang menghampiri Mavis.
Mereka berpenampilan misterius dengan pakaian tertutup berwarna hitam. Wajah semua dari mereka tertutup kain, itu hanya menyisahkan sepasang mata merah yang tajam.
"Tuanku."
Mereka semua mengambil posisi setengah sujud dengan salah satu kaki menopang tubuh.
"Kalian sepertinya memiliki kemampuan untuk menemukan keberadaanku. Aku pikir kalian akan kesulitan dan membutuhkan banyak waktu untuk mencariku," kata Mavis sembari tertawa.
"Terimakasih Tuan, atas pujiannya. Harap percayalah, kami ini dapat mengenali Tuannya dengan sangat baik," kata Mikaela. Kini dia berada di barisan terdepan dan berhadapan langsung dengan tubuh Mavis.
"Berdirilah."
Mikaela dan yang lainnya tidak beranjak beridiri.
"Ada apa?"
"Bukan apa-apa Tuan, kami hanya merasa lebih baik dalam posisi seperti ini saat menghadap Tuan."
"Baiklah, terserah kalian." Mavis hanya menaikan bahunya sesaat. "Jika itu memang membuat kalian lebih nyaman."
"Sebelumnya aku menyuruh kalian kembali dengan maksud untuk memikirkan segala sesuatunya. Namun, sampai pagi tadi aku masih menemui jalan buntu."
"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran, Tuan?" kata Mikaela.
Mavis menoleh ke sekitarnya, itu tidak mungkin bagi dirinya untuk mengatakannya dengan terang-terangan. Bagaimana jika ada orang yang mendengarnya?
"Apa ada di antara kalian yang bisa membuat perkataanku agar tidak dapat di dengar oleh orang lain selain kalian?"
"Tuan, aku bisa," kata Sera. Iblis perempuan yang sebelumnya pasif mendengarkan.
"Kerja bagus!"
Sera mulai merapalkan mantra dengan kedua ruas jari-jarinya membentuk suatu pola rumit beberapa kali.
Matanya terpejam dan dia berkonsentrasi penuh.
Sebuah pelapis cahaya berwarna putih mulai terbentuk menjadi sebuah pelindung tak kasat mata yang dapat memblokir suara dari dalam agar tidak keluar.
Setelah Mavis merasa keadaan sudah mulai aman, dia lanjut berbicara, "Sebelumnya aku telah mengatakan untuk menjadikan kalian penjagaku yang akan terus bersamaku ke manapun aku pergi."
"Dan masalahnya terletak pada jati diri kalian sendiri. Kalian berasal dari ras iblis, dan itu akan sangat berbahaya jika seorang manusia tau rahasia identitas kalian. Bagaimanapun juga iblis telah dikisahkan sebagai musuh alami ras manusia dari jaman dahulu. Oleh karena itu, aku ingin kalian menyembunyikan identitas kalian, dan jangan katakan kepada siapapun tanpa mendapatkan izin dariku," kata Mavis.
"Baik, Tuan." Mereka menjawab bergantian tanpa ragu.
"Juga ... mengenai penampilan fisik kalian. Sebenarnya aku tidak mempersalahkannya. Hanya saja itu...."
Mavis sulit mengatakan itu kepada mereka.
"Tuan hanya terlalu baik memikirkan kami. Tuan dapat mengatakannya," kata Mikaela.
"Penampilan kalian tidak wajar dan akan mendatangkan masalah nantinya. Terutama dengan tanduk iblis itu, akan gawat jika ada seorang ilmuwan atau ahli sejarah yang mengenali bentuknya."
"Apakah ada yang bisa memberitahuku solusi untuk masalah ini? Bagaimana denganmu, Samantha?" Mavis lagi-lagi mulai terbiasa mengandalkan dia.
Iblis itu menaikan kacamatanya dan mendongakan kepalanya menatap Mavis, sebelum akhirnya dia menjawab, "Tuan harap tenang, aku mempunyai dua solusi untuk menyelesaikan masalah itu."
Seakan ini sebuah kesempatan yang bagus, Samantha bersemangat mengatakannya.
"Katakan."
Mavis membenahi cara duduknya dan kini menjadi tegap. Kedua matanya berbinar dan terfokus menatap Samantha.
"Opsi pertama, sebenarnya kami dapat mengambil bentuk tubuh yang mirip seperti manusia, Tuan. Hanya saja itu merupakan hal terlarang di kalangan kami, ras iblis, karena itu menandakan seorang iblis bermartabat rendah, dan sama saja tidak bangga dengan rasnya."
"Dan opsi yang kedua, kami mengalami kebangkitan. Seperti yang Tuan lakukan terhadap manusia itu di malam sebelumnya."
"Kau bercanda? Dia itu berbeda karena sudah menjadi mayat, sementara kalian itu masih hidup. Hal konyol apa, kamu bahkan mengajukan kematian menjadi sebuah opsi?"
Mavis menutup matanya dengan telapak tangan karena mengalami stress mendadak. Dia sungguh kehilangan kata-kata.
"Maaf, Tuan."
Samantha kembali menunduk dengan wajah ditekuk. Dia merasa menyesal telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya diucapkan dan membuat tuannya itu tidak suka. Dia benar-benar merasa bersalah telah menaruh perasaan pribadi tanpa memikirkan akibatnya.
Dia memang iri dengan manusia itu--Darius, yang mendapat kemurahan hati Mavis dengan membawanya menyatu dengan bayangan miliknya, padahal manusia hina itu sebelumnya ingin mencelakakan Mavis. Mengapa manusia itu dipercaya tuannya, sementara mereka yang sabar dan setia menunggu kedatangannya tidak mendapat tempat di sisinya?
Samantha kembali menenangkan pikirannya.
"Tuan, apakah ada sesuatu yang tidak Tuan suka tentang kami?" Mikaela mengajukan pertanyaan.
Ternyata, bukan hanya Samantha saja yang merasakan hal itu, tetapi yang lainnya juga.
"Tuan, harap katakan itu dan kami akan melakukan apapun yang Tuan inginkan, sampai Tuan dapat percaya dan menerima kami," kata Mikaela.
"Eh?"
Mavis terperanjat, dan dia bangkit dari duduk.
"Apa yang kalian katakan? Apakah aku melewatkan sesuatu? Bukankah aku sudah membuat kontrak darah dengan kalian sebelumnya? Apa itu kurang bukti bahwa aku menerima kalian?" kata Mavis dengan keheranan terlintas di wajahnya.
"Bukan itu Tuan, yang kami maksudkan untuk bisa berada di sisi Tuan sama seperti manusia itu, dan juga burung itu."
"Maksudmu Darius dan juga Buster? Kalian...."
Mavis mengerutkan kening.
"Apakah kalian serius? Yang kita bicarakan di sini menyangkut kematian. Itu hanya bisa dilakukan kepada orang yang sudah menjadi mayat. Apa yang spesial dengan itu? Sampai-sampai kalian ingin sekali menjadi seperti mereka?"
Mereka semua terdiam.
Bagi mereka, dibangkitkan kembali berarti mendapatkan kepercayaan sepenuhnya dari Mavis.
"Oke baiklah, aku akan melakukannya agar kalian tidak bertingkah aneh seperti ini," kata Mavis.
Sontak wajah Mikaela berbinar dan menatap Mavis dengan senyuman penuh kebahagiaan. Dia menjadi bersemangat. Begitupula dengan yang lainnya.
Mavis yang melihatnya merasa malu untuk itu. Bahkan dengan cara mereka mengahadap Mavis sudah menarik beberapa orang melihat ke arahnya, dan sekarang ditambah lagi seorang wanita memasang wajah seperti itu.
Orang-orang yang berjalan di sekitar bahkan membicarakan mereka di belakang. Seperti, sedang apa mereka? Apa ini sebuah pertunjukan drama? Bukankah mereka sangat mencurigakan, apa-apaan itu memakai pakaian serba hitam, seperti sekte sesat saja.
Untungnya, Sera telah menggunakan kemampuam lainnya yaitu pelindung kedap suara. Sehingga mereka yang berada di sekitar mereka tidak tahu apa yang sedang dibicarakan.
"Mari kita akhiri sampai di sini. Kalian semua bangkit dan ikuti aku," kata Mavis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Adryan Eko
bayangin succubus pake kacamata..
KAWAAIII
2022-06-06
1
You Me
Ibu nya sakit ,ayah nya stres anak nya nganggur
2022-05-30
0
yang baca anak tolol
Alur nya bagus tapi MC nya tolol nya keterlaluan
2021-04-12
3