"Lihat! Apa yang di sana!" Kedua manik mata Mavis bersinar tatkala melihat sebuah kedai yang menjual makanan pasar berbentuk aneh. "Apa itu enak?"
"Pangeran, kau sudah makan terlalu banyak," kata Sasha dengan setengah berbisik.
"Aku masih bisa!"
"Tapi..."
Sasha hanya bisa mengikuti sang pangeran yang gila makan itu mencoba setiap jajanan pasar yang mereka temui. Pelayan itu hanya tidak habis pikir kemana semua makanan yang masuk ke dalam perut pangeran? Dia sudah makan pagi tadi dan sudah kurang lebih makan lima jajanan sebelumnya, dan sekarang nambah lagi?
Sasha punya sebuah ide. "Pangeran, ada tempat bagus yang ingin aku tunjukan. Apa Pangeran ingin melihatnya?"
"Tempat apa itu?" Sambil mengunyah cumi bakar, Mavis menatapnya.
"Itu pasar khusus yang hanya menjual barang langka dan hanya sedikit orang yang tahu tempatnya."
"Jika hanya sedikit orang yang tahu, maka mengapa kamu bisa tau?" Mavis tak berminat dan lanjut berjalan setelah menghabiskan satu cumi bakar, kemudian matanya bersinar lagi melihat makanan di kedai selanjutnya. "Sasha, bayar cumi tadi dan susul aku ke sana!" Sang Pangeran menunjuk sebuah kedai yang menjajakan makanan seperti roti bulat.
"Eh? Tunggu..." Sasha membayar dua koin perunggu ke pemilik kedai tadi. Kemudian ia berlari untuk menyusul Sang Pangeran.
Setibanya di kedai itu Mavis mulai menyantap roti madu yang diambilnya dan duduk perlahan di dalam kedai itu. Namun, di tengah dirinya yang sedang asik mengunyah dan meresapi rasa nikmat yang meleleh di mulutnya, ia mulai terusik dengan suara bising dari tenda kios di sebelahnya. Hingga tanpa sadar ia menguping pembicaraannya.
"Nak, satu buku ini berharga 5 koin perunggu."
"Hanya buku bobrok begini kau jual seharga lima koin perunggu? Hei Nenek, kau ingin merampokku? Lima koin perunggu jika aku ingin, aku bisa mendapat lima roti kukus dari kedai lain! Aku hanya akan memberimu paling tidak dua koin saja!"
"Tidak anak muda, aku tidak bisa menjualnya untuk dua koin. Lima koin dan tidak kurang." Suara seorang nenek dengan beberapa kali terdengar di telinga Mavis, juga nenek itu seperti sedang berbatuk beberapa kali.
"Ah, sialan! Buku teknik apaan ini! Hanya buku tingkat satu saja seharga 5 koin perunggu! Buku itu seperti buku hancur pula! Bahkan buku tingkat satu itu gratis jika kamu masuk dan melihat-lihat di perpustakaan akademiku!" kata pria itu dengan kerutan di wajah.
"Maka belajar saja kamu di akademimu itu. Mengapa perlu berkoar-koar dengan nenek ini jika tidak sanggup membayarnya?"
"Siapa itu!" Pria berpakaian seorang murid itu marah mendengar suara dari arah kedai di sampingnya.
"Hanya seorang pengembara." Mavis berjalan perlahan keluar, kemudian mendekati kios si nenek penjual barang-barang antik itu. "Pergi jika kamu tidak berniat membeli."
Di lain sisi Sasha yang sedang mendekat ke arah kios Mavis sebelumnya melihat segerombolan orang yang membentuk pola melingkar. Perasaan Sasha mulai tidak nyaman.
"Ya Tuhan! Sedang apa Pang-" Sasha bergeming saat Mavis mulai menajamkan mata ke arahnya. "Maksudku, hei, teman... sedang apa kamu di tempat ini," lanjutnya dengan canggung.
Mavis mengambil buku usang yang sebelumnya tidak jadi dibeli murid akademi itu, kemudian ia bertanya kepada si nenek penjual mengenai berapa banyak harga barang itu.
"Berapa harga buku ini? Aku akan membelinya." Mavis tersenyum.
"Harga buku ini lima koin perunggu, tidak kurang dan tidak lebih." Nenek itu mengungkapkan harga buku itu dengan ramah.
"Sasha, berikan uangnya kepada Nenek ini. Lalu kita pergi."
"Tapi Pa... maksudku teman, lima perunggu untuk buku ini, bukankah terlalu mahal?"
"Sudahlah, bayar saja. Nenek ini juga perlu makan," batin Mavis sambil mencoba memelototi Sasha agar mengerti maksudnya lagi.
"Baiklah, baik." Maka Sasha menyerahkan lima koin perunggu ke nenek tua itu.
"Kamu pemuda yang baik hati, jarang nenek tua ini melihat kemurnian pemuda sepertimu. Aku punya sedikit hadiah untukmu sebagai bonus, nenek ini berharap pemuda dapat menerimanya." Nenek itu lantas menjulurkan sebuah kalung berpola kucing emas dari balik kantong baju, kemudian meraih tangan Mavis dan meletakannya di sana. "Semoga Tuhan senantiasa melindungimu di manapun kamu berada."
"Terimakasih." Selepas Mavis selesai membeli buku itu dan hendak untuk pergi, murid berpakaian akademi yang sebelumnya itu menghadang jalan Mavis.
"Keparat! Siapa bilang kau bisa pergi! Kembalikan buku itu padaku!"
"Hah? Ada apa denganya? Apa sesuatu telah terjatuh menimpa kepalanya hingga amnesia?" kata Mavis.
Amnesia? Sasha dan yang lainnya tidak mengerti yang dibicarakan Mavis. Sasha bahkan mengartikan amnesia sendiri seperti sebuah umpatan kasar.
"Ya! Kau Amnesia! Beraninya kamu mengatakan itu pada temanku!" Sasha berjalan ke depan Mavis dan mencoba melindungi.
"Minggir kau wanita sialan! Dia mencuri buku yang ingin kubeli! Kembalikan atau kalian akan menyesal!"
"Mencuri? Jelas-jelas aku yang membelinya dan kamu bahkan tak sanggup membayarnya. Semua orang yang hadir memiliki mata." Mavis tersenyum elegan.
"Baik, jika kalian bersikeras tidak memeberikan buku itu, aku akan memberi tahu siapa pria hebat ini," kata pria itu.
Mavis hanya diam menunggu. Sementara Sasha, ia dipaksa mundur oleh tangan Mavis.
"Namaku adalah James Babarge, murid dari pelataran luar akademi Lynford," kata pria itu dengan suara keras, dadanya membusung, senyumnya mengejek ke arah Mavis. "Bagaimana? Jika kalian bersujud dan memohon ampun aku akan mempetimbangkan untuk memaafkan kalian!"
"Apa! Akademi Lynford?" Mavis terkejut.
Pria itu semakin tersenyum puas dan berpikiran Mavis sudah takut sampai ingin kencing di celana. Namun, salah besar pria itu berpikiran bahwa Mavis adalah seorang yang dapat mudah ditindas.
"Akademi Lynford, kamu bisa melihatnya pada peta dengan titik merah. Akademi itu salah satu tempat penting di ibu kota kerajaan dan pemimpin akademi itu sangatlah kuat, bahkan sanggup memasuki denguon tingkat macan!" Sasha setengah berbisik dari arah belakang Mavis.
Jadi begitu.
Mavis paham maksud dari pria bernama James itu. Di dunia tempat Mavis tinggal sebelumnya, wajah pria seperti itu sangatlah banyak. Wajah orang-orang yang suka membawa status keluarga atau orang di belakangnya sebagai tameng untuk bertindak seenaknya. Mavis paling muak dengan orang seperti itu, apalagi orang kaya yang menindas orang miskin.
"Tuan, beri perintahmu dan aku akan memenggal manusia rendahan itu!" Tiba-tiba suara Buster terdengar di kepala Mavis.
"Tidak, tetaplah ditempat," kata Mavis dalam pikirannya.
Pria itu sedikit mengernyit melihat Mavis dan Sasha yang tidak kunjung bersujud memohon ampun. Diapun tak sabaran dan menyeloteh "Kenapa kalian diam? Apa sebegitu takutnya kalian sampai tidak bisa berkata-kata?" Dia tertawa keras untuk melecehkan Mavis.
"Takut? Mengapa aku harus takut padamu? Apa hanya murid pelataran luar saja patut untuk ditakuti?" kata Mavis dengan senyuman di wajah.
"Sialan! Benar-benar orang yang tidak tau tuannya! Kalian, matilah!" Pria itu perlahan membangkitkan sebuah gelombang aura spririt berwarna kecoklatan. Kemudian ia mulai melesat dan mengirimi sebuah tendangan kaki mengarah ke perut Mavis.
"Langkahi mayatku dulu! Sebelum menyentuh temanku!"
Mavis adalah orang yang paling terkejut. Suara itu adalah suara pelayannya, Sasha. Anak itu ternyata juga mengolah kekuatan spirit dan spiritnya sendiri lebih unggul dibanding spirit milik pria itu, spiritnya bertipe air.
"Mantra tingkat satu, kubah pelindung!" Sasha mengeluarkan sebuah sihir perlindungan, dan sebuah lingkaran air mulai terlihat keluar dari bawah tanah. Penghalang air itu membentuk kubah disekitar Mavis dan dirinya.
Tendangan pria itu berhasil diblokir oleh pelindung air Sasha. Pria itu terpental dan kembali mengambil posisi seimbang.
"Sasha, aku tidak menyangka kamu mengolah energi spirit!" Mavis semakin penasaran dan merasa dirinya belum mengenal pelayan ini sama sekali.
"Apa Pangeran tidak tau? Semua pelayan kerajaan mengolah kekuatan spiritnya masing-masing," kata Sasha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
𝙍𝙮𝙪𝙪 𝘼𝙯𝙖𝙩𝙝𝙤𝙩𝙝
... Hmm sepertinya para pelayan itu memiliki skill khusus masing masing
2023-03-13
1
Adryan Eko
lanjoot.. alurnya bagus, enak dibaca dan buat penasaran
2022-06-06
0
Jhonas Situmorang
smangat bang!!!!
2022-04-25
0