Keesokan harinya, Mavis menyantap sarapan pagi setelah Marrie dan Sasha datang membawakan makanan. Dia memakan daging itu dengan lahap dan seperti biasa tak lupa meneguk segelas susu yang rasanya hambar. Dia memakan semua yang disajikan di depan matanya, tanpa terkecuali.
Setelah mengelap mulutnya dia melirik ke arah Marrie dan juga Sasha. Kemudian sejenak dia berpikir, ada kabar baik apa sampai membuat kedua orang ini menatapnya dengan cara yang aneh.
"Apa ada berita baru untuk hari ini?" kata Mavis.
"Aku senang Pangeran baik-baik saja," kata Sasha.
Marrie yang berada disamping Sasha ikut mengangguk.
"Apa aku terlihat seperti orang yang setiap saatnya bisa saja mati?"
"Bukan seperti itu, Pangeran. Hanya saja...."
"Aku mendapat kabar itu pagi ini, dari para penjaga. Dan aku sangat lega setelah mengetahui kamu selamat."
"Semalam, pembunuh yang sebelumnya menyerang sang ratu di kediamannya ditemukan oleh beberapa penjaga di sekitar kamarmu, Pangeran. Dan sempat terjadi pertarungan di luar. Apa kamu tidak melihat atau mendengar apapun tadi malam?" kata Sasha.
Marrie menyikut pinggul Sasha. Dia masih tidak terbiasa dengan cara Sasha saat berbicara informal dengan Mavis yang notabenenya seorang pangeran atau majikannya.
"Em... tidak, sepertinya aku sangat lelah sampai-sampai tidak terbangun saat tidur tadi malam."
"Lalu, apa dia tertangkap?" Mavis memasang wajah lugu, berpura-pura tidak tahu dan seolah penasaran dengan berita itu. Dia mengerti sekarang, itu pasti insiden penyerangan Darius malam tadi. Dan keduanya mencemaskan Mavis.
"Sayangnya para penjaga itu bukan tandingan si pembunuh. Jadi dia berhasil kabur, Pangeran."
"Jadi begitu," kata Mavis.
"Pangeran, mungkinkah para pembunuh itu menargetkanmu juga? Bagaimana jika dia tiba-tiba datang dan menyerangmu lagi?" kata Sasha.
"Baik-baik saja maka. Aku sudah mempunyai seseorang yang kuat untuk melindungiku. Dan jika pembunuh itu datang ke tempatku, dia hanya akan menggali kuburannya sendiri."
"Sungguh? Siapa dia, apa orang itu sedang berada di ruangan ini?" Sasha segera menoleh ke sana sini mencari keberadaan itu yang mungkin saja sedang bersembunyi.
"Maaf, aku tidak bisa memberitahu tentang itu kepada kalian. Dan aku harap kalian bisa merahasiakannya meski itu dihadapan sang raja sekalipun."
"Kami mengerti," jawab Marrie.
"Oh ya, ada satu berita lagi, Pangeran!" Tiba-tiba Sasha menjadi antusias. Dia tersenyum dan matanya mulai berbinar.
"Apa itu?"
"Keluarga kerajaan dari Osaka sedang dalam perjalanan menuju Sriwijaya. Raja dan Ratu Osaka beserta putrinya akan segera tiba dalam beberapa hari lagi. Oleh karena itu ayahmu membuat keputusan untuk menghilangkan hukumanmu, mulai hari ini. Jadi kamu sudah bebas keluar kamar, Pangeran."
"Sungguh?"
Mavis jatuh dalam sukacita. Dia akhirnya bisa bebas keluar masuk tanpa mengendap-ngendap dari pengelihatan para penjaga.
Sebelumnya, ada banyak tempat di dalam kerajaan ini yang ingin Mavis kunjungi setelah dipindahkan ke dunia ini. Dia ingin pergi, tapi itu tidak memungkinkan karena status tahanan kamar yang dimiliki pemilik tubuh sebelumnya. Juga, banyak penjaga yang berpatroli di sekitarnya, sehingga sulit bagi dirinya untuk menyelinap pergi ke sana, itu akan sangat mustahil untuk tidak terlihat oleh para penjaga, kecuali jika dia punya jubah ajaib yang bisa membuat dirinya tak terlihat seperti di film-film. Namun, kini setelah mendengar kenyataan di sudah terbebas, itu berarti dia bisa pergi ke tempat-tempat itu.
"Pangeran?"
Sasha memerhatikan Mavis yang tiba-tiba membisu. Dia pun mencoba membuat tuannya itu tersadar.
"Ah ya, maaf. Sepertinya aku butuh waktu mencerna berita itu. Dan, Sasha apa kau tahu mengapa orang-orang dari Osaka itu jauh-jauh datang ke sini?" kata Mavis.
"Ha? Apa kau lupa, Pangeran? Tujuh hari dari sekarang adalah hari pembukaan murid dari akademi Lynford!" kata Sasha.
"Sepenting itu?" kata Mavis.
"Pangeran harap tahu, akademi Lynford mempunyai tempat yang penting di dalam kerajaan. Mereka adalah salah satu kekuatan yang dimiliki kerajaan selain kamp militer dan juga guild petualang," kata Marrie.
"Sepertinya aku telah meremehkan kekuatan akademi Lynford," batin Mavis.
"Pangeran, kamu tidak lupa dengan satu hal lainnya, kan?" Sasha memasang wajah frustasi.
"Eng... mungkin aku melupakannya. Apa itu hal penting juga?"
Setelah berusaha menelusuri ingatan milik Pangeran Asta sebelumnya, dia tidak mendapatkan petunjuk apapun yang sekiranya penting. Bahkan, hal kecil seperti tanggal pembukaan murid akademi Lynford yang selalu ditetapkan sama setiap tahunnya, tidak ada di dalam ingatannya. Ini membuktikan bahwa pangeran Asta yang dulu memang seorang pecundang sejati.
"Oke, oke, sepertinya aku memang harus menghubungi penyembuh kerajaan. Sesuatu pasti telah terjadi pada ingatanmu, Pangeran," kata Sasha.
"Tidak perlu, aku hanya butuh istirahat. Memang kondisiku sejak tadi malam kurang baik."
"Baiklah, aku akan memberitahumu, Pangeran," kata Sasha dengan ekspresi cemberut di wajahnya.
"Ini akan sangat memalukan dan menyakitkan bagi seorang wanita, jika tau pria yang akan hidup bersama dengannya lupa dengan tanggal perjodohannya."
"Perjodoha? Mengapa tiba-tiba membicarakan itu? Aku tidak mengerti maksudmu."
Sasha menatap kosong ke arah Mavis. Dalam hati dia membatin, apa pangerannya ini sebenarnya tau tapi pura-pura tidak tau? Atau dia memang tidak tahu?
Sasha kehabisan kata-kata.
"Itu tentang perjodohan Pangeran dengan Putri Judh dari Osaka. Mungkin sebelumnya Pangeran tidak setuju dengan perjodohan itu jadi Pangeran melupakannya," kata Marrie.
"Perjodohan?"
Mavis membelalakan matanya.
Tak lama, dia menarik napas dan bergumam pelan, "Aku mengerti sekarang, sepertinya pangeran Asta terdulu memang tidak ada gunanya bagi dunia ini. Makanya dia dibuang dan digantikan denganku. Masalahnya, hal penting seperti perjodohan saja tidak dia ingat!"
Marrie yang mendengar samar-samar suara kecil Mavis, tapi tidak juga mengerti. Jadi, dia memutuskan untuk pergi bertanya, "Maaf Pangeran, apa Pangeran mengatakan sesuatu?"
"Ah, tidak. Aku hanya berbicara sendiri."
"Oh, aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Bisakah kamu mendapatkan seorang guru untukku?" kata Mavis.
"Guru?"
Mavis mengangguk, dan Sasha mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Jadi akhirnya Pangeran memutuskan untuk mendapatkan seorang guru? Ini adalah kabar baik bagi sang ratu! Kuharap ratu segera bangun dan melihatmu. Dia pasti akan senang sekali."
"Mengapa kamu begitu sangat yakin ibuku akan begitu senang jika menetahuinya? Bukankah itu sesuatu yang biasa dilakukan bagi orang-orang? Kamu saja pasti mempunyai guru yang melatihmu, bukan?" Mavis menatap heran ke arah Sasha.
"Itu lain untukmu, Pangeran. Bahkan kata bibi Rose kamu selalu menolak saat diminta untuk belajar dari seorang guru. Pernah suatu waktu sang ratu mendatangkan beberapa guru yang ahli dibebagai bidang dari kerajaan Toran, dan kamu menolaknya mentah-mentah."
"Katakan padaku, Pangeran. Bagaiamana bisa aku tidak terkejut saat kamu tiba-tiba ingin mempunyai seorang guru?"
Mavis menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yah, tiba-tiba aku hanya ingin saja saat ini."
"Jadi, apa aku bisa?" kata Mavis.
"Mengapa kamu tidak meminta diajarkan oleh orang yang melindungimu, bukankah dia sangatlah kuat? Bahkan pembunuh yang sewaktu itu hanya seperti mainan anak-anak baginya?" kata Sasha.
"Ya, kamu benar dia itu kuat. Tapi dia tidak cocok dalam hal mengajari seseorang. Jadi aku butuh orang lain yang ahli mengaar dibidangnya."
"Pangeran, guru seperti apa yang kamu butuhkan?" kata Marrie
"Aku butuh seorang guru yang bisa mengajariku pendidikan, sihir, dan juga pedang."
"Tiga hal sekaligus!" Sasha tiba-tiba berbicara. "Apa kau serius Pangeran Mengambil satu guru saja sudah sangat sulit, apalagi tiga?"
"Tidak apa-apa, aku menginginkan ketiganya," kata Mavis.
"Sasha, tidak pantas kamu mengomentari Pangeran!" Marrie membentak adiknya itu.
"Ya, ya, aku mengerti."
Marrie menutup sejenak kedua matanya sambil mengembalikan ketenangannya. Kemudian dia melirik kembali ke arah Mavis yang sebelumnya tertawa melihat Sasha dimarahi olehnya.
"Pangeran, untuk mendapatkan guru yang bisa mengajarimu tentang pendidikan dan pedang itu bukan dua hal yang mustahil untuk dilakukan. Namun, untuk mendapatkan guru untuk mengajarimu sihir, kamu membutuhkan bakat terlebih dahulu untuk itu," kata Marrie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Adryan Eko
cara kerja sistemnya beda, mengharuskan pengguna nya berusaha sendiri untuk levelling kayak nya.. contoh: dia latihan fisik, sihir dan kecerdasan untuk naik level dari status nya.. gw rasa sih
2022-06-06
0
kIkI
boooo...
noob..
2022-02-16
0
Ara Setiawan
z
2021-03-31
0