Marrie menceritakan kronologi pada saat penyerangan sang ratu. Kejadian itu terjadi begitu cepat, sampai-sampai para penjaga yang selalu berjaga di depan pintu kamar ratu tidak dapat melihat satu orangpun yang masuk. Pembunuh itu menyelinap seperti menyatu dengan bayangan.
Untung saja para pelayan ratu memiliki kemampuan yang cukup. Lain jika tidak belati itu berhasil menyentuh kulit sang ratu dan meracuninya.
Ya, senjata itu beracun setelah diselidiki.
"Saat ini kediaman ratu dijaga ketat atas perintah raja, begitupula di kediaman keluarga kerajaan," kata Sasha.
"Aneh, mengapa di tempatku sendiri yang tidak ada penjaganya? Apa ayah benar-benar lupa kalau aku juga anaknya?" kata Mavis.
Sasha dan Marrie tidak tahu harus menjawab apa. Memang ini sangat aneh, jika seperti itu yang tejadi seharusnya tidak akan mudah bagi Mavis dan Sasha untuk menyelinap kembali ke dalam.
"Bagaimana dengan ayahku? Apa dia diserang juga?"
"Tidak Pangeran, pembunuh itu langsung lenyap tanpa jejak setelah gagal membunuh ratu. Aku berfirasat, sepertinya target mereka hanyalah sang ratu," kata Marrie dengan cemas di wajahnya.
Marrie sebelumnya hendak mengunjungi mansion sang ratu untuk bertanya dengan pelayan yang bekerja di sana tentang kondisi sang ratu. Mavis memang menyuruh Marrie untuk memantau kondisi sang ratu. Namun, sesampainya di sana dia dihentikan oleh para prajurit tidak jauh di pekarangan, prajurit itu memberitahukan bahwa tidak ada seorangpun yang boleh mendekat ke mansion ratu saat ini, kecuali hanya keluarga kerajaan saja dan orang-orang tertentu yang diizinkan.
Para pelayan yang mengurusi mansion sang ratu juga berbondong-bondong dikeluarkan dan diintrogasi pada saat itu juga.
Marrie bertanya kepada prajurit yang ada di sana, apa yang telah terjadi? Tetapi prajurit itu tidak memberikan jawaban dan malah mengusirnya pergi.
"Aku tahu informasi itu dari salah satu pelayang yang telah selesai diintrogasi. Tapi, aku sedikit curiga, seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka," kata Marrie.
"Apa maksudmu kak?"
"Kau tahu? Di sana aku melihat selir Juleaha beserta para pengawalnya sedang menuju ke tempat sang ratu. Aku khawatir dengan hubungan keduanya yang tidak baik, sesuatu yang buruk akan terjadi," kata Marrie.
Sasha terkejut.
Kalau tidak salah, banyak rumor yang beredar hubungan antara sang ratu dengan selir Juleaha sangatlah buruk. Ini bukan dikarenakan sang ratu yang membuli selir-selir raja, bukan juga akibat sang ratu yang cemburu dengan selir-selir raja. Ini kasus khusus yang mana selir Juleaha cemburu dengan sang ratu karena raja lebih menyayanginya. Raja lebih mencintai sang ratu. Raja selalu memikirkan sang raru meski disampingnya sedang ada selir-selirnya yang lain.
Begitupula dengan anak sang ratu, raja sangat pilih kasih!
Di mata sang raja, hanya pangeran Astalah anaknya. Anak selir lainnya hanya seperti mainan anak-anak baginya.
Selir Juleaha itu sangat benci dengan sang ratu. Jika benar apa yang dikatan Marrie selir Juleaha datang ke tempat sang ratu, sesuatu pasti sedang dia rencanakan! Atau hal buruk pasti akan segera terjadi.
"Pangeran, kamu harus pergi ke tempat ratu sekarang! Aku takut selir Juleaha akan mencelakai sang ratu!" kata Sasha, dia mulai terbawa suasana.
"Tunggu, sepertinya ini sebuah jebakan," kata Mavis.
"Maksudmu Pangeran?"
"Mungkinkah?" Marrie seperti berhasil menebak pikiran Mavis tentang kejadian ini. "Apa ini jebakan yang dibuat selir Juleaha kepadamu, Pangeran?"
"Ya, kau benar."
"Tapi... bagaimana mungkin selir Juleaha bisa senekat itu!"
"Apa maksudmu kak?"
"Selir Juleaha sudah merencanakannya dari awal. Dia sangaja menyuruh para penjaga itu memblokir jalan dengan niatan memancingmu datang ke tempat itu. Sesuatu pasti sedang menunggu di sana, kau tidak boleh ke sana, Pangeran!" kata Marrie.
"Jangan cemas, aku tidak akan bertindak bodoh. Aku sudah menyuruh seseorang untuk pergi melindungi ibuku," kata Mavis.
Sasha dan Marrie sontak terkejut, kapan pangeran ini menyuruh seseorang pergi? Dia saja dari tadi berada di depannya dan tidak melihat seseorangpun.
Mereka memang tidak bisa melihatnya, tapi Mavis bisa melihat karena itu miliknya.
Mavis barusan telah menyuruh Buster untuk pergi melindungi sang ratu. Walau sebenarnya dia tidak perlu untuk mengirim Buster ke tempat itu karena selir jalang itu tidak mungkin berani terang-terangan membunuh sang ratu. Selir Juleaha sudah memperlihatkan diri saat memasuki kediaman ratu, dan di sana banyak yang telah melihatnya.
Jika dugaanya tidak salah, Mavis mengira pembunuh itu adalah suruhan dari selir Juleaha.
Penyerangan itu telah gagal, alih-alih pulang tanpa hasil, dia berniat membelokan tuduhan ini kepada Mavis. Selir itu benar-benar juara dalam memutarbalikan fakta!
Untung saja, Mavis bukanlah pangeran Asta yang sebelumnya seorang idiot. Jika tidak, dia hanya akan masuk ke dalam perangkap.
Mavis bisa tenang dengan ini. Lagipula, jika selir itu tiba-tiba kehilangan kewarasannya dan nekat ingin membunuh sang ratu, Buster sudah lebih dari cukup untuk balik menyerang mereka. Walaupun Buster hanyalah hasil dari bangkai yang lemah, tapi setelah dibangkitkan dia mempunyai kekuatan yang jauh dibanding manusia biasa. Jika pembunuh bayaran itu kembali lagi, bahkan mereka tidak bisa dibandingkan Buster.
Itu hanya akan menguntungkan Mavis dengan mendapat bukti bahwa pembunuh itu adalah suruhan dari selir Juleaha.
"Pokoknya, sekarang kita tunggu saja dan lihat apa yang direncanakan rubah tua itu," kata Mavis.
Keduanya hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka merasa sangat lega setelah mengerti apa yang dimaksud Mavis.
Keduanya tidak menyangka pangeran ini menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Pangeran yang dulu terlihat seperti orang bodoh dan menjijikan, ternyata orang yang sangat bijaksana dan sangat pintar.
Pangeran Asta yang sekarang adalah pangeran yang dikagumi dua gadis itu. Mereka berdua mulai merasa nyaman dan aman saat berada di dekat pangeran. Rasanya, masalah apapun akan terselesaikan bila ada sang pangeran.
Sementara ketiganya sedang menunggu kabar dari Buster yang diutus Mavis ke tempat sang ratu, di sana sudah berdiri selir Juleaha bersama antek-anteknya yang tengah menatapi sang ratu dengan tatapan remeh.
Namun, di lain sisi selir Juleaha merasa sedikit terganggu dengan durasi yang tengah direncanakannya. Yang mana dia sedang menunggu kedatangan Mavis untuk dijadikan kambing hitam pada masalah ini.
Dia mengklik lidahnya. Wanita berpakaian ungu itu berbalik badan mengahadap pengawalnya. Dia berubah masam pada saat berikutnya, lalu bertanya tentang keberadaan Mavis.
"Reus, kamu seharus tahu berapa harga yang harus dia bayar jika dia gagal untuk kedua kalinya," kata Selir Juleaha.
Reus membuka mulutnya, tapi sedetik kemudian dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia semakin merasa keputusannya salah karena telah mengenalkan adiknya itu pada selir Juleaha. Dia seharusnya tahu, Darius hanya akan menjadi budak cinta selir itu dan hanya akan diperalat.
"Kesabaranku sudah habis. Aku sudah menduga bocah itu tidak sesederhana yang dipikirkan. Rencanamu ini hanya sebuah lelucon baginya, kamu tahu itu?" kata selir Juleaha.
"Bocah itu memang cukup pintar untuk bisa tahu jebakan yang sudah dipersiapkan untuknya. Namun, dia salah besar jika mengira aku tidak akan berani menyentuh ibunya ini."
Selir Juleaha berjalan ke arah salah satu pengawalnya dan menarik pedang pengawal itu dari sarungnya. Kemudian dia menyeret jari telunjuknya di sepanjang pedang itu dan darah mengalir membasahi ujung pedang yang tajam itu.
Sambil berjalan mendekati ranjang sang ratu, Selir Juleaha tersenyum dan tertawa seperti seorang psikopat yang melihat sasarannya.
Kedua mata tajam itu terkunci di wajah sang ratu yang tetap terkihat cantik meski sudah tertidur dalam waktu yang lama.
Dia benci wajah itu!
"Kamu harus tau bagaimana rasanya saat raja mengabaikanmu," kata Selir Juleaha.
Kemudian pedang itu mulai terangkat dengan kedua tangannya.
"Lihat saja saat sang raja melihat wajah menjijikan itu."
Sedetik setelah mengakhiri perkataannya, kedua tangannya melambaikan pedang itu dan hendak menggores wajah sang ratu untuk yang pertama.
Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Sekelebat gas hitam datang dengan cepat entah dari mana dan muncul di dekat sang ratu, dan kemudian mengambil bentuk sesosok makhluk yang aneh, setengah manusia, dan sosok itu menghentikan tebasan pedang yang hendak mengenai wajah sang ratu.
Pedang itu tertahan di tangan sosok hitam itu.
Selir Juleaha dipaksa untuk mundur dan melepaskan pedang itu. Dia sangat terkejut hingga tidak dapat menahan untuk tidak membuka mulutnya lebar-lebar.
Begitupula para antek-antek sang selir yang melihat sosok aneh itu sepersekian detik bergeming, tapi kemudian terburu-buru bersiaga dan mengamankan selir Juleaha dari sosok misterius itu.
"Apa-apaan dengan makhluk itu! Reus, siapa dia!" Selir Juleaha menjadi sangat histeris setelah berhadapan langsung dan sangat dekat dengan makhluk hitam itu. Tangannya masih bergetar, kakinya menjadi lemas, dan keringat mulai berkumpul di keningnya.
"Kalian! Janganlah takut! Lindungi Nyonya Juleaha!"
"Bunuh iblis itu!"
"Lindungi Nonya!"
"Maju!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Vuden Masri
masih kurang bijaksana sih wkwk
2022-07-14
0
Adryan Eko
overall dah cakep.. lanjoot bacaa
2022-06-06
0
King_KratuM
bodoh kuharap ratu mati biar mc rasa apa itu keputusan
2022-01-08
0