Lily masih saja bungkam, lidahnya begitu kaku dan pikirannya tak menentu. Tidak mungkin ia jujur, akan semakin rumit masalah dan banyak yang semakin sakit hatinya. Andai memang dia mengecewakan biarkan saja dirinya yang menanggung semua.
Terlebih Lily memikirkan akan hati Aara, mengetahui dirinya ada hubungan dengan suaminya saja sudah pasti membuat kakaknya sakit hati bagaimana jika mengetahui ayah dari bayi yang ia kandung adalah suaminya sendiri. Sudah di pastikan bukan hanya Aara yang hancur, tapi juga keluarga semakin menanggung malu.
Langkah Wahyu yang mendekat mengalihkan pandangannya, Lily begitu terkejut dengan keadaan Wahyu yang babak belur. Wajahnya mulai bengkak dengan warna membiru hampir belum lagi darah yang masih segar di bibir tebal itu.
"Apa dia orangnya?" tanya Rafkha, ntah sudah ke berapa kalinya Rafkha melempar pertanyaan tetapi Lily hanya diam. Dan pertanyaan ini sukses membuat Lily gelapan dengan berulang kali menggelengkan kepala.
Melihat reaksi Lily, Rafkha semakin frustasi. Jadi benar jika bukan Wahyu yang melakukan. Dan tindakannya tadi itu salah. Dan benar juga kata Wahyu, dia bukan kakak yang baik sampai tidak tau yang telah terjadi dengan adiknya.
"Lalu siapa?" sentak Rafkha membuat Lily terjingkat dengan air mata yang kembali deras. Begitu marah kakaknya, ini kali pertama Rafkha membentaknya. Meski sikap Rafkha dingin tapi tidak pernah dia kasar dengan adik-adiknya. Lily berusaha untuk mengerti karena memang ini kesalahan besar yang ia lakukan dalam hidupnya.
"Siapa?" bentak Rafkha lagi, kesabarannya mulai tipis karena Lily tak kunjung membuka suara dan jujur dengan siapa ia berhubungan.
"Raf...." Brian mencoba menghentikan kemarahan Rafkha, dia harus menjelaskan bukan Lily yang terus di tekan. Baru saja masuk ke ruangan Lily, hati Brian di buat teriris, apa lagi melihat Lily yang hanya bisa menangis.
"Loe nggak usah ikut campur Brian! Lily udah bikin nama keluarga hancur!"
"Gue berhak ikut campur Raf, loe nggak usah bentak-bentak dia kayak gitu. Kita bisa bicarakan baik-baik dan gue bisa jelasin!" Brian benar-benar tidak terima dengan sikap Rafkha. Rafkha yang ia tau selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, saat ini tak bisa mengontrol diri dan main tangan sendiri.
"Loe mau jelasin apa? loe tau apa tentang Lily Brian?" tatapan Rafkha mulai menajam ke arah sahabat sekaligus adik ipar. Brian ikut menguji dirinya, sudah pusing masalah Lily di tambah Brian yang malah ikut campur. Maskipun Rafkha tau Brian sekarang sudah menjadi keluarganya tapi masalah Lily, dia yang lebih berhak karena Lily adik kandungnya.
Brian pun terpancing emosi mendengar pertanyaan dari Rafkha, apa lagi kini Rafkha menatapnya tidak santai. Seperti menantang dan begitu keras kepala.
"Gue tau.....Gue lebih tau dari pada loe! Makanya dengerin dulu penjelasan gue!" Brian mendorong dada Rafkha dengan jari telunjuknya. Suasana semakin memanas, tatapan keduanya begitu tajam seperti ada permusuhan di antara mereka. Bahkan kedua pasang mata itu sudah tampak memerah.
"Lily hamil anak gu_"
"Gue hamil sama pria yang sudah beristri kak!" ucapan Lily membuat ketiga pria itu menoleh berbarengan. Sejak tadi hanya diam dan ketika Brian ingin menjelaskan justru Lily memotong ucapannya.
"Loe...!" lirih Rafkha tak menyangka. Wajah Rafkha semakin memerah menahan amarah. Sungguh Lily membuat masalah begitu besar. Dan Rafkha masih tak menyangka jika Lily tega merusak hubungan orang.
"Iya kak, gue hamil anak pria yang sudah beristri, iya kan kak Brian?"
Brian menganggukkan kepalanya perlahan, tak di sangka akhirnya Lily mau menjelaskan. Ada letupan kebahagiaan di hatinya, dia berjanji akan memperjuangkan Lily meski harus di maki oleh siapapun.
"Saat itu gue nggak sadar karena pengaruh obat, ada orang yang tidak bertanggung jawab memasukkan obat ke minuman gue. Dan ada pria baik hati yang mau dengan senang hati menolong. Sampai dimana gue terlepas dari jeratan obat laknat itu." Semua tampak menyimak dengan ekspresi masing-masing.
"Loe harus minta tanggung jawab sama dia! loe...aggghh!" Rafkha sampai kehabisan kata-kata, dia yang sejak tadi menggebu kini lidahnya kelu dan tubuhnya begitu lemas. Nasib sang adik begitu miris dan ia gagal menjaga adiknya sampai kejadian naas bisa menimpa Lily. Terlebih sang adik hamil dengan pria yang sudah beristri, hal itu semakin memperkeruh masalah.
"Itu bukan salah dia karena gue yang minta dia buat selamatin diri gue kak! andai nggak ada dia gue nggak tau akan menjadi seperti apa setelah itu, mungkin saat ini loe udah nggak bisa lagi lihat gue disini." Lily sekuat hati mencoba menahan tangis, dia yang harus menjelaskan bukan Brian. Karena ini masalahnya meski ia tau Brian ikut andil di dalamnya.
"Lalu apa hubungannya sama dia?" Rafkha menunjuk Brian yang tak henti menatap Lily dengan wajah penuh harap. Ada rasa curiga di hati Rafkha namun jawaban Lily kembali membuat Rafkha terperangah.
Lily memaksakan senyum pada Brian, matanya sayu membuat Brian tak tega dan ingin sekali menarik Lily ke dalam pelukan. Pria itu pun menyunggingkan senyum membalas dengan hati tak karuan. Brian berharap Lily berkata sejujurnya dan dia siap menghadapi kemarahan Rafkha setelah ini.
"Makasih Kak..... Makasih karena sudah menjaga masalah gue sampai detik ini." Brian menganggukkan kepala, dia tersenyum dengan mata yang berbinar.
"Sekarang loe jalasin semaunya Ly!"
"Iya." Masih dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya Lily terus memandang wajah Brian. "Kak Brian memang tau semuanya, tapi gue yang melarang dia untuk menyampaikan masalah ini pada keluarga. Tapi itu bukan salah dia, karena gue yang memaksa untuk dia merahasiakan. Jadi gue harap kak Rafkha nggak bertindak kasar sama dia!"
Rafkha hanya bisa menghela nafas kasar, ia tak mengerti apa yang ada di otak Lily. Bisa-bisanya masalah besar ia sembunyikan sampai kini mengandung anak pria beristri. Dan bodohnya Brian, mau menutupi tanpa berfikir efek belakangnya.
"Tapi tetap loe harus minta pertanggungjawaban sama pria itu! siapa dia?"
Lily menggelengkan kepala membuat jantung Brian berdetak berantakan. Apa maksud dari itu, kenapa Lily seperti menolak padahal sejak tadi sikapnya membuat Brian senang. "Gue nggak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya kak!"
"Apa maksud loe?" Bukan Rafkha yang bertanya tetapi Brian yang begitu penasaran dengan apa yang Lily inginkan.
"Gue nggak akan pernah meminta pertanggung jawaban pada siapapun. Karena hal itu terjadi karena keinginan gue, pria itu hanya membantu. Dan gue nggak mau menjadi perusak hubungan orang lain. Ini anak gue, gue sendiri yang akan membesarkan dia! Anggap saja pria itu tidak ada atau sudah mati!"
"Lily!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ita rahmawati
mampus kau brian 😏😏
2024-09-21
0
Ida Trisnawati
miris jg klo ada kehidupan spt ini...next...buat happy ending
2023-10-27
2
Nova Bundane Dibrut
ayo Brian jangan mau dilupakan meskipun akhirnya qmoe babak belur drpd tidak
2023-05-09
1