Brian tak memperdulikan seruan dari Aara, dia segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju kantor Tiara. Pusing menghadapi Aara yang rewel dan minta selalu menempel. Padahal semalaman Brian di buat tidur di sofa karena jengah menghadapi Aara dan segala tingkahnya yang sengaja menarik perhatian.
Sampai disana sengaja Brian membawa makanan banyak untuk makan siang. Kebetulan masih jam makan siang dan Rafkha mengajak makan siang sekalian. Serta minuman dingin dengan aneka jus sesuai kesukaan masing-masing.
"Bro..."
Rafkha mendongakkan kepalanya, Brian masuk ke ruangannya dengan dua tentengan besar. Niat sekali batin Rafkha. Ternyata adik iparnya itu sejak dulu tidak berubah, sangat bisa di andalkan.
"Masuk! Gila banyak banget belinya, loe yakin kita bisa ngabisin ini berdua?" tanya Rafkha yang meraih plastik makanan dari tangan Brian.
"Ajak Lily sama Wahyu sekalian, masak iya gue beliin loe doank! Nggak jadi daging ntar kalo adik ipar gue nggak gue beliin sekalian. Dan berhubung di lantai ini ada Wahyu juga dan gue nggak punya konflik batin sama dia, ya udah ajak dia juga!" Ucap Brian santai, sedikit menyindir Rafkha walau tanpa di sadari ia tengah menyindir dirinya sendiri.
Rafkha hanya berdecak dan segera menghubungi keduanya lalu melangkah mendekat dan duduk di sofa dengan menatap makanan yang ada di meja.
"Ini semua makanan kesukaannya Lily!" celetuk Rafkha saat sadar semua makanan di meja dengan menu utama yang sama yaitu ikan. Ada nila bakar, nila asam pedas dan ada juga nila asam manis.
Brian menghela nafas panjang, dia baru sadar jika semua yang dia beli adalah makanan favorit Lily. Bagaimana tidak jika dia saja membelinya di restoran yang biasa Lily singgahi bersamanya dan Aara.
"Loe sedarah dan gue tau loe juga suka sama ini makanan. Pake ngajuin Lily segala, lagian ini makana sehat. Apa lagi bini loe lagi bunting, harus banget makan ini!"
"Ck, yang buntung bini gue! yang harus makan ikan dia bukan gue!" sengit Rafkha keberatan dengan apa yang Brian ucapkan.
Suara ketukan pintu membungkam mulut keduanya, Rafkha mempersilahkan untuk masuk. Lily dan Wahyu nampak terlihat dari balik pintu. Dengan senyum mengembang Lily mendekati Rafkha tanpa ia sadar jika ada tamu yang datang tanpa ia harapkan. Karena posisi Brian membelakangi arah Lily masuk.
"Tumben banget kak loe ajak kita-kita makan, lagi ulang tahun ya. Tapi kok nggak sesuai tanggal lahir, emang udah ganti tanggal lahirnya?" celetuk Lily namun secepatnya Wahyu menyenggol lengan Lily membuat wanita itu menoleh melempar tatapan sengit.
"Apa sich loe! tadi gue mau jatuh khawatirnya minta ampun tapi sekarang malah sengaja mau bikin gue nyusruk ke ubin!" sewot Lily, ntah mengapa hari ini sudah berulang kali keduanya tampak ribut. Lily tak bisa menahan emosi, ke senggol sedikit saja auto nyap-nyap.
"Itu tanda nya sayang, apa lagi kalo gue udah cinta. Malah gue tibanin loe sekalian!" ketus Wahyu yang justru mendapat jeweran di telinga. "Sakit Lily! loe nggak ngerti banget sich kalo gue kasih obat!"
"Obat apa, hhmm?" kesal Lily yang masih saja menarik telinga Wahyu namun setelahnya ia bersedekap dada dengan bibir mengerucut.
"Obat galau Lily sayang....." jawab Wahyu dengan lembut dan mengusap pipi Lily yang chubby.
Deheman Rafkha menyadarkan keduanya, Lily dan Wahyu hampir lupa jika mereka sedang berada di ruangan Rafkha. Namun saat Lily kembali melangkah, seketika tubuhnya kaku melihat seseorang yang kini tengah menatap dirinya begitu tajam.
Brian mendengar dan melihat candaan keduanya, hati pria itu menggebu tanpa ada yang tau. Matanya menghunus menatap dingin wanita yang membuatnya cemburu. Begitu mudah Lily bercanda dan mengutarakan protes serta keluhan setelah memakinya kemarin. Pantas saja dia begitu ingin terlepas hingga memutuskan keluar dari rumah. Jadi begini sebenarnya, agar hubungan keduanya semakin dekat dan dia tak lagi dapat memberi batas.
Hati Lily selalu sakit setiap melihat Brian, namun entah mengapa kali ini ada keinginan untuk mendekat namun segera di tepis olehnya. Berusaha bersikap biasa melangkah mendekati Rafkha tetapi saat ia melewati pria yang ia hindari, bokongnya malah mendarat tanpa bisa di kendalikan.
Apa yang terjadi dengan dirinya, hati berkata tidak namun tubuh bertolak belakang. Wahyu yang melihatnya pun hanya diam dan segara mengambil duduk di sofa sebelah Rafkha. Ada rasa heran di hatinya namun hanya bisa tertawa kecil melihat Lily yang kembali gagal move on dari pria yang berstatus laki orang.
"Ayo di makan! Ini ikan keburu renang lagi kalo cuma di lihatin!" celetuk Brian asal, hatinya kesal tetapi melihat Lily yang memilih duduk di sampingnya dia seperti merasakan angin segar. Sesekali menoleh dan melirik bahkan mencium aroma parfum yang ia rindukan. Begitu menenangkan dan terasa lebih nikmat dari pada makanan yang ada di hadapannya.
"Ikan?" lirih Lily. Wanita itu tercekat dan segera menutup hidung. Aroma dari ikan bakar itu menyengat dan kembali menimbulkan gejolak yang sejak tadi mulai berkurang.
Brian yang mendengar dan melihat gerakan Lily merasa heran sendiri. Baru kali ini Lily seakan tidak suka dengan makanan yang selalu dia pesan saat datang ke restoran tersebut. Bahkan Brian hafal betul jika tak ada satupun menu yang belum pernah Lily cicipi dan selalu merasa puas setiap kali pulang dari sana.
"Kenapa?" Brian tak tahan hanya diam, gerak gerik Lily mengundang tanda tanya. "Sakit?" tanya nya lagi karena Lily tak kunjung menjawab. Bukan hanya Brian yang penasaran, tapi Rafkha dan Wahyu pun ikut memperhatikan dan menunggu jawaban dari Lily.
"Ly!" kali ini bukan Brian yang menegur tapi Wahyu yang tiba-tiba menyodorkan minuman untuk Lily. Wajah Lily tambah memerah melihat jus naga yang Wahyu sodorkan. "Bukannya loe suka ya?" tanya Wahyu yang merasa heran karena minuman yang ia berikan tak kunjung di terima. Namun Lily justru membekap mulutnya dengan menggelengkan kepala.
Rafkha dan Brian mengerutkan dahi, dalam hati mereka saling bertanya dalam hati. Ada apa gerangan dengan Lily, wanita itu seperti menahan sesuatu. Brian segera mengambil minuman yang masih Wahyu genggam, hendak meletakkan kembali minuman tersebut karna merasa ada yang tak beres dari Lily.
Tapi mata ketiga pria itu terbelalak ketika dengan cepat Lily meraih tangan Brian dan menyedot minuman yang tadi sempat ia tolak. Bahkan dengan lahap meminumnya sampai tandas. Lily tak lagi merasa mual, justru ia sangat kenyang hingga bersendawa.
"Lily! are you oke?" tanya Brian dengan pelan.
Lily melepas tangan Brian dengan gelagapan dan menutup kembali mulutnya dengan kedua mata membola.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
trista
lanjuuuuttt makin seru nih
2023-05-06
1
Ria Lubis
semoga brian tau lily hamil y thor.. biar di perjuangkan ny lily kembali...
2023-05-06
1
Yayuk Bunda Idza
si Dede ngasih kode, pingin minum dari tangan papanya, ikutan deg degan plus miris Ly.... ingat nasibmu bagai simalakama gini....
2023-05-05
0