Brian terbangun saat mendengar pekikan dari Lily yang berusaha untuk turun dari ranjang. Wanita itu merintih merasakan pangkal paha yang begitu menyakitkan. Sadar akan dirinya yang sudah bermain gila membuat rasa bersalah dan ingin segera meninggalkan kamar yang telah menjadi saksi bisu percintaan keduanya.
"Sayang...." Brian mendekat dan membantu, keduanya masih polos tak berbalut membuat Lily seketika membuang muka dengan wajah merona.
"Lepas kak!" lirih Lily saat tangan Brian menyentuh kedua pundaknya, niat ingin kabur sebelum pria itu bangun. Namun sial karena permainan yang berulang kali membuat Lily merasakan sakit saat melangkah.
Brian tak menghiraukan, ia justru mengangkat kembali tubuh Lily dan mendudukkannya di atas ranjang. Dia cukup paham dengan jalan pikiran Lily yang akan mengelabuhi tetapi Brian tak ingin Lily pergi begitu saja setelah semalam dia telah membuat wanita itu tak bisa berjalan.
Kini Brian mengunci pergerakan Lily membuat wanita itu menatap jengah. Ia menarik kembali selimut untuk menutupi tubuh yang tadi sempat terbuka karena Brian yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya.
"Maaf...."
"Anggap semalam hanya mimpi dan hanya sekedar singgah bukan sungguhan. Gue nggak mau Kak Aara tau karena itu akan menyakitinya. Jadi biarin gue balik ke kamar sekarang kak."
Brian menatap tak percaya, mudah sekali bibir itu berucap untuk melupakan setelah semalaman Lily membawanya menuju awan dengan kata cinta yang menggema. Lily pun menyatakan perasaanya dengan sadar, apa lagi air mata yang menetes saat Lily menyerahkan kesuciannya itu beriringan dengan ungkapan cinta yang begitu jelas di telinga. Bahkan Brian masih hafal betul kata-kata yang Lily ucapkan.
"Gue cinta sama loe kak, hiks.....gue ikhlas melepas loe tapi jangan nyuruh gue mencari ganti. Karena nggak semudah itu buat menggantikan nama loe di hati gue....hiks ....hiks.... pelan-pelan kak....sakit..."
Brian mengusap kasar wajahnya, memejamkan mata sejenak meredam kesal dan kembali menatap Lily dengan lekat. Pancaran cinta masih jelas terlihat namun mulut tega berdusta.
"Gue bakal tanggung jawab!" tegas Brian.
"Nggak! gue nggak mau kak! akan banyak hati yang tersakiti dengan hubungan ini. Semua nggak akan ada yang berubah, loe besok tetap menikahi kak Aara dan lupakan gue!"
Sesak, itulah yang Lily rasakan saat ini. Siapa yang tak cemas, siapa yang tidak sakit jika ia harus merelakan pria yang ia cinta dan telah merenggut mahkotanya mulai besok akan menjadi Kakak ipar. Bahkan dunianya seakan runtuh dan tak tau bagaimana menghadapi hidupnya lagi.
Brian menggelengkan kepala, tidak mungkin ia akan tetap menjalani pernikahan dengan Aara sedangkan hidupnya kini telah ia serahkan pada Lily. Dan ini tidak adil untuk Lily, bagaimana dengan masa depannya? dan bagaimana dengan dirinya kelak jika terjadi sesuatu akibat kegiatan semalam?
"Persetan sama semua hati orang lain, yang gue pikirkan sekarang itu loe Ly! nggak ada yang lain! gue akan membatalkan acara besok jika perlu loe yang akan menggantikan posisi kakak loe!" ucap Brian tidak terima dengan apa yang lily inginkan.
"Tapi gue nggak mau! gue nggak mau nikah sama loe kak!" sentak Lily bahkan kini ia memberontak dan berusaha turun dari ranjang namun Brian dengan cepat menghentikan lalu melemparnya kembali ke ranjang. Brian segera naik dan mengukung tubuh Lily dengan emosi.
"Kenapa? kenapa loe nggak mau? apa loe nggak mikir jika nanti benih gue tumbuh dengan baik?"
deg
Mata Lily membola dengan debaran jantungnya yang semakin kencang. Hamil? tidak, tidak akan ia hamil hanya dengan satu malam. Sedangkan kini ia sedang tidak dalam masa subur.
"Gue pastikan nggak akan hamil anak loe kak! tapi jika memang itu terjadi, loe cukup diam dan anggap loe nggak tau apa-apa. Karena gue nggak akan minta loe buat tanggung jawab dan biarkan anak ini tanpa ayah dan nggak akan pernah mengenal ayahnya!"
plak
Lily tersentak dengan air mata yang mengalir perlahan. Baru kali ini ia mendapat tamparan dari seorang pria. Bahkan ini yang pertama kali pipinya di tampar dengan kencang. Sakit....sudah pasti! namun lebih sakit hatinya saat ini.
Brian pun begitu terkejut dengan dirinya yang tanpa sadar menampar Lily, ia marah dan tidak terima dengan ucapan Lily barusan. Ia ada namun lily seakan menganggap tiada dengan membiarkan anaknya tanpa ayah.
"Semua yang gue bilang belum tentu akan terjadi..hiks....hiks...tapi loe begitu marah sampai nampar gue begini. Asal loe tau kak, gue sama marahnya sama loe! hiks....gue sama sakitnya bahkan lebih sakit dari apa yang loe rasain! hiks ..hiks..tapi gue masih waras dan nggak akan ngerusak semua rencana yang orang tua buat sejak awal." Lily menatap Brian dengan air mata yang berderai dan rasa panas di pipinya.
"Gue masih waras dan nggak akan nyakitin hati kak Aara! hiks....Dan gue harap loe juga begitu. Gue ikhlas, gue rela pria yang gue cinta menikah dengan wanita lain. Dan gue yakin, hiks...hiks....kelak loe bakal terima Kak Aara seperti loe sayang sama gue!"
Lily mendorong tubuh Brian dan segera turun dari ranjang. Brian yang terpaku hanya bisa diam dan menyingkir dengan melihat pergerakan lamban Lily menuju kamar mandi. Tak ada kata yang terucap tapi dadanya sesak hingga ia tertunduk dengan air mata yang menetes membasahi sprei.
Bugh
Bugh
Bugh
"Brengs3k! loe brengs3k Brian!" Brian memukul kasur berulang kali meluapkan emosi yang menguras hati. "Kalo gue tau bakal begini, lebih baik semalam gue nggak ngerusak loe Ly! Hiks....Ya Tuhan mengapa jadi seperti ini...Bodoh loe Brian bodoh!"
Sama halnya dengan Brian yang begitu kalut, Lily pun kini tengah menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mandi. Di bawah guyuran shower ia meraung merasakan sakit dengan memukul dadanya berulangkali.
Lily tak menyalahkan Brian karena dia ingat kejadian semalam terjadi karena dirinyalah yang meminta. Brian pun hanya membantu karena dia yang terus merengek minta di sentuh.
Penyesalan pun seakan sia-sia karena semua tak akan kembali lagi. Dan Lily hanya bisa melupakan dan membiarkan semua menjadi kenangan manis sekalipun memilukan hati.
"Gue bakal pergi dari hidup kalian jika memang keberadaan gue bakal ngerusak semuanya...."
Brian diam tak menyapa melihat Lily keluar dari kamar mandi dengan pakaian semalam. Membiarkan wanita itu bertindak semaunya karena ia tak tau lagi harus dengan cara apa membuat Lily merubah keputusan.
"Maaf dan terimakasih untuk yang semalam, jika loe nggak nolong gue, gue nggak tau akan bagaimana. Dan....gue harap ini yang terakhir kita bersinggungan dengan posisi yang salah. Untuk besok dan setelahnya gue harap loe bisa menjadi kakak ipar gue yang baik. Dan nggak perlu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi!"
Lily melangkah mendekat dengan senyum yang ia pakaakan. Lalu memeluk Brian untuk yang terakhir sebelum Lily benar-benar meninggalkan Brian sendiri di kamar itu.
"Aaakkkkkhh....." Brian memukul dinding setelah Lily benar-benar pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Naura Kamila
nah kan, , gara" obat lucknut, , org kyk hilang harga diri
2023-06-30
1
ARR
lanjut thor,,,, suka sama ceritanya 🥰
2023-04-11
1
pisces
yaah jgn dipisahin dong thor lily sama brian
2023-04-11
1