Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, kini semua sudah sampai di jakarta dengan selamat. Tepat sore hari mobil mereka memasuki halaman rumah. Lily turun dari mobil setelah Mommy dan Aara turun. Sempat bertemu pandang dengan Brian tetapi dengan cepat Lily melangkah masuk ke dalam rumah.
Lily berharap Brian dan Aara tak tinggal lagi di sini, setidaknya rasa sesaknya tak membuat ia sulit gerak seperti ini. Dan lebih mudah untuk melupakan. Lily menghela nafas berat saat sampai di tengah-tengah undakan tangga sepasang pengantin itu berada di belakangnya.
"HHuuuhhfff sumpah nggak enak banget, ngapa gue jadi nggak betah di rumah gue sendiri." Lily segera masuk kamar tanpa berbasa-basi pada keduanya. Lebih memilih diam dari pada sok akrab.
Mata Brian tak beralih dari Lily, hingga sampai di undakan teratas dia berbelok ke arah kamar Lily. Ntah apa yang di pikirkan oleh Brian saat ini. Sampai langkahnya memundur karena tarikan dari belakang.
"Kamar gue disini! loe jangan keterlaluan Brian!" kesal Aara hingga membuat Brian memutar badan.
Brian berdecak dan melangkah mengikuti langkah Aara. Ia masuk ke dalam kamar dengan wajah datar. Tak ada yang istimewa dari pernikahannya, hanya saja ia berencana untuk tinggal di sana. Setidaknya ia bisa dekat dengan Lily, meski hanya memandang saja.
Brian melirik Aara yang dengan santainya membuka baju tanpa malu. Dia menghela nafas berat saat Aara memamerkan tubuh indahnya. Andai itu Lily, sudah pasti ia terkam tanpa menunggu umpan.
Aara tersenyum tipis saat ia melangkah mengambil handuk, ia melihat Brian melangkah maju dari pantulan cermin. Jantungnya seketika berdebar kencang, yakin akan dirinya yang berhasil menggoda.
Semakin mendekat dan terus mendekat sampai nafas Brian semakin terdengar. Mata Aara terpejam merasakan hembusan nafas Brian mengenai tengkuknya. Hampir-hampir ia menahan nafas, ntah apa yang sudah merasuki dirinya. Sebagai istri ia ingin dan sebagai perempuan dewasa ia pun ingin merasakan.
"Satu...Dua...Ti_...."
BRAK
Aara tersentak mendengar suara pintu di tutup dengan kasar. Gagal sudah bayangan akan di jamah. Ternyata Brian memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi dari pada bersenang-senang dengan kenikmatan yang sudah ada di depan mata.
Wajah Aara memerah, ia segera meraih handuk dan menutupi tubuhnya yang hanya berbalut dua kain penutup bagian sensitifnya. Dia menghentakkan kakinya kemudian melangkah menuju ranjang.
Menunggu Brian dengan perasaan kesal dan hati yang gundah. Pikirannya tak sesuai apa yang ia dapatkan, nyatanya Brian membentengi dirinya dengan kuat.
"Itu orang nggak normal kali ya."
Setelah menunggu 20 menit Brian keluar dengan rambut yang basah. Dia sama sekali tidak melirik Aara yang berbalut handuk sebatas dada dan paha. Sungguh menggoda tetapi Brian enggan. Dia segera mengeringkan rambutnya dan memilih duduk di balkon kamar.
Melihat Brian yang masih cuek, Aara merengut masuk kamar mandi. Sempat melihat penampilannya dan menilai, lalu menatap jengah Brian yang kini sudah melangkah keluar kamar.
Aara memilih untuk berendam mendinginkan pikiran, hubungannya dengan Brian tak kunjung membaik. Masih sama seperti sebelum menikah, jalan bersama namun percekcokan selalu jadi yang utama.
Brian sendiri kini duduk termangu melihat wanita yang ia cinta tengah duduk memangku laptop di balkon sebelah. Betah menatap dan belum ingin menyapa. Jika begini bisa membuat hubungan keduanya adem ayem mungkin Brian lebih memilih mengawasi dari jauh dari pada mendekat berujung debat dan Lily semakin sulit di dekati.
Merasa ada yang memperhatikan, Lily menoleh ke arah belakang. Dan benar saja, ada pria yang ingin sekali ia hindari menatapnya tanpa jeda. Lily pun sempat terperangah, damage nya membuat ia terpikat. Mungkin karena Brian habis mandi dan terlihat lebih segar.
Auto terpikat dan tak ingin mengalihkan pandangan. Jelas itu salah, tapi tubuh tak bisa berpaling begitu saja. Hingga senyuman Brian membuatnya sadar hingga salah tingkah. Lily yang terburu beranjak, lupa jika ia sedang memangku laptopnya. Alhasil jatuh dan panik.
"Ya Tuhan Lily, loe jangan buat malu. Bisa kesenangan dia kalo sikap loe malah bertolak belakang begini." Gimana Lily yang kini sibuk sendiri berjongkok mengambil laptopnya. Dan segera beranjak ingin masuk ke dalam kamar.
"Eh...."
"Mau kemana?"
Lily tercengang kemudian menoleh kemana-mana takut ada yang melihat. Cukup heran dengan pria yang kini tiba-tiba sudah ada di hadapannya. Dan was-was andai ada yang melihat mereka berdua bersama.
Lily tidak menjawab, ia segera berbalik masuk ke dalam kamar. Tak ingin terlalu banyak komunikasi karena memang semua sudah terbatas. Hubungan keduanya hanya sebatas ipar dan tak ingin merusak pemikiran keluarga.
"Kak!" Lily menyentak dengan suara rendah. Apa yang Brian inginkan, dia menelusup masuk saat Lily ingin menutup pintu.
Bukan takut Brian malah diam menatap dengan langkah maju. Lily yang merasa terdesak pun bergerak mundur. Perlahan tapi pasti Brian membuat Lily terpojok hingga tubuhnya tersentak mengenai dinding.
Tak bisa lagi menghindar apa lagi kabur dari kamarnya sendiri. Menjerit minta tolong pun malah membuat masalah. Kini keduanya saling beradu tatap. Cemas yang di rasakan oleh Lily tak sebanding rasa rindu dan ingin dekat yang Brian pendam. Hingga dalam hitungan menit ke lima Lily sudah jatuh dalam pelukan Brian.
"Kak, lepas!" Lily terus memberontak tetapi tak membuat Brian melepaskan. Pikiran Brian yang sejak tadi kacau, kini lebih tenang. Seperti menemukan surga yang di rindukan.
Lily yang sejak tadi memberontak akhirnya diam dengan air mata yang meleleh. Jelas tak dapat di bohongi lagi jika luka itu seperti tersiram garam hingga terasa pedih. Tubuhnya di peluk oleh pria milik kakaknya. Bahkan kini Brian mulai mengecup dengan lembut. Menambah sayatan hati semakin dalam dan menganga.
"Please jangan nangis, gue nggak bisa jauh dari loe Ly. Tolong ngertiin gue kalo ini, gue udah nurutin kemauan loe untuk terus menikahi Aara. Tapi gue nggak bisa kalo harus jauh dari loe Ly. Jangan buat gue tersiksa."
Tak ada jawaban dari Lily namun air mata semakin mengalir deras. Lily tidak suka menjadi lemah, dia tidak suka terlihat manja, dan ia tak suka dengan situasi yang membuatnya tak bisa menolak Brian.
Setelah Brian keluar dengan meninggalkan kecupan di bibir begitu dalam, kini Lily berdiam diri di depan cermin. Menatap dirinya dari pantulan cermin, terlihat satu tanda merah di lehernya. Ntah apa maksud dari Brian meninggalkan jejak tunggal di sana. Sedangkan ia esok harus mulai bekerja di kantor Tiara membantu Kakaknya.
" Semurah ini loe Lily!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
trista
udah belanja bawang lg ya thor...q kok terbawang" gni😢😢😢😢😭😭
2023-04-19
3
Yayuk Bunda Idza
kok nyesek banget si....kasian kamu Ly..,.
2023-04-19
1
Ria Lubis
kok sedih gini cerita lily thor..
jangan sad end ya thor..
kasian lily 😑
2023-04-19
2