Seharian Lily tak keluar dari kamar, mengabaikan sarapan hingga makan malam. Kesibukan semua orang membuatnya tak ada yang memperhatikan. Hanya Brian yang terlihat mencari keberadaannya, tetapi mengingat dirinya yang sudah melarang untuk mendekat membuat Brian hanya bisa diam dengan perasaan yang tak karuan.
Lily benar-benar mengistirahatkan tubuhnya yang remuk redam, dengan hati gundah dan pikiran tak karuan. Air mata masih mengalir tanpa permisi hingga bantal basah. Samar-samar bayangan akan semalam terlintas di pikirannya membuat dada semakin sesak.
Lily hanya berharap kejadian semalam tak mengubah hidupnya, apa yang telah tertanam di dirinya tak menjadi sesuatu yang kelak akan mengecewakan semua orang. Cukup ia simpan rapat-rapat kenangan manis itu dan mengubur semua rasa yang kini menjadi luka.
Ketukan pintu kamar memaksa Lily untuk beranjak, sudah di abaikan berulang kali namun ketukan itu semakin menjadi. "Ini orang nggak santai banget sich!"
Lily menguncir rambutnya dan berusaha menormalkan penampilannya lalu menarik syal yang telah ia siapkan mana kala di butuhkan. Mata Lily berbinar melihat seseorang yang kini tengah berdiri di depan pintu.
"Wahyu! partner gue akhirnya loe datang juga."
Mata Wahyu terbelalak dengan tubuh yang terhuyung ke belakang, Lily memeluk tanpa aba-aba membuat dirinya yang tak siap dan hampir-hampir terjengkang.
"Sans donk Ly! lo kangen banget apa sama gue?"
Lily tak menjawab, jujur ia butuh bahu untuk bersandar dan teman untuk melupakan kejadian yang memilukan. Karena Lily tau Wahyu pria yang tulus setelah melihat sabarnya pria itu meski Tiara tak membalas cintanya dan sebagai sahabat Wahyu sangat bisa di andalkan. Di tambah lagi tampangnya yang sangat pantas di bawa kondangan. Meskipun Wahyu tak tau apa-apa tentang perasaannya tetapi dengan adanya Wahyu Lily bisa mengalihkan hal yang sudah meninggalkan.
"Dari mana loe tau kamar gue?" tanya Lily setelah melepaskan pelukannya. Kini keduanya berhadapan dengan jarak yang begitu dekat tanpa peduli ada yang melihat dan berpikir yang tidak-tidak.
"Bos gue lah, siapa lagi. Dia khawatir banget sama loe, sampe gue nggak bisa tidur. Telpon terus udah kayak deptcollector." Wahyu menghela nafas berat, sejak pagi Tiara terus saja mengganggunya . Wanita itu di kurung oleh suami posesifnya hingga tak bisa untuk sekedar melihat keadaan Lily yang ia yakin tidak baik-baik saja. Karena sejak semalam bumil itu terus memikirkan Lily membuat hatinya tak tenang.
"Udah kayak pernah di kejar-kejar depcollector aja loe!" celetuk Lily, namun fokus Wahyu kini bukan di ucapan Lily melainkan wajah Lily. Gurat kesedihan tak bisa di tutupi, begitu sembab dengan mata yang berkaca.
Sadar akan Wahyu yang memperhatikan membuat Lily segera membuang muka. Wahyu mengusak rambut Lily dengan tersenyum miring.
"Loe nggak bisa nutupin itu dari gue! Udah puas sekarang? Berapa bantal yang basah? Apa jangan-jangan kamar loe banjir?"
Lily menatap sengit pria yang kini bersidekap dada menatapnya nyalang, ingin sekali menjewer lidah dan mencolok kedua matanya. Padahal nasib keduanya sama, namun Wahyu bisa legawa menerima.
"Bos loe ember!" ketus Lily membuat Wahyu tak bisa menahan tawa. Yang tau soal hati hanya Tiara namun sepertinya bumil itu menceritakan pada Wahyu agar Lily tidak lagi kesepian.
Wahyu segera menutup pintu kamar Lily dan menarik tangannya, kini saatnya ia membuat perasaan Lily benar-benar lega. Mengajaknya untuk mencurahkan semua kekesalan dan kesedihan.
Tanpa memberontak Lily mengikuti langkah Wahyu, kini keduanya tengah melangkah menyusuri pantai. Di saat yang lain kemungkinan sedang terlelap untuk acara besok, tetapi Lily dan Wahyu justru menghabiskan waktu di luar.
Langkah keduanya terhenti didepan hamparan ombak yang tengah menggulung. Genggaman tangan Wahyu terlepas namun Lily kembali meraihnya.
"Loe jangan kemana-mana, gue nggak mau di bilang gila!"
Wahyu tersenyum miring dengan menggelengkan kepala, ada-ada saja memang pikiran Lily. Di saat seperti ini masih saja memikirkan orang lain, maka jangan heran jika ia kalah start dengan kakaknya. Karena hidup kebanyakan nggak enaknya berujung kehilangan.
"Cepetan!"
Lily menarik nafas dalam, memejamkan mata seraya membuang nafas perlahan. Berulang kali ia lakukan barulah ia kembali membuka mata dengan sekali tarikan nafas dalam.
"TUHAN LILY MINTA MAAF.....LILY SALAH.....LILY TERLALU MENCINTAI MANUSIA...."
"SAKIT TUHAN.....DIA PERGI SEBELUM HATI INI BENAR-BENAR SINGGAH...."
"BERI AKU RASA IKHLAS TUHAN..... SEMBUHKAN LUKAKU.....DAN BANTU AKU MELUPAKANNYA TUHAN...hiks...hiks...hiks....."
Lily berteriak sekuat tenaga, ia menumpahkan semua sakitnya dan menangis sesenggukan. Hingga rasanya tak sanggup berdiri, beruntung dengan cepat Wahyu meraih tubuh Lily dan memeluknya dengan erat.
"Sakit Yu....sakit....hiks...hiks..." Lily membalas pelukan Wahyu menumpahkan kesedihannya hingga Wahyu merasa tak tega.
Wahyu mengusap punggung Lily menguatkan dan menenangkan. Wahyu tau rasanya karena hatinya pun sempat patah meski cukup kuat karena ia pria dan sedikit canggung jika harus menangis seperti Lily. Dia pun cukup memahami kehancuran hati Lily saat ini. Apa lagi yang menikah dengan pria yang ia cinta adalah kakak kandungnya sendiri. Sakitnya doble, kalo kata KFC paket komplit.
"Loe kuat Ly...loe pasti bisa lewatin ini semua. Positifnya, mungkin dia bukan yang terbaik buat loe! dan Tuhan sudah menyiapkan penggantinya." Wahyu merenggangkan pelukannya tanpa sengaja membuat syal yang di pakai Lily terlepas.
Matanya terbelalak melihat banyak tanda merah yang sudah di pastikan itu hasil ukiran ulah manusia. Sesaat terpaku namun setelahnya Wahyu memilih untuk membuang muka, menormalkan pikirannya yang mulai mengkait-kaitkan semua dengan sedihnya Lily yang mendalam. Bahkan Wahyu yakin jika hubungan keduanya sudah terlampau jauh.
"Makasih Yu....loe udah bawa gue kesini," lirih Lily membuat Wahyu kembali menoleh ke arah wanita itu, tapi bukan melihat wajahnya melainkan kembali melihat tanda keunguan bahkan Wahyu tanpa sadar menghitung jumlahnya.
"Wahyu..."
"Eh i..iya Ly, gimana-gimana? loe tadi ngomong apa?" Tanyanya gugup lalu mengalihkan pandangannya ke arah pantai. Ia mengajak Lily duduk agar lebih santai setelah berhasil memberikan waktu untuk Lily mengeluarkan keluh kesahnya.
Lily menghela nafas kasar, menatap Wahyu dengan malas, sudah cepak teriak pakai acara siaran ulang segala. Apa lagi tenggorokannya terasa kering membuat Lily diam tak menanggapi.
"Nggak usah ngambek! gue tadi lagi mikirin teman gue, dulu dia juga nangis-nangis kayak loe begini. Eh ternyata pas hari H pernikahan tuh cowok dia ketahuan hamil. Auto gagal setelah nangis-nangis Bombay."
Ucapan Wahyu mendadak membuat hati Lily resah, bahkan bayangan akan kejadian semalam kembali terlintas membuat Lily bungkam. Wahyu yang melihat perubahan dari wajah Lily semakin yakin jika apa yang di pikirannya benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
trista
lanjuuuuuut thor
2023-04-12
2
Yuliana Tunru
smoga batal nikah x ara dan brian ..atw sdh nikah ketahuan araa hamil.ank pacarx krn brian ogah sentuh ingat lily trs..ayo thor up yg byk penasaran tau..
2023-04-12
2