Keesokan harinya Lily di buat kesal dengan tanda merah yang tak kunjung hilang. Di gosok semakin merah, di diamkan pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan. Dan bagaimana ia akan keluar jika seperti ini.
"Huuuhhhfff......Brian loe nyusahin gue!" kesal Lily dengan menyentakkan kaki kemudian berjalan menuju lemari. Dia mengambil syal sebelum akhirnya keluar kamar.
Di ruang makan sudah berkumpul semua anggota keluarga, Lily menghela nafas berat saat melihat Brian yang kini menatapnya dalam diam.
Lily segera mengambil duduk di sebelah Aara, kursi yang ia sering pakai di tempati oleh Brian. Alhasil mengalah agar tak menimbulkan masalah.
"Hari ini kamu jadi bekerja di kantornya Tiara sayang?" tanya Mommy yang sedang mengoles roti dengan selai untuk suaminya.
"Jadi Mom, setelah ini berangkat. Aku ikut Daddy ya!" Lily memasang wajah puppy eyes di depan Daddy nya.
"Daddy nggak berangkat hari ini sayang, Mommy minta di antar ke salon."
Lily menghela nafas panjang, menatap Mommy dengan menyipitkan mata. "Manjanya Mommy aku ini!"
Andini tak menimpali, ia hanya tersenyum dengan memeluk lengan Raihan dan di sambut sentuhan hangat dari sang suami.
Terpaksa hari ini ia membawa kendaraan sendiri. Padahal sudah beberapa bulan ia malas membawa kendaraan setelah pernah mogok di jalan. Dan berharap tak akan mengalami kesialan lagi hari ini.
"Berangkat bareng kakak kamu juga nggak apa-apa nak!" ucap Daddy membuat Aara menatap ke arah Brian. Sejak tadi ia diam tak memberi usul sama sekali tetapi Daddy nya justru meminta Lily untuk berangkat bersama.
"Aku bisa bawa mo_"
"Ikut Brian aja Dad, biasanya juga seperti itu. Lagian pagi ini cukup santai, jadi Brian bisa mampir dulu ke kantor Tiara." Brian memotong ucapan Lily, wanita itu menunduk dengan mencengkeram kuat sendok dan garpu yang ia pegang. Selalu ada saja jalan untuk keduanya di pertemukan.
"Ya sudah berangkat bareng Brian dan Aara saja dari pada nanti mogok lagi mobilnya dan kamu menangis di pinggir jalan."
Lily hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lemah, melirik Aara yang fokus dengan sarapannya. Merasa tak enak meski ia yakin jika Aara tak tau hubungan di antara dia dan Brian.
Sepanjang perjalanan Lily hanya diam dengan pandangan keluar jendela, di depan sana Aara sedang bermanja memeluk lengan Brian. Sesekali mengecup pipinya meski tak mendapat balasan.
Sesak di hati sudah pasti tetapi dia cukup sadar diri dan tak ingin menjadi pengganggu, anggaplah obat nyamuk. Hingga pertanyaan Aara membuat Lily terkesiap.
"Gaya pakaian kantor loe udah oke Ly, tapi kayaknya lebih oke kalo itu syal loe buka. Jadi nggak kayak orang sakit," celetuk Aara dengan menatap Lily lewat kaca spion.
Tangan Lily reflek menyentuh syalnya, melihat Aara yang menatapnya dengan tatapan beda kemudian melirik Brian yang tersenyum tipis saat dengan sengaja menoleh ke arahnya. Sungguh membuat Lily geregetan.
"Dasar nggak bertanggung jawab!"
"Lagi pengen aja kak, nanti kalo bosen juga gue lepas." Lily tak lagi menanggapi, ia segera bersiap karena mobil sudah memasuki gerbang kantor.
"Makasih Kak..." Lily segera membuka pintu mobil dan buru-buru untuk keluar tanpa menunggu jawaban dari Brian dan Aara. Lega rasanya sudah sampai dan segera ingin masuk ke dalam kantor agar tak terlalu lama berhubungan dengan keduanya.
Lily berjalan dengan cepat dan segera masuk kedalam lift khusus para petinggi, tak peduli dengan pandangan mata karyawan lainnya. Ia ingin cepat sampai di ruangan kakaknya.
Lily tersentak saat menutup lift, pria yang ia hindari lagi-lagi membuat ulah, memaksa masuk hingga tubuhnya terdorong ke belakang mengenai dinding lift. Mata Lily membola saat Brian dengan cepat menyatukan kembali bibir mereka.
"Auwh.....sakit Lily!" Brian mengaduh kesakitan, Lily dengan sengaja menginjak kakinya dengan ujung heel.
"Mau loe apa sich kak? loe nggak ada takut-takutnya tau nggak? loe anggap gue apa? loe seenaknya aja meluk gue, cium gue! Gue ini adik loe kak, bukan istri loe!" sentak Lily dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Dia tak peduli dengan Brian yang kesakitan, karena hatinya pun tak kalah sakit.
Brian menatap Lily dengan wajah datar, dia memang tak dapat menahan rasa jika sudah dekat dengan Lily. Ntah mengapa setelah kejadian malam itu ia tak lagi bisa berjauhan, selalu ingin mendekat dan menjamah.
"Gue nggak bisa jauh dari loe Ly! sorry.....jangan nangis, please! gue nggak tahan tiap kali lihat loe! gue tau loe bukan istri gue, tapi batin gue cuma mau loe. Please jangan marah, jangan menghindar!"
Walau bagaimanapun Brian adalah pria normal yang butuh pelepasan setiap menginginkan. Sedangkan Aara membuka akses bahkan tidur pun menggunakan lingerie yang sangat menggoda iman. Tapi tak ada rasa ingin sedikit pun di dirinya. Ia hanya menginginkan Lily, tubuh Lily, cinta Lily.
Brian memegang kedua tangan Lily, mengecupnya dengan sayang dan menatap matanya dengan rasa bersalah. Tangannya terulur menarik syal yang Lily pakai, ia tau persis apa yang Lily tutupi tetapi tak menyangka bisa semerah itu.
"Kenapa sampe lecet begini, hhmm? loe nggak perlu berusaha buat menghilangkan itu. Tujuan gue kasih tanda ini biar semua tau kalo loe udah ada yang punya. Bukan malah loe tutupi begini!"
Brian mengusap air mata yang membasahi pipi Lily, tersenyum menatap wanita yang kini hanya diam tak menanggapi. Semakin gemas dengan diamnya Lily dan ingin sekali menggigit bibir bawahnya agar ia berteriak mengeluarkan suara yang selalu Brian rindukan.
Lift sudah sampai di lantai yang ia tuju namun dengan cepat Brian kembali menutup dan lift turun kembali ke lantai dasar. Lily menatap nanar dengan mendengus kesal, menatap sengit pria yang kini sangat menyebalkan di matanya. Wanita itu bersedekap dada dan kembali membuang muka.
"Jangan salahin gue kalo gue main sosor aja Ly, gue nggak akan gini kalo bukan loe yang mulai."
"Tapi loe udah punya istri kak! nggak seharusnya loe begini sama gue! Loe bisa lampiaskan nafsu loe sama istri loe, bukan gue apa lagi wanita lain."
"Tapi gue nafsunya cuma sama loe!" ucap Brian dengan lantang.
Lily yang sejak tadi membuang muka, dengan cepat menoleh ke arah Brian. Saling mengunci pandang dengan hati yang entah.
"Gue bukan pelacuur kak! gue bukan pelakor yang bisa loe ajak selingkuh! gue Lily adik ipar loe! gue nggak mau ngerusak persaudaraan gue sama kakak gue, gue nggak mau dia tau hubungan kita kak. Gue nggak mau nya_"
"Tapi dia udah tau hubungan kita! dia udah tau kalo gue cinta sama loe!" sentak Brian membuat Lily tercengang. Dia tak menyangka jika Aara sudah tau semuanya. Lalu apa dia juga tau jika di malam itu calon suaminya telah bermain gila dengan adiknya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ita rahmawati
penasaran bgt ,,ada apa sebenernya sm aara ya
2024-09-21
0
Naura Kamila
enak aja, , kalo ketahuan keluarga jg bakalan like yg disalahin karna dianggap nyakitin kakaknya
2023-06-30
1
Naura Kamila
Brian ini mmbikin situasi jd sulit, , lily ush pengen ngehindar, , to briannya memplok mlulu
2023-06-30
1