Lily keluar dari lift dengan hati yang tak karuan, pikirannya tertuju pada sang kakak yang sudah mengetahui hubungan dirinya dengan Brian. Ada perasaan tak enak, apa lagi mereka satu rumah. Rasanya memang ia harus bertindak tegas dan menjauh dari tempat yang kini mulai membuatnya tak nyaman.
Lily melangkah menuju ruangan CEO, menarik nafas dalam sebelum masuk. Senyumnya mengembang saat sang kakak menatap dengan tatapan dingin. Melangkah dengan sesekali membenarkan tampilannya dan duduk di seberang kursi Rafkha.
"Baru datang?"
"Hhmm....belum telat juga, baru kurang lima menit." Lily melirik jam tangannya kemudian kembali menatap sang kakak. Jantungnya sedikit berdebar, takut si dingin itu tau juga.
"Loe gue taro di bagian sekertaris, jadi belajar yang bener. Dan bantu Wahyu juga kalo gue lagi ke kantor pusat." Bukan tanpa alasan Rafkha menempatkan menjadi sekertarisnya, itu semua karena sang istri yan sengaja membuat hubungan Lily dan Wahyu menjadi dekat.
"Gue baru lulus langsung jadi sekertaris, apa nggak karyawan loe yang lain pada melotot lihat gue kak?" Lily menatap jengah sang kakak, dia tidak bodoh. Bahkan tau jika ini siasat Tiara yang selalu saja menginginkan dirinya untuk cepat move on. Tapi malas saja jika terus di jodohkan, walaupun dia yakin protesnya tak mungkin bisa mengubah keadaan.
"Nggak usah banyak alasan Ly, cepet ke ruangan loe dan bawa ini berkas, belajar yang bener!" titahnya tak terbantahkan namun mendapat tatapan sengit dari Lily.
"Dasar kulkas! giliran sahabat loe udah kayak oven, sok anget malah kebablasan panas. Meresahkan!"
Lily segera beranjak dari sana dan segera keruangan sekertaris. Melempar berkas di meja dan menghempaskan tubuhnya dengan frustasi. Lily membuka syal dan melemparnya di atas meja. Dia memijit pelipisnya dengan menundukkan kepala.
"Nasib....nasib...."
"Nasib loe kenapa? susah tidur gegara satu rumah sama Kakak ipar?"
Lily mendongakkan kepalanya lalu melihat ke arah pintu. Di sana sudah ada Wahyu yang menatapnya dengan senyum miring meledek. Lily berdecak dengan kesal dan membuang muka.
Wahyu melangkah mendekat dan duduk di hadapan Lily dengan bersedekap dada. Menatap tampilan Lily yang menarik perhatian. Mungkin Lily lupa jika syalnya sudah ia lepas.
"Merah banget? semalam apa tadi pas di lift?"
Pernyataan Wahyu membuat Lily segera menoleh, ia gelagapan meraih syalnya namun dengan cepat Wahyu menarik hingga keduanya saling tarik menarik.
"Wahyu!" Sentak Lily.
"Ck, nggak usah pake di tutupin! gue udah lihat, lagian Kakak loe nggak bakal masuk ke sini."
Dengan kesal Lily melepas syalnya dan mendengus menatap Wahyu dengan jengah. Sudah tak ada lagi yang bisa ia tutupi. Karena Wahyu sudah bisa menebak semuanya.
"Jangan aja Aara yang di nikahin loe yang bunting!" ucapnya asal namun membuat Lily geram.
"Wahyu!" kesal Lily dengan bolpoin yang melayang mengenai kening Wahyu. Perdebatan keduanya berlanjut dan berakhir dengan panggilan dari Rafkha yang meminta Wahyu untuk segera mempersiapkan berkas untuk meeting.
Sampai lupa dengan tujuan awalnya yang ingin mengajari Lily karena keduanya yang berujung ribut dan terpaksa meninggalkan Lily untuk belajar sendiri.
Sampai sore hari Lily tak kunjung keluar dari ruangan, mengabaikan makan siang dan pulang telat. Berusaha keras agar cepat bisa dan menguasai diri dengan jabatannya.
"Loh kok loe belum pulang?" tanya Wahyu yang kebetulan kembali ke kantor karena ingin mengambil mobilnya yang tadi ia tinggal. Ia terkejut melihat Lily yang baru saja keluar dari ruangannya padahal hari sudah gelap.
"Gimana gue mau pulang kalo belajar sendirian tanpa tutor," celetuk Lily kemudian menutup pintu lalu melangkah menuju lift. Wahyu pun berjalan mengimbangi, masuk ke dalam lift berdua dengan berdiri berdampingan.
"Sorry....besok kalo ada yang nggak paham loe bisa tanya sama gue." Wahyu merangkul tubuh mungil Lily berjalan menuju parkiran setelah lift sampai di lantai lobby utama.
"Ck, nggak perlu. Beruntungnya otak gue jenius, jadi loe nggak perlu repot-repot ngajarin gue. Males juga kalo ujungnya malah ngebully." Lily masih kesal karena Wahyu selalu saja menggodanya. Sedangkan hati lagi gamang dan pikiran bercabang.
Memfokuskan diri dengan begitu sulit hingga bisa menguasai materi untuk besok mulai bekerja dengan baik. Kejam sekali memang Rafkha, pria itu tau kualitas otak Lily hingga memberi waktu untuk training hanya sehari.
"Pulang sama gue!" Wahyu segera menggenggam tangan Lily karena ia tau Lily pulang sendiri. Sebenarnya tadi Tiara yang menghubunginya dan meminta dia untuk mengantar Lily sekalian. Ya memang lagi-lagi Tiara, kakak ipar yang sangat sayang dengan Lily. Apa lagi Mommynya datang dan memberi tahu jika Lily tak membawa kendaraan, berangkat bareng dengan Brian dan akan meminta Brian untuk menjemput Lily sekalian. Jelas Tiara buru-buru mencegah, karena ia tau itu akan membuat Lily semakin makan hati.
"Gue naik taksi aja lah Yu, udah mau malem juga kasian loe capek." Lily menghentikan langkahnya dengan menahan tarikan tangan Wahyu membuat pria itu secepatnya menoleh ke arah belakang.
"Ck, udah bareng gue aja dan save itu biaya buat bayar taksi. Loe simpen buat nanti traktir gue kalo pas libur." Wahyu kembali menarik tangan Lily dan membawanya menuju mobil. Ia membukakan pintu memastikan Lily masuk ke dalam dan segera melajukan mobilnya menuju kediaman keluarga Baratajaya.
Jarak antara kantor dengan rumah lumayan memakan waktu, apa lagi di jam-jam pulang kerja yang masih padat kendaraan menyebabkan laju kendaraan melambat. Lily menoleh ke arah Wahyu dan menggelengkan kepala karena Wahyu yang rela mengantar padahal arah rumahnya berlawanan.
"Jangan bilang Tiara yang nyuruh loe bela-belain nganter gue!"
"Awalnya iya, tapi seneng juga hati gue jadinya. Lumayan nganter cewek cantik," goda Wahyu dan segera mendapatkan tatapan garang dari Lily.
"Nggak usah galak-galak sahabat, nanti jatuh cinta malah jadi enak!"
"Diem dech loe Yu, gue mau tidur jangan ganggu!" celetuk Lily dengan merebahkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata. Capek hati, capek pikiran, eh pulang terjebak macet yang membuat capek tenaga. Akhirnya ia memilih tidur dari pada terus di ganggu oleh Wahyu.
Sesampainya di kediaman Baratajaya Wahyu di sambut oleh Raihan dan Brian yang sedang mengobrol di teras rumah. Keduanya baru saja selesai makan malam dan memilih mencari angin sambil membahas pekerjaan.
"Malam Om, maaf aku nganter Lily pulang terlambat Om. Karena jalanan masih macet banget," ucap Wahyu yang sudah turun dari mobil dan bersiap membukakan pintu mobil untuk Lily.
"Iya tidak apa, Lily tidur?" Beliau melirik pintu yang sudah Wahyu buka, begitupun dengan Brian yang mendadak tidak suka dengan Wahyu yang mulai meraih tubuh Lily untuk di bawa masuk kedalam.
"Apa nggak sebaiknya aku saja Dad yang membawa Lily ke kamar?"
Ucapan Brian seketika membuat pergerakan Wahyu terhenti, dia tau Brian tak suka ia dekat dengan Lily. Wahyu membenarkan syal Lily dan segera mengangkat tubuh wanita yang begitu lelap akan lelahnya.
"Lebih baik saya saja Om, kasian Kak Brian tubuhnya sedang lelah sekali kan?"
Brian mengencangkan genggamannya dengan wajah datar menatap Wahyu dengan tatapan tajam.
...****************...
...Assalamualaikum semuanya, minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin. Maaf ya othor up nya lambat, efek mudik sinyalnya bagi-bagi. Jadi males gitu loh akunya, padahal semangat banget nich sama si Lily yang selalu di buat ketar ketir. ...
...Yang mudik sama seperti aku, hati-hati di jalan ya. Semoga selamat sampai tujuan dan bisa berkumpul dengan keluarga serta sanak saudara. Dan kembali lagi ke perantauan dalam keadaan sehat walafiat....
...Jangan lupa juga dukungannya ya man teman, like coment dan vote, boleh juga kembang goyangnya. 🤗😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Warlin Mga
Minal aidin walfaidzin🙏
2023-04-22
1
Yayuk Bunda Idza
selamat hari raya juga Thor....sehat dan bahagia
ditunggu kelanjutannya
2023-04-22
0
Yayuk Bunda Idza
hanya Wahyu yang peduli....meski dengan gaya tengilnya
2023-04-22
1