Lily tak kunjung keluar kamar, setelah perdebatan dengan Brian yang berujung ciuman maut membuatnya tambah ngamuk lalu mengusir Brian hingga nyusruk.
"Njiiirrrr sakit banget bokong gue!" langkah Brian membawanya kembali ke tengah-tengah acara yang sudah ingin usai. Menahan sakit dengan memasang kembali muka datar saat senyuman Aara menyambutnya.
Aara mengulurkan tangan lalu memeluk lengan Brian dengan tersenyum senang. Mengajak Brian yang sejak tadi menghilang menuju para sahabatnya di kampus dulu.
"Mau kemana sich Ra?" tanyanya dengan wajah datar menahan kesal.
"Kita di tungguin mereka, loe ngilang-ngilangan. Dari mana sich?" Aara pun sama kesalnya. Namun dengan rapi Aara menutupi segala rasa yang ia rasakan.
"Gue capek Ra, gue mau ikut balik sama orang tua gue. Kalo loe mau nemuin mereka silahkan, tapi gue mau pulang!" Brian melepaskan tangan Aara dan segera berbalik arah. Moodnya berantakan dan tak ingin terus di sana dengan rasa yang tidak nyaman.
Aara mengepalkan tangan melihat punggung pria yang baru beberapa jam menyematkan cincin di jemarinya kini pergi begitu saja. Malu pun menyertai karena banyak teman yang menyaksikan sikap Brian dingin.
Acara pernikahan antara Aara dan Brian akan di laksanakan Minggu depan di pulau Dewata. Sesuai permintaan dari calon mempelai wanita yang menginginkan acara dilakukan di pinggir pantai dengan tema outdoor.
Semua keluarga di sibukkan dengan rencana pernikahan Aara, begitupun dengan Lily yang ikut membantu. Ia mengesampingkan rasa sakit demi kebahagiaan kakak sendiri. Beruntung sesekali Tiara menemani meski hanya menjadi team heboh karena kondisinya yang sedang hamil membuat kakaknya begitu posesif.
Sudah beberapa hari setelah kejadian di malam pertunangan kakaknya, Lily dan Brian tak lagi bertemu. Akan lebih baik bagi Lily, dari pada harus menatap pria itu dengan hati terluka.
"Aara kemana dek? kok nggak ada di kamar? lusa sudah menikah mana boleh kelayapan!" Mommy ikut duduk membantu Lily yang sedang mengemas souvenir. Yang menikah Aara namun yang betah di rumah malah adiknya.
"Tadi Kak Aara pamit keluar sebentar Mom, sebentar lagi juga pulang. Mommy tenang aja!"
Semenjak tiga bulan ini Aara sering pamit tanpa memberitahu tujuannya, apa lagi seminggu belakangan. Hampir tiap hari menghilang di jam siang dan kembali di sore hari. Padahal ia sudah di beri cuti oleh Daddy dan sudah seharusnya ia dipingit di rumah.
Keesokan harinya semua sudah siap berangkat menuju lokasi yang telah di siapkan, karena lusa adalah acara utama. Dengan menaiki jet pribadi mereka sampai pada sore hari dan di sambut hangat oleh keluarga Bayu yang sudah datang sejak pagi.
Sesampainya di hotel semua anggota keluarga Baratajaya memilih untuk masuk kamar yang sudah di pesan sebelumnya. Dan akan berkumpul kembali saat makan malam tiba.
"Loe pesan kamar sendiri, karena kemungkinan Brian bakal datang ke kamar gue nanti malam. Loe pasti tau kan bakal seperti apa setelahnya?"
Lily terdiam menatap punggung kakaknya yang kini sudah melangkah menjauh. Semenjak acara pertunangan hubungan keduanya semakin menjauh. Lily menarik nafas dalam dan membuang dengan perlahan, mentalnya semakin ambyar mendengar ucapan Aara yang menyakitkan.
..."Nanti malam gue tunggu di kamar 207"...
Lily mengernyitkan dahi melihat pesan yang tertera di layar ponselnya. Tak lagi berkomunikasi namun tiba-tiba mengajak janjian.
"207...bukannya itu ada di kamar sebelah, apa dia menginap di kamar sebelah?" Lily berdecak dengan menggelengkan kepala, tak mungkin mengiyakan dan sengaja mengabaikan pesannya begitu saja. Memilih untuk segera beristirahat dari pada memusingkan orang yang sudah tak pantas ia pikirkan.
"Usai sudah semua cerita..... yang telah kita ukir berdua.... meninggalkan dirimu adalah hal terberat yang harus ku jalani....."
Air matanya kembali mengalir membasahi bantal. Mata terpejam namun bibir masih bersenandung sendu. Masih hancur karena hati yang rapuh namun hidup harus terus maju. Lily terus berusaha melupakan dan memilih menyingkir jika saatnya tiba.
Dan di acara pernikahan Aara dan Brian esok hari, Lily menggandeng Wahyu untuk di jadikannya partner agar tidak terlalu gabut. Seenggaknya sama-sama jomblo jadi nggak ada yang mempermasalahkan. Hanya saja Wahyu akan datang tepat di hari H karena pekerjaannya yang masih menumpuk.
"Cantiknya anak perawan Mommy...."
Lily tertunduk malu, tak seperti biasanya yang selalu memakai celana jeans kini penampilan Lily begitu memukau. Dia memakai dress flower nampak girly dan anggun. Semua yang ada di sana mengalihkan pandangannya pada Lily, tersenyum menyanjung Lily dengan penampilan tak biasa.
"Eh iya, Aara mana dek? kok nggak bareng?"
"Aku disini Mom!" seru saat yang sedang melangkah mendekat mengapit lengan Brian.
Semua bergantian menatap kedua calon pengantin dengan rasa bahagia. Kembali tersenyum melihat wajah keduanya yang nampak berseri. Lily pun ikut menoleh, kedua pasangan mata saling bersinggungan. Menyapa dalam diam dengan rasa yang tak lagi sejalan.
"Jangan nempel-nempel Ra! masih masa pingit udah main gigit-gigitan lagi!" celetuk Om Andika.
"Nggak apa-apa om, besok juga udah sah! lumayan buat latihan," sahut Aara yang sudah duduk di dekat Lily dengan Brian di sampingnya.
Setelah makan malam, semua kembali ke dalam kamar. Semua jalan berpasangan, hanya Lily yang sendirian. Namun ia memilih untuk melipir dan tak membersamai. "Sedih banget jadi gue!"
Tiba-tiba ponsel Lily berdering, Wahyu memanggil membuat langkah Lily terhenti.
"Hallo..."
"Hallo...gue terbang malam ini, loe udah di hotel apa masih di jalan juga?"
"Gue udah di hotel, katanya besok baru mau kesini?"
"Gue di suruh sama Bu bos, katanya kasian loe lagi butuh temen. Ya udah gue meluncur."
"Oke dech, thanks ya Yu. Loe the best partner hehehehe..."
"Bisa aja loe, ya udah sampai ketemu besok ya!"
Lily mematikan sambungan telepon dari Wahyu, dia menghela nafas panjang sebelum kembali melangkah menuju kamarnya. Tiara memang sangat pengertian, jika Wahyu sudah di sini berarti besok Lily tidak lagi sendirian.
Koridor hotel nampak sudah sepi, berarti semau keluarga sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Tinggal dirinya yang tadi sempat berhenti. Lantai lima memang sudah di booking khusus untuk keluarga, jadi kamar yang tersedia di sana pun hanya boleh keluarganya yang menempati.
"Sepi bener! nasib-nasib nggak punya gandengan, jalan sendirian, yang lain pada kelonaaan lah gue dewekan." Lily bergumam dengan cekikikan sendiri.
"Aaaggghh......"
Tanpa sadar ada yang menarik tangannya hingga masuk ke dalam salah satu kamar. Terkunci dari dalam dengan mulut yang tak lagi bisa berteriak. Ntah siapa yang berani melakukan itu pada putri dari keluarga Baratajaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ita rahmawati
aku curiga klo ada apa² nih sm aara,,kyknya dia diem² iri atau gmna gtu sm lily,,dn dia tau deh hub lily sm brian 🤔🤔
2024-09-21
0
Yuen
Q curiga sebenarnya arra tau lily dan brian saling cinta tp dy sabotase hahaha
2023-04-09
3
trista
si bry main culik" lily...awas raf adik lo dibuntingin tuh ma ank org😆😆😆😆🙊😄😄😄
2023-04-09
1