Semua pergerakan Lily dengan Wahyu sejak tadi membuat hati Brian semakin berantakan. Dia juga mendengar semua yang Lily ucapkan, teriakan Lily mampu membuat langkahnya berlari mendekat. Namun terhenti saat Wahyu lebih dulu merengkuh tubuh Lily dengan posesif.
Harusnya dia yang ada di sana...Harusnya dia yang berdiri mendekap....Harusnya dia yang mengusap lembut pipi Lily yang sembab. Bukan Wahyu atau pria manapun. Dan kini ia hanya bisa melihat, ia hanya bisa mendengar, dan ia hanya bisa menyaksikan kepiluan yang di tumpahkan pada pria lain.
Dan di depan matanya dia melihat wanita yang ia cinta, yang semalam memberi nikmat dan yang membuat hatinya hancur berantakan karena sudah tak lagi boleh mendekat. Berpelukan dengan erat, berbagi kesedihan dengan gamblang, dan mengutarakan keinginan tanpa sungkan.
Brian melangkah mundur, sudah tak ada jalan untuknya berjuang merebut. Pernikahannya tinggal beberapa jam lagi. Dan mau tidak mau ia harus menjalani meski hati tak ingin. Sudah tidak ada harapan karena Lily lebih memilih untuk benar-benar melepas. Niat hati malam ini ia ingin berusaha sekali lagi setelah membiarkan Lily seharian menepi. Tapi ternyata Lily benar-benar tak ingin di perjuangkan kembali.
Pagi ini semua sudah berkumpul di tempat Brian dan Aara melakukan sesi ijab kabul. Lily terdiam dengan pandangan ke depan. Terduduk tak jauh dari para orang tua dengan mengeratkan genggamannya di jemari Wahyu yang sejak pagi tadi sudah stand by menemani.
Senyum mengembang saat pandangan matanya bertemu dengan mempelai pria. Berusaha untuk menguatkan hati dan menahan air mata agar tak terjatuh di depan keluarga, khususnya Brian yang kini tengah melirik ke arahnya.
Brian meragu, di depan penghulu ia ingin sekali membatalkan acara ijab kabul. Apa lagi saat ini hatinya semakin sakit saat matanya melihat Lily tersenyum ke arahnya dengan mata berkaca. Tetapi Brian masih waras untuk tidak membuat masalah semakin runyam. Dan sayang jika Lily yang akan di salahkan.
Mata Lily terpejam dengan bulir air mata yang lolos dari pelupuk mata, kata sah menggema membuatnya benar-benar sadar akan siapa dirinya. Hidup ini pilihan, dan ia memilih untuk merelakan demi keluarga dan orang-orang yang ia sayang.
Lily tak tahan menahan Isak tangis saat melihat Brian mengecup kening Aara. Sakit....sangat sakit.....sampai tak mampu membuka mulut karena terasa kelu. Ia berlari meninggalkan tanpa mengeluarkan sepatah kata. Membuat Wahyu segera mengejar dan mengikuti langkah Lily yang tak terarah.
"Maaf....." ya Brian melihatnya, bahkan saat Aara mencium tangan dan ia membalas dengan kecupan pun pandangannya lurus mengarah pada Lily. Bukan fokus pada Aara yang telah sah menjadi istri.
Tak ada pipi yang basah, namun hatinya ingin sekali berteriak. Omong kosong dengan ikhlas nyatanya itu hanya di bibir saja tapi kenyataannya memang begitu sulit di lakukan.
"Bukannya semalam loe bilang sudah ikhlas? bukannya semalam loe bilang udah lega? kenapa masih nangis? loe nggak sayang sama air mata loe yang terbuang percuma? riasan loe yang mahal luntur sia-sia."
Tangis Lily pecah saat Wahyu menarik tangannya. Dia gagal menguatkan hati, dia gagal untuk bisa menghadapi sendiri. Ternyata hatinya tak sekuat yang ia duga. Dia pikir kemarin menjadi tangisnya yang terakhir, dia pikir ikhlas benar-benar hadir. Namun munafik jika ia berucap tidak sakit, nyatanya hati seperti teriris.
"Belum terbiasa aja Yu, kalo sudah terbiasa juga nggak gini. Emang ini mata gue aleman, maunya mewek aja. Cengeng banget kan, minta di usap kali. Usapin kek Yu, biar berasa nggak sendiri."
"Ck, manja!" celetuk Wahyu dengan terkekeh menatap Lily yang kini merengut dengan wajah imut.
"Loe cantik, imut, nyenengin, tapi cakep-cakep harus suka sama calon ipar, sedih amat sich Ly hidup loe!" ledek Wahyu membuat Lily ingin menjauh namun segera di dekap oleh Wahyu. Lebih seru melihat Lily merajuk dari pada nangis terus.
Keduanya kembali ke tengah-tengah acara setelah berhasil menenangkan Lily. Setelah tadi sempat touch up lagi agar tidak terlihat sedih, kini Lily menggenggam tangan Wahyu melangkah menuju mempelai yang masih di kelilingi keluarga setelah acara sungkem.
"Selamat Kak..." Lily mengulurkan tangannya kepada Aara dan memeluk kakaknya. Tak ada sedikitpun sakit hati dengan Aara, justru hatinya ikut bahagia atas pernikahan kakaknya meski sakit menerima kenyataan jika pria yang kini menjadi suami Aara adalah orang yang ia cinta.
"Makasih Ly, semoga loe cepet nyusul ya...Jangan lama-lama, nanti keburu Wahyu di ambil orang!"
Lily menoleh ke arah Wahyu dengan tatapan yang sulit di artikan, sedikit ada rasa tidak enak karena memang keduanya tidak ada hubungan selain teman. Tapi justru Aara seakan menganggap keduanya memiliki hubungan lebih.
Mata Lily membola saat ia merasakan sebuah tangan merengkuh pinggulnya dengan posesif dan menarik memeluk hingga tubuh Lily menempel di dada Wahyu.
"Doain aja Ra! iya kan Ly?" tanya Wahyu dengan menatap Lily yang masih bingung.
"Lagian kalian serasi kok...." sahut Aara lagi tapi Wahyu segera mengajak Lily untuk bergeser karena tak ingin lama-lama dan membuat Lily semakin sesak. Apa lagi Wahyu melihat Lily mulai tak nyaman mendengar kata-kata Aara.
"Makasih Ra."
Kini Lily berdiri di hadapan Brian yang menatapnya dengan aura gelap, Brian tak suka dengan kedekatan keduanya yang semakin menempel saja. Apa lagi saat matanya menangkap tangan Wahyu yang merengkuh bebas pinggul Lily. Ingin sekali Brian menepisnya dan memisahkan Lily dengan pria itu.
Mata keduanya saling terkunci, sekuat hati Lily mencoba untuk menguasai diri. Tangannya terulur dengan berat namun masih mampu terangkat dengan sepenuh jiwa. Brian melihatnya dan menyambut dengan tak kalah sulit bahkan tangannya sedikit bergetar dan berkeringat.
"Selamat ya Kakak ipar...." Lirih Lily mencoba untuk tetap tersenyum.
Brian hanya diam tanpa ekspresi, sikapnya mendadak dingin setelah panggilan kakak ipar membuat telinganya tiba-tiba panas.
Melihat Brian diam tanpa respon Lily segera melepaskan jabatan tangannya dari Brian dan ingin bergeser agar gantian Wahyu selanjutnya yang memberi ucapan selamat. Namun kejadian tak terduga, Brian justru menariknya hingga tubuh Lily mampu ia jangkau.
Keduanya tak berjarak, Lily sampai menahan nafas tanpa berani melirik ke arah Aara. Gila....ini gila.....Brian nekat, bagaimana jika Aara berpikir macam-macam. Tangan kiri Lily pun masih berada di genggaman Wahyu, namun Wahyu membiarkan tak ingin buru-buru memisahkan Lily dengan Brian.
"Ini yang loe mau? Lalu apa arti air mata loe? Ini bunuh diri namanya Lily! Sakit.....! Dan apa maksud loe dekat sama dia? Loe mau balas gue dengan cara ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Firgi Septia
rubah licik si aara jebak Lily dan Brian /Puke//Puke/
2024-07-27
0
Saadah Rangkuti
Menarik thor 😊
2024-07-09
0
Naura Kamila
😏😏😏😏
2023-06-30
1