Brian menatap heran pada Lily dan gelas kemasan jus yang ia pegang. "Habis...." lirihnya dan menoleh ke arah Lily yang kini menutup mulutnya dengan wajah merona. Brian berdehem dan meletakkan gelas yang habis itu di atas meja. Kemudian kembali fokus ke makanan yang telah siap di makan.
"Ayo makan, malah main lihat-lihatan!" ujarnya mengajak yang lain untuk makan. Meski dalam hati Brian masih bertanya-tanya dan merasa heran dengan sikap Lily yang tak biasa tapi ia juga tak ingin membuat Lily semakin tak nyaman. Dia tak ingin timbul banyak pertanyaan dari Rafkha yang membuat Lily kesulitan menjawab. Brian akan mencari tahu sendiri nanti apa yang tengah terjadi.
"Ly..."
"Raf, makan! loe nggak inget jadwal loe banyak. Ini makanan juga keburu nggak enak kalo kelamaan di anggurin!" Brian memotong ucapan Rafkha membuat pria itu tidak jadi melempar pertanyaan pada Lily.
Lily bernafas lega, ia merutuki sikapnya yang di luar nalar dan di luar kehendak. Ntah mengapa itu bisa terjadi karena ia yakin bukan keinginan hati tapi reflek tubuhnya yang bergerak semaunya sendiri.
"Gue kenapa sich!"
Wahyu pun sejak tadi hanya diam memperhatikan, meski penasaran ia tak sampai hati ingin bertanya karena tau Brian sendiri seakan melindungi dan menjaga kenyamanan Lily. Wahyu ikut kembali fokus dengan makanan yang telah di siapkan untuknya dan mengambil potongan ikan nila yang menurutnya menggugah selera.
"Enak, loe nggak makan Ly?" tanya Wahyu membuat Rafkha dan Brian yang mulai menyantap makanannya kembali menoleh ke arah Lily.
Wajah Lily semakin merona, ia tak menjawab namun pergerakannya perlahan menyuap ikan bakar yang masih begitu segar. Satu suapan lolos masuk dan ketiganya kembali fokus dengan makan siang. Setelah memastikan Lily makan, Brian pun menyunggingkan senyum tipis dan dengan semangat melahap kembali makanan kesukaan Lily yang menurut ia biasa saja. Namun entah mengapa kali ini begitu terasa nikmat.
Di suapan kedua, Lily tak bisa lagi menahan gejolak, ia berlari menuju toilet dan memuntahkan semua isi perutnya mengundang kecemasan ketiga pria yang kini menatap ke arah yang sama.
huwek
huwek
huwek
Brian segera berlari namun di cegah oleh Wahyu yang tiba-tiba mendahului, "biar gue aja kak! loe bisa lanjutkan lagi makannya, dari pada loe telat balik lagi ke kantor!" Ucapan Wahyu menghentikan langkah Brian dan hanya mampu menatap nanar Wahyu yang dengan sigap menolong Lily.
Brian menghela nafas berat, ia menoleh melihat Rafkha yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Dan kembali duduk di sofa berusaha menghilangkan rasa khawatir meski ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada Lily.
"Dari pagi Lily begitu, asam lambungnya naik!"
"Kenapa nggak loe suruh ke dokter aja! dia butuh obat." Sahut Brian yang kini tak lagi berselera untuk makan.
"Biar setelah ini Wahyu yang nganter dia ke dokter."
Ucapan Rafkha membuat Brian dengan cepat menoleh, melihat sahabatnya yang kini sudah menjadi kakak ipar dengan tatapan tanya yang besar. "Sepercaya itu loe sama dia? Emang udah ada restu buat mereka?"
"Gue nggak ada hak untuk mencegah jika memang mereka ada hubungan, tapi yang gue lihat Wahyu baik."
"Atau loe ngedukung mereka karena nggak mau hubungan loe sama Tiara terganggu dengan kehadiran dia?"
Rafkha menatap tajam Brian yang juga melemparkan tatapan mata bak elang. Ia tidak suka jika Rafkha mencari keuntungan sendiri dari kedekatan Lily dan Wahyu untuk kepentingannya sendiri. Meskipun sah-sah saja jika keduanya menjalin hubungan. Toh keduanya single dan tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.
Di dalam sana, Wahyu menatap Lily dengan tatapan yang tak biasa. Lily nampak bingung namun berusaha untuk tetap tenang. Ia tau Wahyu mulai curiga dan sulit alasannya di terima jika tak masuk di akal.
"Loe telat?"
deg
Pertanyaan itu, Lily nampak tak nyaman. Terlihat sekali seperti orang salah tingkah tapi berusaha keras mengingat sesuatu.
"Apanya yang telat? loe tau sendiri gue tadi pagi berangkat bareng kakak gue!" jawab Lily kemudian meraih tisu untuk mengelap bibirnya. Hati wanita itu tak tenang, mencoba mengingat kapan terakhir ia menerima tamu bulanan. Dan paham betul maksud dari pertanyaan Wahyu.
"Ly, loe dalam bahaya kalo sampai anak itu benar ada. Mungkin kali ini loe bisa nutupin keberadaannya dan berusaha meyakinkan diri loe sendiri jika itu tidak mungkin. Lalu membohongi semua orang dengan perubahan sikap loe, tapi hari esok dan lusa loe harus menyiapkan hati dan mental untuk menghadapi semuanya." Wahyu menepuk pundak Lily dan meraih tangan Lily melangkah keluar kamar mandi.
Perkataan Wahyu mampu membuat hati Lily berdenyut tapi tak sanggup membayangkan dengan apa yang akan terjadi nanti. Langkahnya begitu berat untuk kembali duduk bergabung dengan makanan yang tiba-tiba membuatnya tidak suka. Padahal ia tau Brian membeli itu semua karena pria itu paham betul dengan makanan favoritnya.
Sejak pagi ia belum makan apapun, tak di pungkiri jika perutnya lapar. Tapi rasa di aduk-aduk hingga mual dan tak dapat menerima makanan masuk membuatnya begitu tersiksa. Di tambah lagi ucapan Wahyu yang mengharuskan ia berpikir dan mencari tau, apa benar ini ada kaitannya dengan hubungan di malam itu.
Brian dan Rafkha menoleh ke arah datangnya Wahyu dan Lily. Genggaman tangan Wahyu pun menjadi daya tarik tersendiri. Keduanya datang dengan wajah Lily yang berubah pucat. Dan kembali duduk di posisi semula namun lebih dulu Wahyu mempersilahkan Lily untuk duduk baru dia kembali duduk di samping Rafkha.
Manis, jika di lihat keduanya tampak serasi meski mengundang hati pria lain teriris. Perlakuan Wahyu menggambarkan perhatian seorang pria yang tengah di mabuk cinta. Lily pun tak tau mengapa Wahyu bersikap seperti itu, padahal jelas-jelas tadi ia baru saja mengucapkan kata-kata menohok padanya.
"Ayo makan lagi! setelah ini mending loe ke rumah sakit. Biar gue minta Wahyu buat nganter loe, soalnya gue ada meeting yang nggak bisa gue tinggal."
Lily menarik nafas dalam sebelum kembali melihat ikan yang masih utuh. Matanya terpejam kuat, baru melihatnya saja membuat Lily tersiksa, apa lagi aromanya yang begitu kuat. Dan ia tak mungkin mengulangi kesalahan yang sama dengan memaksakan diri untuk memakan.
"Kak, kayaknya mending gue balik ke ruangan gue aja dech. Nggak perlu juga ke rumah sakit, gue masih ada obat asam lambung. Jadi nggak perlu repot-repot ke dokter segala."
Tanpa menunggu jawaban Rafkha Lily segara beranjak, namun belum sampai ia melangkah kepalanya begitu berat.
Brug
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
trista
wah klo uda pingdan gini pasti k3 pria ini bakal tau smuanya..siap" ya ly di inyerogasi ama kakakmu...wahyu siap" dg jawaban..scara lily sll kmana" ama kmu
2023-05-07
1
Ria Lubis
up up thor malam ini juga.. penasaran banget cemana reaksi 3 pria tersebut..
semoga wahyu yang nikah sama lily, biar brian sadar
2023-05-06
2
Yuen
Paling Wahyu yg tanggung jawab jd sad boy, padahal si garong brian yg nunggangin
2023-05-06
1