Wahyu melangkah menuju kamar Lily di bawah pantauan sepasang mata elang yang siap menerkam. Pria itu berulang kali mendengus kesal dengan hati memanas. Ia tak terima Lily di sentuh pria lain, apa lagi ia merasa Wahyu adalah saingannya. Mengingat Wahyu akhir-akhir ini selalu dekat dengan Lily. Di tambah lagi satu tempat kerja, sudah pasti semakin tak bercelah.
Wahyu tersenyum miring setelah kembali dan berpapasan dengan Brian. Berjalan melewati dan segera pamit pada Daddy Raihan. Dia bahkan tak perduli dengan Brian yang terus menyorot tanpa henti.
"Saya pamit pulang Om, Lily sudah aman tidur nyenyak di kamar. Dan saya mau minta ijin besok pagi datang untuk menjemput Lily Om."
Raihan menganggukkan kepala kemudian melangkah berbarengan mengantar Wahyu sampai halaman. "Silahkan, tapi di jaga anak Om dengan baik!" Raihan cukup mengerti karena ia pun pernah muda. Asal bisa menjaga, ia tak masalah.
"Siap Om." Wahyu menyalami dan membuka pintu mobil, sempat melirik Brian dengan senyuman miring dan segera masuk ke dalam mobil.
Setelah mobil Wahyu berlalu, Raihan berbalik dan menepuk pundak Brian sebelum masuk ke dalam rumah. Brian menghela nafas berat, mengusap kasar wajahnya kemudian menutup pintu dan melangkah menuju kamar. Bukan kamar sang istri malainkan kamar ipar yang tengah tertidur lelap dengan selimut tebal.
Brian menatap wajah yang masih berlapis make up, tersenyum tipis dan berjalan mendekat. Mengusap rambut Lily dengan sayang dan mengecup kening Lily begitu dalam.
"Loe bikin gue pikiran tau nggak! kesel! marah!" Brian memijit pelipisnya kemudian berjongkok dengan satu kaki. "Maaf .... Tapi gue janji, loe satu-satunya di hati dan nggak akan ada yang mengganti." Brian membenarkan selimut Lily kemudian keluar dari kamar wanita itu.
Lily membuka mata setelah mendengar pintu kamarnya tertutup rapat. Air matanya menetes dengan perlahan, semua seakan mustahil baginya. Bagaimana bisa bersatu jika Brian saja sudah menikah dengan kakaknya sendiri.
...🌷🌷🌷...
Pagi ini tak seperti biasa, Lily keluar kamar dengan koper di tangannya. Dan itu membuat semua menatap heran, tak hanya kedua orangtuanya tetapi Brian dan Aara juga menatap penuh tanda tanya.
"Apa ada tugas keluar kota sayang?" tanya Mommy yang begitu penasaran hingga mendekat dan menggenggam tangan Lily.
Lily tak segera menjelaskan, dia memilih untuk duduk dan terlebih dahulu meminum susu yang sudah di sediakan. Dengan santai Lily menatap satu persatu anggota keluarga yang kini terus menatapnya dengan melemparkan senyuman.
"Sayang..." Kali ini Daddy Raihan seperti tak sabar, hatinya mulai tak enak. Ada rasa cemas terlebih koper yang Lily bawa begitu besar.
Lily menarik nafas dalam kemudian menatap Daddy dengan menggenggam tangan beliau. "Aku mau hidup mandiri Daddy," ucapnya lirih namun membuat semua terkejut. Termasuk Brian yang sejak tadi menahan sesuatu di hatinya.
"Kamu ingin keluar dari rumah Daddy?" tanya beliau dengan menatap lekat hingga membuat Lily sesak. Lily merasa tak tega, apa lagi tatapan Daddy berbeda. Ekor mata beliau basah, terus menatap tanpa henti. Lily pun hanya menganggukkan kepala dengan terus memaksakan senyum.
"Apa Daddy punya salah yang membuat Lily merasa tidak betah?"
deg
Hati Lily begitu sakit, kemudian menggelengkan kepala dengan cepat, menggenggam tangan beliau dengan kencang. Mendengar pertanyaan Daddy membuat hatinya teriris.
"Daddy dan Mommy tidak punya salah, hanya aku yang ingin mandiri. Aku akan mencari tempat yang dekat dengan kantor, agar lebih mudah pulang perginya Daddy. Dan tidak terus merepotkan Daddy dan yang lain."
Daddy diam, menatap putrinya begitu dalam. Merasa ada sesuatu yang di simpan rapat dan merasa bukan itu alasan utamanya. "Ada apa?" tanya Daddy lagi.
Sedangkan Mommy dan yang lain sejak tadi diam menyimak dengan perasaan mereka masing-masing. Sang Mommy yang terkejut sampai tak bisa berkata apapun. Apa lagi keputusan Lily yang tiba-tiba membuat beliau tak percaya.
Lagi-lagi Lily menggelengkan kepala, berusaha menahan senyuman agar kedua orangtuanya percaya jika dia baik-baik saja. Semua murni karena memang ia ingin mandiri.
"Tidak ada apa-apa Daddy, sungguh," ucapnya meyakinkan.
"Tapi Daddy tidak merasa di repotkan, hari ini pun Daddy bisa mengantar Lily. Dan mulai sekarang Daddy akan mengantar kamu kemanapun kamu ingin pergi sayang."
Ucapan Daddy semakin membuat dada Lily sesak, di tambah lagi Mommy sudah tersedu dengan menundukkan kepala. Lily pun sudah tak bisa menahan air mata, menarik nafas dalam dan kembali menatap Daddy.
"Daddy....aku...hiks...hiks...maaf... ijinkan Lily Daddy," Lily memeluk Daddy, ia tak sanggup menatap wajah pria yang menjadi cinta pertamanya begitu sedih.
Brian membuang muka setelah melihat Lily memohon dan menangis. Dia tau pasti alasan Lily meminta pergi. Hanya ingin menghindar dari dia tapi tak menyangka jika Lily memutuskan untuk keluar dari rumah.
Aara pun hanya menyaksikan kesedihan keluarganya, dia diam dengan perasaan yang entah. Namun gurat kesedihan tak dapat di sembunyikan meski air mata tak mengiringi pandangannya.
Daddy tak menjawab, beliau segera meraih ponselnya yang ada di meja dan mendial nomor seseorang. Merasakan pergerakan dari Daddy, Lily segera melepas pelukan. Melihat Daddy dengan seksama hingga beliau kembali bersuara.
"Siapkan kamar untuk adikmu Lily!"
Lily terhenyak mendengar kata-kata itu, ia tau persis siapa yang di telpon oleh Daddy nya. Dan jika Rafkha yang sudah turun tangan, ia pun tak bisa lagi melawan. Lily menghela nafas berat, jika sudah begini berarti acara ingin mandiri gagal.
Mommy yang sejak tadi menunduk menangis pun segara menoleh ke arah Daddy. Beliau pun mengerti dan cukup tenang saat suaminya meminta bantuan Rafkha.
"Daddy ijinkan kamu keluar dari rumah ini, tapi tidak Daddy ijinkan kamu hidup sendiri!" setelah mengatakan itu Daddy segera beranjak dan melangkah menuju kamar. Kemudian Lily menoleh ke arah Mommy yang menganggukkan kepalanya. Sepertinya kali ini beliau lebih tenang setelah tau Lily akan tinggal dimana.
"Turuti saja sayang, Mommy pun lebih tenang kamu dengan kakakmu dari pada mencari kos atau apartemen dan tinggal sendirian."
"Tapi Mom...."
"Ini yang terbaik agar Mommy dan Daddy tenang, lalu tidak terlalu kepikiran sayang," sahut Mommy membuat Lily bungkam. Lily menganggukkan kepala, mungkin tak mengapa asal bisa menjauh dari pria beristri yang saat ini melihatnya dengan wajah datar. Bahkan Lily tak berani menoleh, terlebih hubungan mereka sudah di ketahui oleh Aara. Rasa bersalah dan tak nyaman selalu menghantuinya.
"Assalamualaikum....." ucapan salam membuat Lily menyurut air mata. Wahyu datang tepat waktu,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Naura Kamila
tp mnurut Q mending tinggal ma rafkha, , nanti kalo tinggal sndiri malah bahaya,, Brian bakalan nyamperin trs
2023-06-30
1
Yuliana Tunru
itu lrbih baik lily dari pada brian jd bayangan mu krn klo di t4 rafka brian tdk bisa seenak x mendekati mu..tp klo lily hamil gmn thoor..
2023-04-25
0
Warlin Mga
next up yg banyak🤭😍😘
2023-04-25
0