Brian tersenyum miring saat melihat Lily kembali mendekati Wahyu, langkah wanita itu diiringi dengan tepukan para tamu yang menyaksikan. Dia tidak peduli dengan wajah bete Aara yang kini melangkah mendekatinya.
Pesta berakhir dan kedua pasang mempelai kembali ke kamar. Aara tak melepaskan genggaman tangannya sedikitpun dari lengan Brian. Keduanya melangkah menuju kamar yang sudah di siapkan dengan pandangan mata Brian yang enggan melirik ke arah istrinya.
Mata Brian terpaku pada wanita yang kini tengah mengobrol di ambang pintu, senyuman yang ia rindukan lebih nyaman di berikan oleh pria lain dari pada dengannya. Menatap tak suka dengan rahang yang mengeras dan tangan mengepal.
"Ayo masuk!" ajak Aara saat pintu telah di buka, bersamaan itu Lily menoleh ke arah mereka.
Lily merasakan dadanya begitu sesak melihat Brian masuk ke dalam kamar pengantin. Sudah dapat di bayangkan apa yang mereka akan lakukan. Seketika bayangan akan malam panas itu terlintas. Dan bayangan akan Brian yang menggagahi kakaknya begitu mengganggu pikiran.
"Gue balik ya, loe istirahat! besok pagi kita balik Jakarta, jangan sampe telat bangun." Lily menganggukkan kepala dengan tersenyum simpul.
"Makasih loe udah repot-repot nganter gue ke kamar."
"Karena gue ngeri loe salah kamar, ntar yang ada bertiga lagi!" celetuk Wahyu yang mengundang pukulan mendarat di lengannya dengan sempurna. "Abis loe kayaknya nikmatin banget pesta dansanya, jangan-jangan baper loe ya!"
"Loe apa-apaan sich Yu!" kesal Lily dengan wajah merona dan sengaja memalingkan wajahnya.
Melihat respon dari Lily, bohong jika Lily bisa melupakan, dia tau Lily kepikiran. Karena bukan perkara yang mudah untuk seseorang move on dengan cepat. Apa lagi masih anget-angetnya pengkhianatan. Wahyu pun menyuruh Lily untuk segera masuk ke dalam kamar.
"Nggak usah kebanyakan melamun, masuk terus tidur!" Wahyu mendorong tubuh Lily untuk segera masuk membuat wanita itu berdecak dengan wajah di lipat.
"Resek!"
Lily segera masuk dan menutup pintu, ia menghela nafas berat lalu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum mengistirahatkan diri. Berusaha melupakan agar segera terlelap tetapi semua bayangan akan kebersamaannya dengan Brian membuatnya tak nyenyak.
Sedangkan di kamar pengantin suasana begitu memanas. Hawa kamar itu berubah hangat dan kini semakin membuat gerah. Sepasang pengantin baru itu sedang beradu mulut dengan nafas menggebu. Hingga memutuskan untuk tidur setelah puas mengeluarkan sesuatu yang mengganjal. Namun belum sempat Aara menaiki ranjang, pergerakan dari Brian membuatnya membalikan badan.
"Mau kemana Brian?"
"Bukan urusan loe!" jawab Brian santai dan segera keluar dari kamar. Aara nampak begitu kesal, wajahnya memerah dengan menatap punggung Brian yang pergi begitu saja.
Pagi ini semua anggota tampak mengisi meja makan untuk sarapan, Wahyu pun ikut serta karena di ajak oleh Lily dan juga Tiara. Tak ada perbincangan yang serius namun mata mereka melihat jelas leher Aara terdapat plester di beberapa titik yang membuat anggota keluarga yang lain mengulum senyum dengan pikiran masing-masing. Hanya Lily yang nampak cuek dan Tiara yang sejak tadi menatap Lily dengan rasa iba.
"Nggak usah pake di plester juga kali Ra! udah kayak korban kecelakaan malahan, kita juga paham kalau itu tanda cinta dari Brian," celetuk Gibran yang membuat Lily tersedak. Bukan karena plester yang menempel menutupi tanda merah tetapi kata-kata Gibran yang membuat reflek di tubuhnya begitu cepat.
Lily menatap bingung pada dua gelas yang kini ada di hadapannya, Wahyu dan Brian memberikan minum untuknya berbarengan. Dan itu membuat Lily semakin tak enak hati dengan anggota keluarga lainnya terutama pada Aara.
Wajah Brian pias melihat Lily lebih memilih gelas dari tangan Wahyu dari pada dari dirinya. Ia yang dengan cepat beranjak dari duduknya untuk menghampiri Lily terpaksa harus kembali.
Aara yang melihat adegan itu pun di buat geregetan, apa lagi pusat perhatian keluarga beralih ke mereka bertiga terutama sikap Brian yang berlebihan. Sampai melewati dua kursi hanya untuk menolong Lily.
"Sayang, kamu sebagai kakak ipar nggak perlu repot-repot begitu. Lupa ya kalo Lily sekarang udah punya Wahyu?" Aara tersenyum manis kepada Brian yang kini sudah kembali duduk di sampingnya.
"Ya, maaf aku lupa." Jawabnya singkat dan kembali meneruskan makan. Sedangkan Lily yang mendengarnya hanya bisa tersenyum getir dengan menundukkan kepala.
"Jadi Lily dan Wahyu sudah jadian?"
"Be...be.."
"Proses Mommy, di tunggu saja kabar baiknya."
Lily menatap tajam Tiara yang kini tengah tersenyum penuh arti padanya, kemudian beralih menatap seseorang yang kini juga menatapnya begitu tajam. Dia benar-benar tidak nyaman dengan posisinya saat ini.
Andini tersenyum menatap Lily dan Wahyu bergantian. Cukup tenang karena Wahyu yang beliau pria baik.
"Jagain Lily ya Wahyu, anak Mommy yang satu ini mandiri dan terlihat kuat. Padahal sangat suka di manja, makanya jangan kendor kasih perhatian dan kasih sayang. Soalnya dia kalo sudah nyaman nggak bucinnya kebangetan."
"Mommy!"
Setelah sarapan semua anggota keluarga memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta karena banyak pekerjaan yang sudah menumpuk selama mereka fokus dengan acara pernikahan Brian dan Aara.
Mereka telah bersiap di lobby hotel menunggu mobil jemputan untuk ke bandara. Meninggalkan sepasang pengantin baru yang kemungkinan akan lanjut honeymoon. Dan memberikan ruang agar mereka nyaman dan tidak merasa risih pada keluarga.
"Loh Brian, kamu mau kemana bawa koper juga?" pertanyaan Bayu membuat semua orang mengalihkan pandangan pada sepasang pengantin yang membawa koper mereka masing-masing. Begitupun juga Lily yang kini menatap keduanya yang mulai mendekat.
"Aku mau pulang Pah, kasian Daddy pekerjaannya banyak jika aku tinggal cuti kelamaan."
"Daddy masih bisa menghandle nya Brian. Kalian nikmati saja masa bulan madu kalian tanpa harus memikirkan perusahaan." Kini Raihan ikut bicara, sedikit heran dengan keputusan Brian yang ingin ikut pulang.
"Oh tidak apa-apa kok Daddy, suami aku ini katanya ingin menuntaskan pekerjaan di kantor Daddy sebelum ia ingin membuka usahanya sendiri. Iya kan sayang?" Aara mengalungkan tangannya di lengan Brian, membantu menjelaskan agar keluarganya tak salah paham. Dan Brian pun menganggukkan kepala membenarkan.
"Emang udah puas belah-belahnya Ian?" goda Andika yang membuat wajah Brian merona, seketika bayangan akan surga dunia kembali terlintas membuat tubuhnya bereaksi sempurna.
"Om! jangan gitu donk, bikin inget aja!" celetuk Aara yang membuat para orang tua tertawa.
"Wah tinggal nunggu bibit unggul tumbuh donk! Kayaknya abis Tiara Mommy bakal gendong cucu kedua."
Lily dan Aara terpaku mendengar ucapan Mommy, seketika mereka hanyut dengan pemikiran masing-masing. Aara yang tadi nampak antusias menimpali kini wajahnya berubah pucat begitupun dengan Lily.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ita rahmawati
apakah diem² wahyu ada rasa sm lily
2024-09-21
0
Ria Lubis
belum up ya thor cerita lily
2023-04-18
2
trista
jangan" kmrn yg ngejebak lily ama bryan tuh gibran tuh...wah q padamu ya gibran..semangat othor nulisnya biar upnya banyak dlm sehari😆😆😆
2023-04-16
1