Mata Lily membola melihat siapa gerangan yang membekap mulutnya, menginjak kaki pria itu hingga Brian mengaduh kesakitan.
"Kasar banget sich Ly! sakit tau nggak...." Brian mengusap kakinya yang terkena heels Lily, mana lancip benar-benar gadis ini mau membuat kakinya berlubang.
"Kak Brian ngapain narik aku kesini! jangan buat masalah bisa nggak sich kak!" Lily menatap tajam pria yang dengan lancang memasukkannya ke dalam kamar. Bagaimana jika ada yang melihat keduanya, sungguh mereka dalam bahaya. Dan Brian selalu saja menyita sabarnya.
Namun beberapa detik kemudian ia teringat akan pesan yang tadi Brian berikan, kemudian melihat kartu akses yang bertuliskan angka 207. Lily kembali menyorot pria yang sejak tadi sibuk dengan kakinya, menatap kesal dan memilih untuk keluar.
"Ly, tunggu!" Posisi Brian yang masih terduduk di lantai membuatnya asal menarik agar Lily tak jadi keluar. Namun bodohnya Brian yang ia tarik adalah dress Lily hingga wanita itu jatuh terjengkang menindih tubuhnya.
"Auuwwwhh...... Tuhan punggung gue! loe kecil-kecil ngapa berat banget sich Ly!" celetuk Brian. Dia tidak tau Lily pun merasakan hal yang sama karena terbanting dengan cukup kencang.
Kini Lily terduduk di lantai dengan meringis merasakan punggung dan bokongnya yang nyeri, ia menatap tajam Brian yang kini memperhatikan dengan wajah bersalah.
"So...sorry Ly, gue reflek tadi. Beneran! nggak dari hati kok!" Brian meminta maaf namun emosi Lily sudah memuncak, membuatnya menerjang tubuh Brian hingga kini menindihnya dengan tangan berada di leher Brian.
"Loe minta di cekik ya kak!" sewot Lily. Brian dengan sigap menahan tangan Lily di lehernya.
"Jangan dong Ly, nanti kalo gue mati loe nangis 40 malem 40 hari!" sahut Brian kemudian dengan cepat mendorong tubuh Lily dan membalik keadaan. Kedua mata mereka saling menyapa dan sadar akan getaran yang masih kuat.
Lily pun diam tak melakukan pergerakan, kedua tangannya di cekal oleh Brian dengan kuat, sekuat matanya yang terpaku oleh manik mata pria yang kini berada di atasnya. Hati Lily berdesir, ia tau cinta masih sangat besar untuk Brian. Hingga tanpa sadar ia menerima kecupan di bibirnya dengan lembut.
"Kak..."
"Seharusnya gue tadi yang nanya, untuk apa loe ajak gue ketemu di sini Ly?" tanya Brian dengan lembut tetapi dengan cepat Lily menggelengkan kepala membuat Brian merasa heran.
"Kalo rindu bilang, jangan di tahan nanti jadi kembung!" celetuk Brian dengan mengulum senyum namun Lily yang tadi mulai sedikit luluh seketika kembali sewot dan mendorong tubuh Brian sekuat tenaga hingga terduduk di lantai.
"Jangan memutar balikkan fakta dech kak! jelas-jelas Kakak yang mengirim pesan buat gue." Gadis itu segara beranjak dari sana dan memilih duduk di sofa lalu meraih minuman yang telah tersedia di sana. Tenggorokan Lily rasanya begitu haus, dia yang ingin melupakan dan menghindar malah harus kembali bersinggungan membuat hatinya kembali gamang.
Padahal lusa adalah hari pernikahan pria itu tapi malah kini keduanya berada dalam kamar yang sama. Lily kembali meletakkan gelas itu di atas meja dengan Brian yang ikut duduk di sampingnya.
Namun tiba-tiba ia merasa ada sesuatu hawa yang janggal, panas, gerah, dan ada yang menggelitik di aliran darahnya membuat Lily mulai tidak nyaman.
Brian tiba-tiba heran dengan pergerakan Lily yang gelisah.
"Lily...loe kenapa?" tanyanya dengan menyentuh kening Lily yang mulai berkeringat. Tatapan Lily tiba-tiba berubah, ia hampir menangis merasakan hawa menyiksa dari dalam tubuhnya yang mulai tak bisa ia tahan.
"Kak, tolong Lily....panas kak..." lirihnya dengan gerakan tangan mencari resleting pakaian. Dan itu membuat mata Brian terbelalak.
"Ly, loe mau ngapain? bukannya loe marah tapi kenapa sekarang malah kayak cacing kepanasan begini ly? sadar Lily! loe abis makan apa sich?"
Mata Brian beralih ke arah dua gelas di atas meja dengan satu gelas kosong tak tersisa, di duga Lily telah meminumnya.
Brian meraih gelas itu dan menciumnya, tak ada yang mencurigakan karena hanya sirup biasa namun ia yakin di dalamnya telah di campur oleh sesuatu.
"Setan! siapa yang ngelakuin ini!" geram Brian saat sadar jika keduanya ada yang menjebak. Dari Lily yang tidak mengaku jika mengirim pesan hingga kini Lily berubah menjadi liar membuat Brian sadar jika ada yang sengaja melakukan demikian.
"Kak...." Lily mulai menanggalkan dress nya membuat Brian berulangkali mengumpat kesal, dia pria normal jika di suguhi model beginian sudah dapat di pastikan tak bisa menolak. Tapi pikirannya masih waras dan tak ingin merusak wanita yang ia cinta.
Dengan menahan dan menarik nafas panjang, Brian membawa Lily masuk ke dalam kamar mandi, mengisi bathtub dengan air dingin untuk merendam gadis itu.
"Kak....tolongin donk, panas banget!" Lily menarik tubuh Brian hingga pria itu masuk ke dalam bathtub.
"Lily!" Brian yang belum siap dengan posisinya tiba-tiba tersentak saat Lily menyerang dan mencumbu dengan liar.
Sebisa mungkin Brian menolak, tapi cukup kewalahan dengan Lily yang terus merusuh bahkan kini membuka pakaian Brian dengan terburu-buru.
"Jangan perkosa gue Ly! sadar loe perempuan gue aja yang perkosa loe! eh salah....jangan...jangan... please sayang sadar! gue emang cinta sama loe tapi gue nggak mau ngerusak loe Ly!"
Brian berusaha mengatur kesadaran meski si Joni sudah tegak menjulang, bagaimana tidak jika kini Lily sudah polos tanpa sehelai benang pun. Pergerakannya cukup gesit hingga Brian tak bisa mencegah.
"Kak...." wajah Lily memohon membuat Brian tidak tega, bahkan kini gadis itu terus saja merusuh meminta di sentuh.
"Gue nggak mau nyakitin loe, tapi gue tau ini menyiksa loe Ly... Gue sayang sama loe, gue cinta sama loe...loe mau gue?" Kedua tangan Brian merangkum pipi Lily, mengusap air mata Lily yang mulai runtuh karena menahan sesuatu yang sejak tadi terus menuntut.
Lily menganggukkan kepala, ia sudah tak mampu jika harus terus tersiksa. Berusaha sadar jika ini tidak benar namun akal sehatnya hilang seiring obat setan yang membuatnya semakin kepanasan.
Brian menghela nafas berat, ia segara memeluk Lily dan membawanya keluar dari kamar mandi. Merebahkan Lily di ranjang dan membuka semua yang masih menempel di tubuhnya.
"Maaf kalo gue nyakitin loe...gue akan tanggung jawab setelah ini. Dan gue akan membatalkan pernikahan gue sama Aara."
Lily segara menarik Brian, tak peduli lagi dengan ucapan pria itu. Hingga Brian pun tak bisa lagi membendung rasa kelakiannya untuk segera menyentuh Lily. Malam ini keduanya menyatu, merenggut nikmat berulangkali kali hingga pagi. Brian dan Lily seakan lupa dan tidak sadar dengan status keduanya sebagai calon ipar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ita rahmawati
klo aara yg ngelakuin tp kok swjahat itu ya ,,dn apa alasannya 🤔
2024-09-21
0
Yuliana Purnomo
siapa lh yg menjebak mereka
2024-02-01
1
Naura Kamila
ya Allah, , jd terkesan Liliy yg salah, , walau terpengaruh obat😔😔😔
2023-06-30
1